
Dalam kitab Al-Mawaid Ar Rahmaniyah fil Fawaid Ar Ramdhaniyah disebutkan beberapa gambaran bagaimapa para salaf menyambut Ramadhan. Berikut ini ulasannya:
Mendorong Keluarga Untuk Giat Beramal
Disebutkan bahwa termasuk kebiasaan yang sering dilakukan oleh Al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir radhiyallahu anhu apabila telah dekat masuknya bulan Ramadhan, beliau mengumpulkan anak-anaknya dan bertanya kepada mereka:
آه بَايَكُون مِنْكُم زِيَادَة بِالْأَعْمَال فِي رَمضَان؟
Ah.. Apakah di antara kalian ada yang memiliki amal untuk ditambahkan pada Bulan Ramadhan?
Kemudian masing-masing anak beliau mengabarkan apa yang akan mereka amalkan di Bulan ramadhan. Yang satu berkata: “Aku akan beramal ini.” Yang lain berkata: “Aku akan beramal ini dan itu.” Semua menyebutkan amal yang akan mereka lakukan pada Bulan Ramadhan.
Akan tetapi, seluruh waktu Al-Habib Abdullah telah dimakmurkan dengan amal, beliau tidak memiliki waktu untuk menambah amalnya, sehingga beliau berkata kepada anak-anaknya”
حَدْ مَعه وُقَيت بَايَبِيعُه عَلَيّ
(Andai waktu bisa dibeli) jika ada sedikit waktu yang tersisa pada kalian aku akan membelinya.
Doa Menjelang Ramadhan
Di antara doa yang dipanjatkan oleh Al-Habib Abu Bakar Athas Al-Habsyi Radhiyallahu anhu menjelang bulan Ramadhan yang diberkahi:
اللهم أَدْخِلْ عَلَيْنَا شَهْرَ رَمَضَانَ بِالسَّلَامَةِ مِنَ اْلأَسْقَام، وَالْفَرَاغِ مِنَ الْأَشْغَالِ، وَرَضِّينَا فِيهِ بِالْيَسِيرِ مِنَ النَّوْمِ الْهَنِي وَالْأَكْلِ الْهَنِي
Ya Allah, hadirkan Bulan Ramadhan atas kami dengan disertai keselamatan dari berbagai penyakit, dan kosong dari berbagai kesibukan, buatlah kami rela di dalamnya dengan sedikit tidur nyenyak dan sedikit makanan yang nikmat.
Nasihat Sebelum Ramadhan
Dalam kumpulan kalamnya, Al-Habib Abdullah bin Umar As-Syathiri radhiyallahu anhu berkata:
شوفوا هذا رمضان مقبل علينا، انتبهوا وأقبلوا، وكل بايحصل له على قدر خوفه وورعه وصدقه وإقباله وإخلاصه
Lihatlah, Bulan Ramadhan ini telah datang kepada kita. Sadarlah kalian dan sambutlah ia. Semuanya akan mendapatkan (keberkahan dan pahala) sesuai dengan kadar ketakutan, sifat waro, dan kesungguhnan, kesiapan, serta keikhasannya. (Kalam Habib Abdullah bin Umar as Syarhiri hal 115)
Membersihkan Hati Dari Kebencian
Sahabat Ibnu Masud radhiyallahu anhu pernah ditanya:
“Bagaimana kalian menyambut Bulan Ramadhan?
Beliau menjawab:
مَا كَانَ أَحَدُنَا يَجْرَؤُ عَلَى اسْتِقْبَالِ الْهِلَالِ وَفِي قَلْبِنَا ذَرَّةُ حِقْدٍ عَلَى أَخِيهِ الْمُسْلِم
Tidak ada seorang pun dari kami berani menyambut hilal Ramadhan sedangkan di hatinya masih ada satu biji dzarah kedengkian kepada saudaranya yang muslim (Lathaiful Maarif)
Menyambut Dengan Taubat
Al-Habib Muhammad bin Hadi Assegaf radhiyallahu anhu mengatakan:
على الإنسان أن يستعد لرمضان بالتوبة وما يقرب إلى الله لأجل أن يجيء رمضان وهو متحل بكل خلق كريم، متأهل للعطاء الرباني من المولى الرحيم
Bagi setiap orang hendaknya mempersiapkan diri menyambut Ramadhan dengan bertaubat dan melakukan perbuatan yang dapat mendekatkannya kepada Allah. Agar ketika datang Ramadhan, ia telah menghias diri dengan semua akhak mulia dan pantas untuk mendapatkan pemberian ilahi dari Allah Yang Maha Pengasih. (Tuhfatul Asyraf juz 1 hal 84)
Mempersiapkan Niat-Niat Yang Baik
Al-Habib Ahmad bin Abdurahman Assegaf radhiyallahu anhu menuturkan:
“Dahulu para salaf rahimahullah mempersiapkan niat-niat serta membaguskannya. Sehinga tidaklah mereka masuk Ramadhan kecuali mereka telah bersemangat untuk menjalankannya dengan penuh kesungguhan, bersegera beramal dengan perbuatan yang diridhai Tuhannya.
Sedangkan kita melalaikan niat-niat ini. Ramadhan masuk dan keluar seperti bulan lain, mereka lalai dari niat-niat yang baik. Umumnya kita menjalankan Ramadhan seperti adat kebiasaan, tidak mengatakan: “Kami ingin niat yang baik untuk bulan ini.”
Siapa yang menghadap kepada Tuhannya (dengan ketaatan) maka Tuhannnya pun akan menghadap kepadanya (dengan pemberian).” (Majmu Kalam beliau hal 30)
Memuliakan Bulan Ramadhan
Dihikayatkan oleh sebagian ulama:
Ada seorang yang kami kenal bernama Muhammad. Ia tidak pernah melakukan shalat kecuali kadang kadang saja. Akan tetapi apabila masuk bulan Ramadhan ia menghiasi dirinya dengan pakaian yang istimewa dan wangi, ia menjalankan puasa dan shalat, dan mengqadhai semua yang selama ini ia tinggalkan. Ketika aku bertanya mengenai sikapnya itu, ia menjawab:
“Ini adalah bulan taubat, bulan rahmat dan keberkahan. Semoga Allah mengampuni aku karena anugerah-Nya.”
Setelah wafat, aku melihatnya di dalam mimpi. Aku bertanya kepadanya:
“Apa yang Allah lakukan terhadapmu?”
Ia berkata:
“Allah mengampuniku karena menghormati Bulan Ramadhan.” (Irasyadul Ibad)
Dikisahkan pula ada seorang majusi (penyembah api) melihat putranya makan di siang Ramadan di hadapan orang-orang Islam. Maka majusi itu memukul putranya dan berkata:
“Mengapa engkau tidak menghormati umat Islam di bulan Ramadhan!?”
Seminggu kemudian si Majusi itu mati. Salah seorang ulama daerah itu bermimpi melihatnya berada di surga. Maka ia bertanya:
“Bukankan engkau adalah seorang Majusi?”
“Ya, benar. Akan tetapi ketika kematian datang, Allah memuliakanku dengan Islam karena aku memuliakan Bulan Ramadhan.” (Fawaidul Mukhtarah). RA(*)