Rabithah Alawiyah

Tahun-Tahun Penting Dalam Sejarah Hidup Nabi ﷺ

Berikut ini adalah tahun-tahun penting dalam kehidupan Nabi ﷺ yang bersumber dari kitab-kitab sejarah Nabi terutama Tarikh Hawadits Wal Ahwal Nabawiyah karya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki:

Tahun Gajah, Tahun Kelahiran Nabi

Pada tahun ini Nabi ﷺ dilahirkan oleh ibundanya. Dinamakan Tahun Gajah sebab pada tahun ini Abrahah datang dengan pasukan gajah  untuk menghancurkan Ka’bah. Namun, Allah ﷻ menghancurkan mereka dengan burung Ababil yang melemparkan batu dari api kepada pasukan gajah sehingga mereka pun binasa. Peristiwa Ini diabadukan dalam surat Al-Fiil.

Sesuai adat tokoh Quraish Mekah, mereka mengirimkan anak-anak mereka untuk disusui wanita dusun dan hidup di sana karena udaranya lebih bersih, dan agar lebih fasih sebab orang-orang dusun berbicara dengan Bahasa Arab yang masih murni. Maka saat Halimah As-Sa’diyah datang ke Mekah, Nabi ﷺ diserahkan padanya untuk dibawa ke kampung Bani Saad untuk disusui dan tumbuh di sana.

Tahun Ke-2

Pada Tahun ini Nabi ﷺ masih berada di Bani Sa’ad bersama Halimah Sa’diyah . Dan di tahun ini pula, Sahabat Abu Bakar As-Shiddiq dilahirkan.

Tahun Ke3

Menurut sebagian riwayat, pada tahun ini terjadi peristiwa pembelahan dada Nabi ﷺ oleh malaikat. Ada yang berpendapat pembelahan dada ini terjadi pada tahun keempat, ada pula yang berpendapat pada tahun kelima.

Tahun Ke-5

Halimah As-Sadiyah mengembalikan Nabi ﷺ kepada ibundanya.

Tahun Ke-6

Ibunda Nabi ﷺ, Aminah membawa Nabi ﷺ mengunjungi para saudara dari pihak istri kakeknya, Bani Adi bin Najar di Madinah. Saat perjalanan kembali, Sayidah Aminah wafat di Abwa. Maka Nabi ﷺ pun mulai diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib.

Tahun Ke-8

Abdul Muthalib, kakek Nabi ﷺ wafat. Dan Nabi ﷺ mulai diasuh oleh pamannya, Abu Thalib yang merupakan saudara kandung dari Abdullah, Ayahanda Nabi ﷺ.

Tahun Ke-9

Nabi ﷺ dibawa  oleh Abu Thalib ke Syam untuk berdagang. Di dekat Syam, Rahib Bahira melihat Nabi ﷺ dan melihat tanda-tanda kenabian sesuai dengan yang ia ketahui  dari kitab-kitab terdahulu. Maka Bahira meminta Abu Thalib untuk segera memulangkan Nabi ﷺ karena khawatir keselamatannya jika kaum Yahudi mengetahui tanda-tanda itu.

Tahun Ke-13

Sahabat Umar bin Khtathab dilahirkan

Tahun Ke-14

Terjadi Perang Fijar di antara Suku Kinanah dan Qais. Nabi ﷺ hadir dalam perang itu untuk mengumpulkan panah musuh bagi paman-pamannya, dinamakan perang Fijar (durhaka) karena terjadi di Bulan Haram.

Di tahun yang sama terjadi Hilf Fudhul (perjanjian Fudhul). Dalam perjanjian ini, kaum Quraish berkumpul di Darun Nadwah bersepakat untuk mencegah orang zalim berlaku zalim. Mereka menyepakati perjanjian ini di Rumah Abdullah bin Jud’an. Setelah diutus, Nabi ﷺ bersabda:

لقد شهدتُ في دار عبد الله بن جُدعان حلفاً لو دُعيتُ له في الإسلام لأجبت،

Aku telah menghadiri suatu perjanjian di rumah Abdullah bin Jud’an yang seandainya aku diundang di masa Islam, tentu aku akan menghadirinya. (HR Humaidi)

Tahun ke-25

Sayidah Khadijah yang merupakan wanita Quraish paling terhormat, mempercayakan Nabi ﷺ untuk membawa dagangannya ke Syam bersama pelayan lelakinya, Maisarah . Maisarah melihat banyak keajaiban selama perjalanan, di antaranya bahwa Beliau ﷺ selalu dinaungi awan, bertemu dengan Rahib Nasharani, Nasthur, yang mengabarkan bahwa ia akan menjadi nabi, dan kejujuran Nabi ﷺ sehingga dagangan Khadijah untung berkali lipat. Semua ini diceritakan Maisarah kepada Sayidah Khadijah sehingga membuatnya tertarik untuk menikahi Nabi ﷺ.

