Rabithah Alawiyah

KEINDAHAN RUPA RASULULLAH  ﷺ

Telah tersiar luas hadits-hadits Nabi dan atsar-atsar mengenai kesempuraan fisik Nabi ﷺ dan keindahan rupa Beliau. Oleh sebab itu, termasuk kesempurnaan iman kepada Nabi ﷺ adalah meyakini bahwa Allah ﷻ menciptakan Beliau dalam rupa terindah yang tidak pernah ada yang serupa baik sebelum mau pun setelah Beliau  ﷺ . Betapa indah syair yang diugkapkan Imam Bushiri ra tentang kesempurnaan rupa Nabi  ﷺ :

فَهْوُ الَّذِي تَمَّ مَعْنَاهُ وَصُورَتُهُ*** ثُمَّ اصْطَفَاهُ حَبِيْباً بَارِئُ النَّسَمِ
مُنَزَّهٌ عَنْ شَرِيْكٍ فَي مَحَاسِنِهِ*** فَجَوْهَرُ الْحُسْنِ فِيهِ غَيْرُ مُنْقَسِمِ

Dialah yang telah sempurna jiwa dan rupanya, lalu Sang Pencipta jiwa pun memilihnya sebagai kekasih

Dia terbebas dari serikat dalam keindahan. Seakan hakikat keindahan hanya terdapat di dalamnya tanpa terbagi-bagi.

Meyakini keindahan Fisik Beliau yang disertai keindahan Akhlak merupakan salah satu penyempurna iman seorang mukmin. Al-Qasthalani dalam Mawahib Laduniyah mengatakan:

“Ketahuilah bahwa termasuk penyempurna iman kepada Nabi ﷺ adalah meyakini bahwa Allah ﷻ telah menjadikan fisik Beliau yang mulia dalam bentuk yang tidak dapat disamai indahnya baik oleh manusia sebelum maupun setelah Beliau ﷺ.”

Berikut sekelumit gambaran tentang keindahan rupa Nabi ﷺ:

Wajah Nabi  

Rasulullah ﷺ memiliki wajah yang elok dan rupawan. Mengenai bentuk wajah Beliau  ﷺ , Sayidina Ali ra berkata:

 وَلَمْ يَكُنْ بِالْمُطَهَّمِ وَلَا بِالْمُكَلْثَمِ وَكَانَ فِي الْوَجْهِ تَدْوِيرٌ

Wajah Nabi tidak gemuk dan tidak pula bulat. Di wajahnya ada sedikit bulat. (HR Turmudzi)

Maksudnya bentuk wajah beliau adalah tirus namun agak sedikit bundar. Tidak bulat sempurna dan tidak pula sangat tirus. Demikian pula dikatakan bahwa pipi Beliau ra adalah tirus dengan tulang pipi yang tidak tinggi.

Wajah baginda Nabi ﷺ juga senantiasa bercahaya terutama ketika hati beliau sedang senang. Sahabat Kaab bin Malik berkata:

وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سُرَّ اسْتَنَارَ وَجْهُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ قِطْعَةُ قَمَرٍ وَكُنَّا نَعْرِفُ ذَلِكَ مِنْهُ

Rasulullah   , jika sedang senang maka wajahnya bersinar seakan belahan Rembulan. Dan kami mengetahui kesenangan hati beliau darinya. (HR Bukhari)

Dalam riwayat lain disebutkan, seakan wajah Baginda Nabi ﷺ adalah Rembulan yang utuh. Sahabat Jabir bin Samurah ra mengatakan ketika ditanya apakah wajah Rasulullah ﷺ seperti pedang?

لَا بَلْ كَانَ مِثْلَ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ وَكَانَ مُسْتَدِيرًا

Tidak, akan tetapi seperti matahari (dalam cahayanya) dan rembulan (dalam keindahannya) dan wajah beliau adalah bulat. (HR Muslim)

Maksud bulat di sini adalah agak bulat sesuai dengan makna hadits yang telah lalu mengenai bentuk wajah Rasulullah  ﷺ .  Sahabat Jabir bin Samurah ra juga bercerita bahwa ia pernah memandang Nabi ﷺ di malam berbulan. Ia berkata:

فَجَعَلْتُ أَنْظُرُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِلَى الْقَمَرِ وَعَلَيْهِ حُلَّةٌ حَمْرَاءُ فَإِذَا هُوَ عِنْدِي أَحْسَنُ مِنْ الْقَمَرِ

Aku mulai memandang Rasulullah yang mengenakan pakaian merah dan juga memandang rembulan. Dan bagiku Beliau lebih indah daripada rembulan. (HR Turmudzi)

Selain bercahaya, wajah Baginda Nabi ﷺ juga elok dan rupawan. Pernah Sahabat Abu Thufail ra menggambarkan beliau:

كَانَ أَبْيَضَ مَلِيحَ الْوَجْهِ

Beliau berkulit putih dan  elok wajahnya. (HR Muslim)

