Rabithah Alawiyah

Renungan Hijriyah DPP Rabithah Alawiyah: Merenungi Umur Kita

Oleh Habib Taufiq Bin Abdul Qodir Assegaf (Ketua Umum DPP Rabithah Alawiyah)

Salah satu yang paling berharga yang dimiliki manusia adalah umur. Oleh karenanya, umur manusia harus lebih dihargai daripada harta. Imam Ghazali berkata; “Sedetik daripada umurmu itu permata yang sangat mahal yang tidak bisa dibeli dengan harga.” 

Mengapa umur itu begitu berharga? Sebab jika Anda kehilangan emas, Anda masih membeli emas gantinya. Jika Anda kehilangan berlian, Anda juga masih bisa mencari gantinya. Tapi jika Anda kehilangan umur, maka Anda tidak bisa mencari gantinya. Akan kehilangan selama-lamanya. 

Ada dua hal yang patut kita cermati soal umur. Pertama, jangan sampai waktu dalam umur kita lebih banyak kosongnya. Yang kedua jaga anggota tubuh kamu dari hal-hal yang berbau maksiat terhadap Allah SWT. Manfaatkanlah waktu dan umur untuk diisi dengan perbuatan taat. 

Mengapa seperti itu? Sebab jika waktu dalam umur kita banyak kosong maka disitulah muncul nafsu dan upaya setan supaya kamu melakukan kemaksiatan terhadap Allah SWT. Sebagai contoh, mata ini jangan sampai dipergunakan untuk tidak melihat hal-hal yang bermanfaat. Karena itu sebelum melihat hal-hal duniawi, pandanglah wajah orang-orang yang soleh. Atau buatlah mata kamu sibuk untuk membaca Al-Quran, wirid, atau kitab. Dengan kamu menyibukkan mata, maka sudah tak ada waktu lagi untuk melihat yang tidak baik. 

Begitu pun dengan pendengaran. Dengarkan nasehat, ayat Quran, atau hadist. Sehingga tidak lagi mendengarkan hal-hal yang tidak baik. Begitupun mulut, gunakan mulutmu untuk berzikir, istighfar, shalawat dan lain-lainya. Sehingga tidak ada kesempatan untuk berbicara hal yang tidak diridhoi Allah. 

Jaga jangan sampai dengan anggota badan kamu kamu malah diisi dengan kelalaian atau maksiat terhadap Allah. Dikatakan bahwa waktu itu seperti pedang. Pedang itu berbahaya dan bisa memenggal kepala atau melukai kamu. Karena itu, waktu kalau  tidak digunakan untuk taat maka waktu itu akan mencelakakan. Waktu itu akan mencelakakan jika digunakan untuk kegiatan maksiat terhadap Allah. 

Soal waktu yang begitu berharga, kita bisa bertanya kepada orang yang sudah tua. Tanya mereka apa yang mereka harapkan.  Orang tua yang sudah buram penglihatan misalnya hanya ingin melihat terang. Ada pula yang ingin jalan kuat lagi, sebab saat tua jalannya sudah pincang. Kepingin kuat solat berdiri lagi karena saat tua sudah dia tak kuat solat berdiri. Manusia umumnya ingin anggota badannya tetap sehat. 

Namun begitulah ketentuan dari Allah. Kamu akan semakin melemah ketika kamu sudah melewati usia muda. Allah  menciptakan manusia pada awal kelahiran dalam keadaan lemah, tak bisa apa-apa. Kemudian semakin kuat sampai akhirnya betul-betul kuat. Itulah Masa muda. Setelah itu, manusia akan memasuki fase semakin melemah, melemah, melemah, dan tua. Bahkan di antara manusia akan dikembalikan kepada situasi layaknya dia bayi. Sampai dia tak dapat mengenali anaknya atau saudaranya sendiri. Sampai buang hajat di segala tempat. Sama seperti bayi yang tidak tau apa-apa. Itulah manusia. 

Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana kamu menjaga atau mengawal umur ini? Sebab umur ini sangat berharga. 

Kamu bisa menjaga atau mengawal toko kamu setiap saat,  kamu bisa kawal pekerjaan kamu, kamu bisa kawal karier kamu, kamu bisa kawal kendaraan kamu. Kamu bisa mengawal atau menjaga segalanya, tetapi bagaimana dengan umur? Mengapa umur tidak kamu kawal dengan baik? Sehingga bisa tercuri dengan hawa nafsu, tercuri dengan pengaruh setan. Atau digunakan untuk maksiat terhadap Allah SWT. 

Semakin tambah umur ini, maka semakin singkat kesempatan hidup kita di atas dunia. Dan kamu harus paham bahwa setelah kehidupan atas dunia ini ada kehidupan untuk membalas apa yang kamu telah kerjakan. Jika kamu mengerjakan kebaikan, maka kamu akan dibalas dengan yang lebih baik. Jika kamu melakukan kejelekan, maka kamu akan dihukum dengan yang setimpal oleh Allah SWT. 

Jangan main-main, setelah umur ini sudah ada balasan yang menunggu. Ruhnya orang mukmin itu kalau sudah keluar dari jasadnya alias mati, seperti burung keluar dari sangkarnya. Dia akan bebas, dia akan terbang menjulang tinggi, dia akan semakin nikmat. Begitulah orang mukmin. Ruhnya ini kalau sudah lepas dari jasadnya seperti burung yang keluar. Dia akan sampai ke arsy Allah SWT. Dia akan menikmati kenikmatan surgawi. 

Tapi berbeda dengan ruhnya orang yang fasik atau orang yang ahli maksiat. Itu seperti binatang ternak yang dikeluarkan dari kandangnya menuju tempat penyembelihan. Dia bukan dikeluarkan untuk bebas, tapi untuk dihukum. Orang fasik ketika ruhnya keluar bukan untuk menikmati tapi merasakan azab yang pedih. Mudah-mudahan Allah ampuni setiap dosa kita. 

Karena itu, ayo kita jaga sisa umur kita. Jangan sampai keluar ruh dari jasad, kita bernasib seperti yang kedua tapi bernasib seperti yang pertama, yaitu ruhnya orang yang soleh bukan ruhnya orang yang fasik. Amin yarobbal alamin.