Dua bulan setelah kepulangannya, Sayidah Khadijah meminta Nabi ﷺ untuk menikahinya melalui perantara sahabatnya, dan Nabi ﷺ pun menikah dengan Khadijah pada tahun ini. Saat itu Nabi  ﷺ berusia 25 tahun sedangkan Sayidah Khadijah berusia 40 tahun.

Tahun ke-30

Pada tahun ini, dilahirkan Sahabat Ali bin Abi Thalib di Ka’bah.

Tahun ke-34

Pada tahun ini dilahirkan Sahabat Muawiyah bin Abi Sufyan dan Sahabat Muadz bin Jabal.

Tahun ke-35

Nabi ﷺ sudah dikenal karena keberkahan dan sifat amanahnya. Pada tahun ini pula dilahirkan Sayidah Fatimah Az-Zahra.

Pada tahun ini, karena Kak’bah banyak mengalami kerusakan maka kaum Quraish menghancurkan Kakbah untuk membangunnya kembali. Saat akan meletakkan Hajar Aswad mereka berselisih siapa yang lebih pantas untuk mengembalikan Hajar Aswad, sampai hampir terjadi peperangan. Mereka akhirnya sepakat untuk menjadikan siapa saja yang datang pertama dari pintu masjid untuk menjadi hakim, dan ternyata yang datang adalah Nabi Muhammad ﷺ. Mereka pun setuju menjadikan beliau sebagai hakim. Beliau ﷺ memberikan keputusan yang sangat bijaksana dengan membentangkan kain rida dan meletakkan hajar aswad di dalamnya dan memerintahkan empat orang dari tokoh Quraish untuk membawanya bersama-sama dengan memegang ujung kain rida tersebut sampai ke tempat hajar aswad, kemudian Nabi ﷺ mengambil Hajar Aswad dengan tanganya yang mulia dan meletakkannya di tempatnya. Dan perpecahan pun dapat dihindari.

Tahun Ke-38

Mulai nampak Irhashat (tanda-tanda kenabian sebelum diutus). Beliau ﷺ  melihat cahaya dan mendengar suara tanpa wujud. Beliau mulai menyendiri di Gua Hira.

Tahun Ke-40

Pada tahun ini, Malaikat Jibril membawa risalah dari Allah ﷻ di gua hira dan ini merupakan permulaan kenabian. Surat pertama yang turun adalah Surat Al-Alaq 1-5, pada Ramadhan hari Senin.

Tahun Pertama Kenabian

Orang-orang terdekat Nabi ﷺ masuk Islam, yaitu Sayidah Khadijah, Sayidina Ali, Sahabat Zaid bin Haritsah, dan Sahabat Abu Bakar radhiyallahu anhum.

Tahun Ke-2 Kenabian

Pada tahun ini dakwah masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi kepada orang-orang dekat Nabi ﷺ. Banyak sahabat yang masuk Islam melalui Sahabat Abu Bakar radhiyallahu anhu.

Tahun ke-3 Kenabian

Mulai dilakukan dakwah Islam secara terang-terangan setelah turunnya ayat :

‌فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ

Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (QS Al-Hijr : 94)

Saat Nabi ﷺ menyeru kaumnya untuk masuk Islam, kaum Kafir Quraish tidak menanggapinya dengan keras. Mereka masih bersikap baik kepada Nabi ﷺ dan berinteraksi seperti biasa. Namun, ketika Nabi ﷺ mulai menyampaikan celaan atas paganisme, dan penyembahan berhala, serta mencela para pelakunya, barulah mereka mulai menjauhi dan berlaku keras kepada Nabi ﷺ.