Keelokan serta cahaya yang terpancar dari wajah baginda Nabi Muhammad ﷺ diiringi dengan pancaran kewibawaan yang agung. Jarang sekali orang yang mampu berlama-lama memandang wajah Rasulullah  ﷺ . Sahabat Halah bin Abi Halah ra mengatakan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخْمًا مُفَخَّمًا يَتَلأْلأُ وَجْهُهُ تَلأْلُؤَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ

Rasulullah adalah agung dan berwibawa. Bercahaya wajahnya bagaikan cahaya rembulan di malam purnama. (HR Thabarani)

Banyak riwayat-riwayat lain yang kesemuanya sama-sama menunjukkan bahwa wajah Beliau ﷺ dipenuhi dengan cahaya, keindahan dan kewibawaan. Inilah yang membedakan wajah Nabi ﷺ dengan wajah Nabi Yusuf as. Nabi Yusuf as diberi keindahan wajah luar biasa namun tidak diberikan kewibawaan yang sama dengan kewibawaan Rasulullah  ﷺ . Sehingga banyak wanita tergoda dan terfitnah oleh wajah Beliau ra. Sedangkan Nabi Muhammad ﷺ diberikan ketampanan yang melebihi Nabi Yusuf ra, akan tetapi ketampanan itu diiringi dengan cahaya dan kewibawaan sempurna sehingga tidak ada wanita yang terfitnah dengan wajah Beliau ﷺ sebab tidak ada yang mampu berlama-lama memandang wajah mulia Baginda Nabi Muhammad  ﷺ .

Mata Baginda Nabi  

Mata Baginda Nabi ﷺ telah disifati oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya:

مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى

Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. (QS an Najm: 17)

Dalam hadits-hadits yang shahih disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ dapat melihat di malam hari yang gelap sebagaimana melihat di siang hari yang terang. Beliau pun dapat mengetahui apa yang ada di belakang walau pun mata beliau menghadap ke depan. Apabila menoleh, Nabi menoleh dengan keseluruhan badannya. Beliau lebih banyak memandang ke bumi dari pada ke langit. Dan kebanyakan pandangan beliau adalah dengan cara melirik melalui ujung mata.

Mengenai sifat mata Nabi ﷺ yang mulia, Sahabat Ali ra berkata:

كَانَ صلى الله عليه وسلم عَظِيْمَ الْعَيْنَيْنِ أَهْدَبَ الْأَشْفَارِ مُشْرَبُ الْعَيْنِ بِحُمْرَةٍ.

Rasulullah memiliki mata yang besar, bulu matanya lebat. Dan matanya (bagian putihnya) bercampur dengan warna merah. (HR Baihaqi)

Dalam satu riwayat dikatakan bahwa Beliau ra memiliki mata ad`aj yakni lebar dan sangat hitam inti matanya. Disebutkan pula bahwa mata beliau asykal yakni memiliki campuran merah dalam putih matanya. Mata yang bersifat demikian ini adalah mata yang disukai dan dipuji di kalangan Arab.

Kepala

Baginda Nabi ﷺ memiliki dahi yang terlihat jelas. Itu yang dimaksud dengan ucapan Adzimul Jabhah (besar dahinya). Bentuk kepala Rasulullah ﷺ adalah besar dan sempurna. Ini menunjukkan kesempurnaan kerja otak yang berada di dalamnya. Kedua alis beliau memanjang dan tidak bersambung antara keduanya.

Rasulullah ﷺ berhidung mancung yaitu memanjang dengan bagian tengah hidung yang tinggi dan pucuk hidung yang tipis serta lubang hidung yang kecil.

Bentuk mulut Nabi ﷺ adalah besar dan wangi, ini adalah bentuk mulut yang dipuji oleh orang Arab. Mereka tidak menyukai mulut yang kecil dan mencelanya.

Rambut Beliau ﷺ tidak berbentuk sangat keriting tidak pula sangat lurus, namun adalah pertengahan di antara keduanya. Jadi ada sedikit ikal pada rambut Nabi ﷺ sebagaimana telah shahih dari Sahabat Anas ra:

وَلَيْسَ بِالْجَعْدِ الْقَطَطِ  وَلَا بِالسَّبْطِ

Rambut beliau tidaklah sangat keriting dan tidak pula lurus. (HR Bukhari)

Postur Tubuh Rasulullah  

Rasulullah ﷺ memiliki perawakan agak tinggi. Sahabat Anas ra mengatakan ketika mensifati Rasulullah  ﷺ :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ بِالطَّوِيلِ الْبَائِنِ وَلَا بِالْقَصِيرِ

Rasulullah tidaklah berpostur sangat tinggi dan tidak pula pendek. (HR Bukhari)

Maksudnya Beliau ﷺ tidak memiliki postur tubuh yang tinggi berlebihan dan tidak pula berpostur pendek. Beliau berada di antara keduanya, namun lebih condong ke arah tinggi. Ini berdasarkan ucapan Sahabat Barro ketika mensifati Nabi  ﷺ :

كَانَ رَبْعَة وَهُوَ إِلَى الطُّول أَقْرَب

Beliau berpostur sedang, namun lebih dekat ke arah tinggi. (HR Baihaqi)

Ucapan ini didukung oleh ucapan Sayidina Ali ra ketika menggambarkan postur Nabi  ﷺ :

