Rabithah Alawiyah

RENUNGAN SEBELUM MEMASUKI 10 HARI TERAKHIR RAMADHAN

Hari ini kita berada di penghujung 10 hari kedua Bulan Ramadhan yang penuh maghfirah. Insya Allah, sebentar lagi kita akan menyongsong hari-hari yang paling istimewa, yaitu 10 hari terakhir Bulan Ramadhan.  Inilah hari-hari yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang saleh, sebab menurut jumhur ulama, di dalamnya terdapat malam yang istimewa, yaitu Malam Lailatul Qodar. Allah ﷻ berfirman mengenai malam ini:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (QS Al-Qadar: 3)

Rasulullah ﷺ bersabda:

فَالْتَمِسُوهَا ‌فِي ‌الْعَشْرِ ‌الْأَوَاخِرِ، وَالْتَمِسُوهَا فِي كُلِّ ‌وِتْرٍ

Carilah malam itu (Lailatul Qodar) di sepuluh hari terakhir Ramadhan carilah di malam-malam ganjilnya. (HR Bukhari-Muslim)

Imam an-Nakhai mengatakan mengenai malam Lailatul Qodar:

اَلْعَمَلُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ الْعَمَلِ فِي أَلْفِ شَهْرٍ

Beramal di dalamnya lebih baik daripada beramal selama seribu bulan.

Saudara, jika kita ditawarkan bekerja satu hari atau bahkan sepuluh hari dengan gaji yang setara dengan bekerja selama 1000 bulan/83 tahun lebih, maka apakah yang akan kita lakukan? Tentu kita akan bekerja dengan giat selama sepuluh hari itu untuk mendapatkan keuntungan yang demikian besar, tidak peduli betapa lelahnya kita, bahkan kalau bisa kita hanya istirahat sebentar saja. Amat bodoh jika kita lewatkan kesempatan emas itu terbuang sia-sia.

Demikian pula halnya dengan Lailatul Qodar, satu amalan yang dilakukan di malam itu, baik itu berupa shalat, sedekah, bacaan Al-Quran, doa, dzikir dan semua kebaikan lain dilipat-gandakan pahalanya melebihi amalan selama 1.000 bulan. Maka betapa bodohnya, jika kita menyiakan kesempatan emas ini terbuang sia-sia.

Janganlah kita memiliki sifat seperti orang kafir yang sangat bersemangat mencari keuntungan dunia, namun hilang semangatnya ketika diajak mendapatkan keuntungan akhirat. Allah ﷻ menggambarkan sifat mereka dalam ayat:

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (١٦) وَالْآخِرَةُ ‌خَيْرٌ ‌وَأَبْقَى

Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS Al A’la: 16-17)

Lihatlah bagaimana Rasulullah ﷺ menyambut 10 hari Terakhir bulan Ramadhan. Sayidah Aisyah RAH menuturkan:

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‌يَجْتَهِدُ ‌فِي ‌الْعَشْرِ ‌الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ

Rasulullah ﷺ bersungguh-sungguh (beribadah) dalam sepuluh hari terakhir (Ramadhan) dengan kesungguhan yang tidak didapati di hari-hari lainnya. (HR Muslim)

Nabi SAW menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah, menjauhi tempat tidurnya, beritikaf sampai selesai Ramadhan, dan tidak lupa pula mengajak keluarganya baik yang masih anak-anak atau yang sudah dewasa untuk sama-sama beribadah di malam-malam itu. Sayidina Ali Ra menceritakan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‌يُوقِظُ ‌أَهْلَهُ ‌فِي ‌الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ، وَكُلَّ ‌صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ يُطِيقُ الصَّلَاةَ

Rasulullah membangunkan keluarganya di sepuluh malam terakhir Bulan Ramadhan. Beliau membangunkan yang masih kecil maupun yang telah dewasa, yang sudah mampu melakukan shalat. (HR Thabrani)

Demikianlah semangat Nabi ﷺ dalam menghidupkan malam-malam mulia ini. Ini tidak lain agar mendapatkan ampunan dan anugerah-anugerah Allah ﷻ yang turun deras di malam-malam Ramadhan, terutama di Malam Lailatul Qodar.

