
Salah satu kajian Fiqih Tahawulat adalah memahami perayaan moment penting dalam Islam di masa lalu untuk dijadikan pembelajaran dalam menentukan langkah ke depan. Di Bulan Rajab yang mulia ini, ada satu moment agung dalam Islam, yaitu peristiwa Isra dan Mikraj.
Isra Mikraj adalah peristiwa agung yang esensinya musti kita peringati kapan saja, tidak terikat pada hari atau bulan tertentu. Yang kita ingat bukanlah hari-nya, melainkan moment yang memiliki pelajaran sangat penting bagi umat. Kapan saja kita dianjurkan mengingat Isra Miraj, dan di hari atau bulan yang bertepatan dengan peristiwa itu, sudah semestinya kita semakin intens untuk memperingatinya. Sebagaimana Rasulullah ﷺ yang selalu mengingat dan bersyukur atas kelahirannya setiap saat, tapi di hari Senin yang adalah hari kelahiran beliau, Beliau menambah rasa syukur itu dengan berpuasa.
Kisah Isra Mikraj semestinya terus-menerus diulang-ulang untuk diperdengarkan kepada generasi muda saat ini. Tiada lain untuk mengikat mereka dengan Nabi mereka, meneguhkan hati mereka sebagaimana dahulu hati Rasulullah ﷺ dikokohkan dengan kisah-kisah rasul terdahulu. Allah ﷻ berfirman:
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS Hud: 120)
Mengingat
Peristiwa Isra Mikraj tidak mungkin diinkari oleh seorang muslim, sebab disebutkan di dalam Surat Al-Isra dan Surat an-Najm. Kita harus memiliki perhatian khusus dalam mengingat peristiwa-peristiwa agung dalam Islam. Siapa yang tidak merasa bangga dengan merayakan moment-moment agung Islam, maka pasti ia akan terjerumus pada perayaan moment-moment menyimpang, merayakan apa yang pada hakikatnya tidak penting.
Perhatikan di zaman ini, ketika generasi mudanya tidak lagi diingatkan dengan moment Isra Mikraj, moment Kelahiran Nabi ﷺ, moment Perang Badar, dan lainnya, mereka mulai terjerumus pada moment-moment menyimpang seperti Valentine, Natal, Tahun Baru Masehi, bahkan sampai ada yang merayakan moment hari berbohong Satu April dan Hallowen. Naudzu billah.
Maka wajib bagi kita di era perang pemikiran ini, untuk selalu mengingatkan generasi muda terhadap moment-moment sejarah Islam. Membuat mereka bangga dengan agama mereka sendiri. Di Bulan Rajab ini, ada moment Isra dan Mikraj yang tidak boleh dilupakan.
Terungkap
Banyak hal-hal yang terjadi dalam peristiwa Isra dan Mikraj yang baru tersingkap cara memahaminya dengan munculnya tekhnologi modern baru-baru ini.
Ambil contoh kecepatan Buraq yang menjadi tunggangan Nabi ﷺ dalam Isra Mikraj. Satu langkahnya dapat menjangkau jarak sejauh pandangan mata. Hal itu berada di luar nalar di zaman Nabi ﷺ. Namun kini, dengan hadirnya pesawat-pesawat jet, roket yang meluncurkan satelit luar angkasa dengan kecepatan tinggi, kita memiliki sedikit gambaran untuk memahaminya.
Contoh lain adalah tentang Sabda Nabi ﷺ:
لَمَّا كَذَّبَتْنِي قُرَيْشٌ قُمْتُ فِي الْحِجْرِ فَجَلَا اللَّهُ لِي بَيْتَ الْمَقْدِسِ فَطَفِقْتُ أُخْبِرُهُمْ عَنْ آيَاتِهِ وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَيْهِ
Saat kaum Quraish mendustakanku (atas Isra) aku berdiri di Hijir. Lalu Allah menampakkan bagiku Baitul Maqdis. Aku mulai mengabarkan kepada mereka mengenai tanda tandanya sambil aku melihat kepadanya. (HR Bukhari)
Kini dengan beredarnya layar-layar televisi dan HP yang dapat menayangkan secara langsung dari tempat yang sangat jauh, kita dapat sedikit memahami bagaimana Allah ﷻ ‘menayangkan’ Baitul Maqdis kepada Nabi ﷺ.
Selain itu, sebelum kejadian Isra dan Mikraj, Rasulullah ﷺ mengalami sedikitnya tiga kali pembelahan dada oleh malaikat. Seolah itu adalah persiapan agar Beliau mampu naik menembus angkasa untuk Mikraj bertemu Tuhannya. Di zaman ini kita baru mengetahui bahwa seorang harus mempersiapkan diri dengan pakaian khusus, agar dapat hidup di luar angkasa.

