Rabithah Alawiyah

Cara Mensyukuri Nikmat Nasab Mulia*

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

‌وَإِنْ ‌تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا

Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu mengitungnya. (QS Ibrahim : 34)

Umur kita akan habis untuk menghitung nikmat Allah, sedangkan nikmat Allah tidak akan pernah habis dihitung.

Setelah nikmat Iman dan Islam serta menjadi bagian besar dari kemuliaan umat Nabi Muhammad ﷺ, maka nikmat memiliki ketersambungan nasab dengan Baginda Rasulullah ﷺ merupakan sebuah nikmat yang sangat mahal.

Namun perlu kita sadari bahwa apapun nikmatnya, hakikatnya itu adalah amanat. Maka sepatutnya, kita tidak mengkhianati apa yang Allah ﷻ amanatkan kepada kita. Setiap nikmat adalah bentuk kepercayaan Allah kepada kita dan tidak sepatutnya kita merusak kepercayaan Allah kepada kita. Dalam Al-Qur’an Allah ﷻ berfirman:

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ ‌عَنِ ‌النَّعِيمِ

Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan.(QS At-Takatsur : 8)

Setiap detail dan rincian nikmat yang Allah titipkan, kelak di Akhirat akan dimintai pertanggung-jawabannya oleh Allah ﷻ. Semakin mahal suatu nikmat maka semakin berat pula pertanggung-jawabannya di akhirat.

Bersyukur Dengan Takwa

Bentuk tanggung-jawab atas nikmat nasab adalah dengan mensyukurinya melalui ketakwaan. Karena ungkapan syukur paling utama adalah takwa. Allah ﷻ berfirman:

فَاتَّقُوا اللَّهَ ‌لَعَلَّكُمْ ‌تَشْكُرُونَ

Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (QS Ali Imran : 123)

Bertakwalah kepada Allah ﷻ,  niscaya Allah ﷻ akan mencatat kita semua tergolong orang yang bersyukur.

Dalam ayat lain, Allah ﷻ juga berfirman dan menegaskan kepada kita:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ ‌أَتْقَاكُمْ

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. (QS Al-Hujurat :13)

Yang paling mulia di antara kita bukan yang paling mulia nasabnya saja, akan tetapi adalah siapa yang dapat membuktikan kemuliaan itu dengan tanggung-jawab ketakwaan.

Karenanya menjadi penting diadakannya haul dan manaqib para salaf,  agar generasi penerus dapat mengetahui apa yang kurang dengan berkaca pada orang-orang mulia sebelum kita. Kita dapat mengetahui bagaimana dan apa yang telah dilakukan para salaf dalam rangka mensyukuri nikmat nasab, dengan demikian kita bisa menapaktilasi jejak langkah mereka agar kita pun bisa sampai ke derajat sama yang pernah dicapai oleh mereka. Allah ﷻ berfirman:

وَالَّذِينَ آمَنُوا ‌وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (QS At-Thur :  21)

Siapa saja di antara kita yang mau dan memiliki tekad untuk menapaktilasi jejak langkah dan ajaran para salaf, maka ia akan sampai ke derajat mereka di surganya Allah ﷺ bersama dengan Rasulullah ﷺ.

Mengikuti Thariqah Alawiyah

Salah satu bentuk mensyukuri nikmat nasab mulia juga adalah dengan melazimi thariqah yang menjadi warisan mereka, yang tiada lain adalah Thariqah Alawiyah. Karena yang jelas dan sering kita dengar dan perlu kita buktikan seumur hidup kita adalah apa yang diwasiatkan jauh-jauh hari oleh Imam Haddad, bahwa pondasi kita adalah Al-Qur’an, Sunah, serta mengikuti salaf. Imam Haddad berkata dalam syairnya:

وَالْزَمْ كِتَابَ اللهِ وَاتْبَعْ سُنَّةً *** وَاقْتَدْ هَدَاكَ اللهُ بِالْأَسْلَافِ

Lamzimilah Al-Quran dan ikutilah sunah, teladanilah para ulama salaf, semoga Allah memberimu petunjuk.

Dan sebagaimana sering kita dengar bahwa Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi mengatakan:

وَمِمَّا يَسُرُّ الْقَلْبَ مِنِّى لُزُومُكُمْ *** طَرِيقَةَ آبَائِي وَأَهْلِي وَأَجْدَادِي

Di antara hal yang menggembirakan hatiku, adalah melihat kalian melazimi thariqah datuk-datuk, keluarga serta kakek-kakekku

Hati Habib Ali Al-Habsyi menjadi bahagia apabila generasi penerus konsisten mengikuti apa yang sudah diajarkan ayah dan datuk beliau. Ayah dan datuk beliau tidak lain adalah salaf-salaf kita.

Menyimpang dari thariqah mereka, khawatirnya akan menjadi bentuk kedurhakaan dan pengkhianatan kepada salaf. Demikian sebagaimana disebutkan dalam kalam Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alathas.

Sekali lagi, inilah alasan mengapa haul para salaf perlu diadakan setiap tahun, yaitu agar memori kita terus-menerus terpatri untuk selalu mengikuti jejak para pendahulu kita. Semoga dengan demikian, Allah ﷻ menjadikan kita sebagai khairu khalaf li khairi salaf, sebaik-baik penerus dari sebaik-baik pendahulu. Aamiin ya robbal alamiin.

*Diadaptasi dari sambutan Sayid Fahmi bin Hamid Assegaf (Ketua panitia haul sekaligus Ketua Departement Tarbiyah Wa Da’wah DPP Rabithah Alawiyah) dalam acara Haul Habib Alwi bin Thahir Al-Haddad dan Habib Nassabah Ali bin Jakfar Assegaf yang diadakan di kantor pusat Rabithah Alawiyah, 15 Oktober 2023.