Golongan Yang Terhalang Dari Ampunan

Rasulullah ﷺ menjamin ampunan dosa bagi siapa saja yang menghidupkan malam lailatur Qodar. Beliau bersabda:

«فَمَنْ قَامَهَا إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا ‌تَقَدَّمَ ‌مِنْ ‌ذَنْبِهِ ‌وَمَا ‌تَأَخَّرَ»

Siapa yang mengidupkan malam (lailatul Qadar) karena iman dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosanya yang telah lalu dan yang kemudian. (HR Ahmad)

Melihat besarnya keutamaan malam Lailatul Qodar, maka sungguh rugi orang yang terhalang dari kebaikan malam ini. Rasulullah ﷺ bersabda:

‌مَنْ ‌حُرِمَ ‌خَيْرَهَا، فَقَدْ حُرِمَ

Siapa yang terhalang dari kebaikannya (Lailatul Qodar), sungguh ia benar-benar terhalang dari kebaikan yang besar. (HR Ahmad)

Setiap orang muslim akan mendapatkan bagian kebaikan dari malam lailatul Qodar walaupun bagian itu berbeda-beda tergantung dari amalan mereka. Lalu siapakah yang terhalang dari kebaikan malam itu? Nabi ﷺ mengisahkan bahwa ketika Fajar terbit di malam Lailatul Qodar, Malaikat Jibril akan menyeru kepada para malaikat untuk pergi. Lantas para malaikat bertanya:

يَا جِبْرِيلُ، فَمَا صَنَعَ اللَّهُ فِي حَوَائِجِ الْمُؤْمِنِينَ مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟

Wahai Jibril, apakah yang Allah perbuat kepada keperluan-keperluan orang beriman dari Umat Muhammad ﷺ?

Malaikat Jibril menjawab:

نَظَرَ اللَّهُ إِلَيْهِمْ فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ فَعَفَا عَنْهُمْ وَغَفَرَ لَهُمْ إِلَّا أَرْبَعَةً

Allah memandang mereka di malam ini dan memaafkan mereka kecuali empat golongan.

Para sahabat yang mendengarkan kisah ini bertanya kepada Rasulullah ﷺ:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ هُمْ؟

Wahai Rasulullah, siapakah mereka?

Maka Nabi ﷺ bersabda:

مُدْمِنُ خَمْرٍ، وَعَاقٌّ وَالِدَيْهِ، وَقَاطِعُ رَحِمٍ، ‌وَمُشَاحِنٌ

Pecandu minuman keras, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, pemutus silaturahim, dan yang saling menyimpan kedengkian. (HR Baihaqi)

Maka jauhilah empat sifat ini saudara. Jangan sampai kita termasuk ke dalam golongan-golongan yang merugi ini. Segeralah tinggalkan maksiat kepada Allah ﷻ dan perbaikilah hubungan kita dengan orang tua, keluarga, sahabat, dan sesama muslim. Dengan demikian insya Allah kita dapat meraih pemberian maaf dari Allah di malam Lailatul Qodar.

Saling Memaafkan Untuk Mendapatkan Maaf Allah

Pemberian maaf dari Allah ﷻ adalah puncak yang dicari setiap orang yang mengenal Allah. Imam Yahya bin Muadz pernah berkata:

ليس بعارف من لم يكن غاية أمله من الله العفو.

Bukanlah seorang yang arif, orang yang puncak harapannya dari Allah bukan untuk mendapatkan maaf-Nya

Oleh sebab itu, Ketika Sayidah Aisyah RAH bertanya kepada Rasulullah ﷺ :

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ القَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟

Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu apabila aku mengetahuinya (malam Lailatul Qodar) apakah yang sebaiknya aku katakan di malam itu?

Maka Rasulullah ﷺ bersabda:

قُولِي: ‌اللَّهُمَّ ‌إِنَّكَ ‌عُفُوٌّ ‌تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Katakanlah: Ya Allah, Ya Allah sesungguhnya engkau Maha Pemberi Maaf, Engkau menyukai pemberian maaf,  maka maafkanlah aku. (HR Turmudzi)

Perbanyaklah doa ini di bulan Ramadhan yang tersisa saudara. Allah ﷻ Maha Pemaaf,  Allah menyukai memaafkan hamba-Nya, dan juga menyukai jika hamba-hambanya saling memaafkan. Jika hamba-hamba-Nya saling memaafkan, maka Allah pun akan memberikan maaf kepada mereka. Allah ﷻ berfirman:

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ‌أَلَا ‌تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ

Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? (QS an-Nur: 22)

Maka, marilah kita saling memaafkan di antara kita. Singkirkan perasaan dengki, dendam, dan hasud kepada sesama. Mudah-mudahan dengan demikian kita mendapatkan bagian terbesar dari ampunan Allah ﷻ di bulan ini, aamiin ya robbal alamiin. RA(*)