Agung
Isra dan Mikraj adalah peristiwa agung yang mengandung banyak kisah, keajaiban dan pelajaran bagi umat Islam. Yang memprihatinkan apabila kita bertanya kepada pemuda di zaman ini mengenai peristiwa Isra dan Mikraj, mereka pasti tidak mampu banyak berbicara. Tidak mengherankan sebab mereka telah dikerangkeng dari mengenal dakwah Nabi. Bahkan dalam anggapan banyak orang, pembicaraan Isra dan Mikraj dianggap sebagai khurafat yang tabu untuk dibicarakan. Ini semua karena kebodohan, mereka tidak tahu bagaimana sikap Nabi ﷺ dalam menyikapi peristiwa penting dalam Islam. Rasulullah ﷺ dahulu menceritakan kisah ini secara luas kepada masyarakat yang kebanyakan masih kafir. Mengapakah kita tidak menceritakannya kepada generasi Islam?
Kisah Isra Mikraj adalah bagian kisah-kisah yang semestinya diceritakan kembali dengan cara baru sesuai zamannya. Diceritakan kembali agar dapat menjadi jawaban bagi keraguan kaum kuffar. Disertai bukti-bukti ilmiyah bersumber dari penemuan-penemuan baru yang untuk mendukung kisah ini. Kita semestinya ceritakan ini semua kepada orang kafir, kepada Yahudi, kepada orang yang ragu, kepada kaum munafik terlebih kepada generasi muda kita agar semua memahami betapa agung anugrah Allah kepada Baginda Nabi Muhammad ﷺ.
Banyak generasi muslim terbuai dengan kisah-kisah khayalan, mereka tertarik pada kisah-kisah roman, film-film yang tidak baik bahkan kadang merusak yang diproduksi oleh kaum kuffar untuk merusak akhlak umat Islam. Kenapakah mereka bisa tidak suka untuk mendengar kisah Baginda Nabi ﷺ, kepada Kisah Isra dan Mikraj yang akan memberikan pengaruh yang sangat baik untuk mereka?
Orang tua dengan mudah memberikan fasilitas Televisi dan internet kepada anak-anaknya, bahkan kadang tanpa ada filter sehingga menjerumuskan anak-anak untuk menonton hal-hal yang terlarang dan merusak akhlak. Mengapakah orang tua tidak sudi untuk memfasilitasi anak untuk mendengarkan kisah Isra dan Mikraj, mendengarkan tentang Nabi Mereka?
Umat Islam di segala penjuru dunia begitu mudah berkumpul untuk nonton bersama baik di rumah, di bioskop, atau di tempat-tempat lain. Kadang yang ditonton adalah film dewasa, atau yang merusak akhlak. Mengapakah mereka tidak sudi berkumpul untuk mendengarkan kisah Nabi Muhammad ﷺ?
Kita umat Islam, adalah umat yang terikat dengan peristiwa-peristiwa penting masa lalu. Kita umat Islam, diajarkan untuk selalu mengingat kisah-kisah benar orang terdahulu. Allah ﷻ berfirman:
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS Hud: 120)
Apabila hati Nabi ﷺ menjadi kokoh dengan mendengar kisah-kisah terdahulu. Pastinya hati generasi muda, hati penerus kita di zaman ini akan menjadi kokoh dengan mendengar kisah kisah Nabi Muhammad ﷺ: Kisah Isra, Kisah Mikraj, Kisah kelahiran Nabi ﷺ, Kisah Fathul Mekah, Perang Badar, Hudaibiyah, dan peristiwa-peristiwa penting Islam lainnya. Lalu mengapa mereka tetap menolak mendengarkan?
Jika sebagian mereka menganggap bahwa kisah-kisah Isra Mikraj, Kisah-kisah Maulid banyak dilputi oleh kabar yang tidak shahih. Maka mari kita buat suatu perkumpulan yang hanya menceritakan yang shahih saja dari itu semua dan meninggalkan kisah-kisah yang tidak benar.
Bukankah kisah-kisah yang adalah dalam Islam, kisah para nabi, dan orang-orang shaleh lebih baik daripada kisah-kisah sinema yang selama ini tidak pernah kita tinggalkan? Lebih baik dari semua yang pernah kita dengar?
Kekerasan Bukan Solusi
Betul bahwa kebodohan dalam masalah agama sudah demikian merata di negara-negara Islam, sampai mereka melupakan ajaran Islam dan kisah Nabi mereka. Namun, obatnya bukanlah dengan pertumpahan darah, obatnya bukan dengan menuduh syirik, obatnya bukan dengan saling mengkafirkan, obatnya bukan dengan saling menuduh bidah. Akan tetapi, Obatnya adalah berdakwah dengan cara dakwah Rasulullah ﷺ, obatnya dalah mendengar ayat al-Quran:
ادعُ إِلى سَبيلِ رَبِّكَ بِالحِكمَةِ وَالمَوعِظَةِ الحَسَنَةِ وَجادِلهُم بِالَّتي هِيَ أَحسَنُ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (QS an-Nahl: 125)
Sungguh keliru seorang yang tidak mengenal ilmu, yang karena membaca satu tulisan atau mendengar suatu kaset, ia muncul di tengah umat untuk mengkafirkan umat yang sebenarnya memerlukan orang yang membimbing mereka. Bukan demikian caranya.
Alhamdulillah Islam akan selalu baik di sepanjang zaman. Akan terus ada orang-orang yang membimbing umat kepada agama mereka dengan benar. Inilah nikmat terbesar yang harus kita syukuri.(*)