كَانَ لَيْسَ بِالذَّاهِبِ طُولًا وَفَوْقَ الرَّبْعَةِ

Beliau tidak berlebihan tingginya, tetapi lebih tinggi dari postur sedang. (HR Ahmad)

Hadits-hadits di atas saling menjelaskan satu sama lain dan tidak saling menafikan. Yang meriwayatkan bahwa Nabi berpostur sedang maksudnya tidak terlalu tinggi dan tidak pula pendek, ini tidak menafikan bahwa Nabi ﷺ memiliki postur yang tinggi melebihi orang kebanyakan. Oleh sebab itu disebutkan dalam riwayat Ibnu Abi Halah:

أَطْوَلَ مِنَ الْمَرْبُوعِ، وَأَقْصَرَ مِنَ الْمُشَذَّبِ

Beliau lebih tinggi dari yang berpostur sedang dan lebih rendah dari yang berpostur sangat tinggi. (HR Thabarani)

Akan tetapi, tidak pernah Nabi ﷺ terlihat lebih rendah ketika bersanding dengan siapa pun. Sayidah Aisyah ra mengatakan:

وَلَمْ يَكُنْ عَلَى حَالٍ يُمَاشِيهِ أَحَدٌ مِنْ النَّاسِ يُنْسَبُ إِلَى الطُّولِ إِلَّا طَالَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلِرُبَّمَا اِكْتَنَفَهُ الرَّجُلَانِ الطَّوِيلَانِ فَيَطُولَهُمَا فَإِذَا فَارَقَاهُ نُسِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الرَّبْعَةِ

Tidaklah ada seorang berpostur tinggi yang berjalan bersama Beliau kecuali Nabi mengungguli ketinggiannya. Terkadang dua lelaki yang tinggi mengapit Beliau   , dan Nabi pun terlihat lebih tinggi dari mereka berdua. Ketika keduanya berpisah, maka Rasulullah pun terlihat berpostur sedang. (HR Baihaqi dan Ibnu Asakir)

Dikatakan pula bahwa apabila Nabi ﷺ duduk maka pundak beliau selalu lebih tinggi dari pada orang-orang yang duduk bersama Beliau.

Warna Kulit

Rasulullah ﷺ berkulit putih kemerah-merahan. Sahabat Anas menceritakan mengenai kulit Nabi  ﷺ :

وَلَيْسَ بِالْأَبْيَضِ الْأَمْهَقِ وَلَيْسَ بِالْآدَمِ

Beliau tidak berkulit sangat putih dan tidak pula sangat coklat. (HR Bukhari)

Maksudnya kulit beliau tidak terlihat sangat pucat tanpa ada campuran warna merah dan tanpa cahaya seperti marmer. Putihnya kulit Baginda Nabi ﷺ bercampur dengan kemerahan sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat lain. Ini juga adalah yang dimaksud dengan ucapan dalam Shahih Muslim:

كَانَ أَزْهَرَ اللَّوْنِ

Rasulullah memiliki kulit yang putih bersinar. (HR Muslim)

Atau riwayat:

كَانَ أَبْيَضَ مَلِيحَ الْوَجْهِ

Beliau berkulit putih dan  elok wajahnya. (HR Muslim)

Yang dimaksud putih dalam riwayat-riwayat ini adalah putih kemerah-merahan. Kulit yang demikian ini terkadang disebutkan oleh orang Arab dengan sebutan asmar yakni coklat. Oleh sebab itu telah datang dalam riwayat Sahabat Anas perkataan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْمَرَ

Rasulullah memiliki warna kulit asmar (coklat). (HR Ahmad)

Kesimpulan ini dikuatkan oleh riwayat-riwayat yang mengatakan bahwa kulit beliau putih, namun condong ke coklat. Ada pula yang mengatakan bahwa kulit beliau merah, namun condong ke putih. Ini menunjukkan yang dimaksud coklat dalam riwayat-riwayat itu adalah merah yang bercampur dengan putih. Dan yang dimaksud dengan ucapan sahabat yang mengatakan Rasulullah ﷺ berkulit putih adalah putih kemerah-merahan. Warna kulit baginda Nabi ﷺ ini adalah warna kulit yang paling utama di kalangan manusia.

Inilah sebagian daripada sifat-sifat fisik Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh para Sahabat. Kita wajib meyakini bahwa Nabi ﷺ memiliki kesempurnaan dalam fisiknya. Para Ulama mengatakan, siapa saja yang mengatakan bahwa Nabi ﷺ berkulit hitam atau bukan termasuk kaum Qurasih maka ia telah kafir. Mensifati beliau dengan selain sifatnya sama artinya dengan menafikan keberadaan beliau atau mendustakannya. Sebagian ulama lain mengatakan, orang yang mensifati Beliau ﷺ dengan sifat yang mengindikasikan kekurangan pada derajat Nabi ﷺ seperti hitam atau lainnya maka ia telah kafir. Maka hendaknya kita yakini dengan sepenuh hati bahwa sifat semua yang ada dalam diri Rasulullah ﷺ adalah sifat-sifat sempurna yang tidak ada manusia mana pun yang menandinginya. RA(*)

اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين