
Malam Idul Fitri
Jika hilal hari raya tiba, semua orang bersiap-siap menyambut hari raya dan mengatur semua urusan untuk menyambut hari raya, hari berbahagia dan berhias. Setelah pengumuman ru’yatul hilal diumumkan, terdengar suara tembakan-tembakan sebagai pengumuman masuknya hari raya, sekaligus ungkapan kebahagiaan atas datangnya hari raya.
Gema takbir hari raya terlantun dari lisan-lisan manusia di masjid-masjid, jalan-jalan, pasar-pasar, dan di semua tempat untuk meramaikan satu syiar dari syiar-syiar Islam, berdasar pada firman Allah ﷻ:
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (QS Al-Hajj : 32)
Menghidupan Malam Idul Fitri
Masyarakat Tarim menghidupkan Idul Fitri di masjid-masjid dan di rumah-rumah dengan membaca Al-Quran, dzikir, dan takbir. Mereka menghabiskan malam itu dalam Shalat Tahajud dan dalam ibadah untuk mengamalkan hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Abu Darda ra bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
من قام ليلتي العيد محتسبا فلم يمت قلبه حين تموت القلوب
Siapa yang berdiri (untuk beribadah) di dua malam hari raya karena mengharapkan pahala, maka hatinya tidak akan mati ketika hati-hati yang lain telah mati. (HR Baihaqi)
Pagi Hari Raya
Mereka terus larut dalam ibadahnya sampai tiba masuknya waktu Shalat Shubuh. Setelah muadzin melantunkan adzan Shubuh, mereka melakukan Shalat Sunah Fajar (Qobliyah Shubuh) dua rakaat. Lalu membaca doa ma’tsur sebelum Shalat Shubuh. Lalu mereka melakukan Shalat Shubuh berjamaah. Setelah Shalat Shubuh mereka bertasbih dan berdoa kepada Allah, beristigfar dan membaca tartib Fatihah, lalu mereka kembali ke rumah masing-masing.
Sebagian sibuk mengeluarkan zakat fitrahnya. Dan semua orang melakukan kesunahan mandi hari raya serta berhias, memakai pakaian hari raya, wewangian, dan keluar menuju tempat melakukan Shalat Idul Fitri.
Sebelum datangnya waktu shalat, sebagian ada yang berkumpul di tempat tokoh tertua keluarganya sebagaimana adat pendahulu mereka. Sebagian berkumpul di tempat-tempat khusus sesuai dengan kebiasaan pendahulu mereka. Sebagian berkumpul di masjid tertentu, sesuai dengan adat pendahulu mereka. Semoga Allah meridhoi mereka.
Shalat Id
Di Masjid Muhdhor, Waktu Shalat Idul Fitri diumumkan setelah Shalat Shubuh. Berbeda dengan waktu shalat Idul Adha yang diumumkan sebelum Shalat Maghrib di tempat pengumuman. Berdasarkan pengumuman ini, ketika waktu shalat id sudah dekat semua orang bergerak dari rumah masing-masing dan dari tempat-tempat berkumpul mereka menuju Jibanah (tempat Shalat Id). Sambil berjalan mereka melantunkan takbir di jalan-jalan dengan serentak:
الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Mereka melakukan ini untuk mengikuti sunah yang suci, dan lidah mereka tidak berhenti bertakbir sampai mereka tiba di Jibanah.
Yang terakhir sampai ke jibanah adalah masyayikh Keluarga Al-Khatib, di antara mereka ada Al-Khatib yang akan menjadi Imam Shalat. Begitu mereka sampai tempat shalat, petugas yang mengumumkan shalat segera mengumumkan:
(الصلاة جامعة رحمكم الله )
Mari shalat bersama-sama semoga Allah rahmati kalian
Para jamaah bangkit untuk Shalat. Salah seorang Al-Khatib menjadi imam shalat, dan setelah selesai ia menaiki mimbar menyampaikan dua khutbah hari raya.
Shalat Id dilakukan di banyak masjid di berbagai penjuru Kota Tarim.
Seusai ID
Setelah selesai dua khutbah. Jamaah saling bersalaman satu sama lain, bertukar selamat hari raya dan doa keberkahan atas datangnya Hari Raya Idul Fitri. Mereka keluar dari tempat shalat. Mereka berkumpul ke arah pojok barat daya Jibanah. Yang memimpin perkumpulan ini adalah tokoh tertua dari keluarga Syihabuddin. Beliau mengucapkan salam atas penghuni makam Basyar (pemakaman Tarim) dan membaca yang mudah dari Al-Quran, serta membaca Tartib Fatihah. Setelah itu beliau berdoa, dengan diamini jamaah. Dan perkumpulan itu pun bubar.
Sebagian mereka ada yang mengunjungi rumah tokoh tertua keluarganya untuk mengucapkan selamat hari raya. Ada pula yang pergi kepada kerabat dan tetangganya. Kemudian semuanya kembali ke rumah masing-masing. Ziarah antar keluarga, dan kerabat dilakukan di waktu Ashar hari itu juga.RA(*)
Dikutip dari Dalilil Qowim Fi Dzikri Syai Min Adati Tarim
Karya Al-Habib Hamid bin Muhammad bin Abdullah bin Syihabuddin