Abu Thalib, paman Nabi ﷺ, adalah sosok yang selalu membela Nabi ﷺ dan meringankan tugasnya. Demikian pula kerabat Nabi ﷺ dari kalangan Banu Hasyim dan Banu Muthalib selalu melindungi Nabi ﷺ dari kekerasan kaum Quraish, kecuali Abu Lahab. Sedangkan kaum Quraish mulai mengambil langkah ekstrim dan sepakat untuk menyiksa orang yang masuk Islam dari kalangan mereka agar mereka kembali pada agama leluhurnya.

Umat Islam melakukan ibadahnya di tempat-tempat sunyi menjauhi keramaian untuk menjauhi gangguan kaum kafir. Suatu saat, Saad bin Abi Waqqash ra yang saat itu telah masuk Islam, melakukan shalat di suatu bukit di Mekkah bersama beberapa orang, sekelompok kaum musyrik yang mulai mengganggu mereka sampai terjadi gesekan fisik. Saat itu kepala Saad bin Abi Waqqash dipukul dengan tulang rahang unta sampai terluka. Ini adalah darah pertama yang mengalir dalam Islam.

Untuk mencegah kaum Arab mengikuti Nabi ﷺ, maka Walid bin Mughirah dan orang-orang kafir Quraish sepakat untuk menyebut nabi sebagai penyihir.

Tahun Ke-5 Kenabian

Pada tahun ini terjadi beberapa peristiwa penting, di antaranya:

  • Kelahiran Sayidah Aisyah radhiyallahu anha yang kelak menjadi Ummul Mukminin.
  • Hijrah para sahabat ke Habasyah (Ethiopia)

Nabi ﷺ mengizinkan para sahabat yang tidak memiliki pelindung dari gangguan kaum Quraish untuk berhijrah ke Habaysah. Mulanya sebanyak 11 orang lelaki dan empat wanita pergi secara sembunyi-sembunyi. Di antara yang berhijrah adalah Sahabat Utsman bin Affan beserta istri beliau Sayidah Ruqayah binti Rasulullah ﷺ, Ummu Salamah yang kelak menjadi Ummul Mukminin, Sahabat Utsman bin Madzh’un. Kemudian Sahabat Jakfar bin Abi Thalib menyusul, dan berturut-turut kaum muslim berhijrah sampai jumlahnya mencapai 82 orang lelaki selain wanita dan anak-anak.

Penguasa Habasyah, Raja Negus (Najasyi) memuliakan mereka. Sebagian muhajirin kembali ke Mekah, dan sebagian lain tetap di sana sampai ketika Nabi ﷺ Hijrah ke Madinah, maka mereka pun menyusul hijrah ke Madinah.

  • Pada Tahun ini, Sayidah Sumayyah, ibu dari Sahabat Ammar bin Yasir wafat sebagai Syahid pertama dalam Islam. Ia disiksa sampai mati oleh kaum kuffar karena mempertahankan agamanya.

Tahun ke-6 Kenabian

Pada tahun ini Sahabat Hamzah masuk Islam. Beliau adalah Paman Nabi ﷺ, seorang pemuda Quraish yang paling tinggi harga dirinya. Maka umat Islam menjadi lebih kuat dengan keberadannya, dan kaum Quraish sedikit mengendorkan gangguannya.

Tiga hari setelahnya, Sahabat Umar bin Khathab masuk Islam karena doa dari Nabi ﷺ:

‌اللَّهُمَّ ‌أَعِزَّ ‌الإِسْلَامَ بِأَبِي جَهْلِ بْنِ هِشَامٍ أَوْ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ

Ya Allah muliakan Islam dengan Abu Jahal bin Hisyam atau dengan Umar bin Khathab. (HR Turmudzi)

Dalam riwayat lain, Nabi ﷺ mendoakan secara khusus Umar bin Khathab:

اللَّهُمَّ أَعِزَّ ‌الْإِسْلَامَ ‌بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ خَاصَّةً

Ya Allah muliakan Islam dengan Umar bin Khathab saja. (HR Al-Hakim)

Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu mengatakan:

“Kami tidak mampu melakukan shalat di dekat Kakbah sampai Umar radhiyallahu anhu masuk Islam.”

Tahun ke-7 Kenabian

Kaum Quraish bersepakat untuk memboikot Bani Hasyim dan Bani Muthalib yang menjadi pendukung Nabi ﷺ, dan memutuskan semua hubungan dengan mereka. Tidak boleh saling berjual-beli, menikah, dan semua interaksi dengan mereka.

Hasil kesepakatan ditulis dalam sebuah lembaran yang digantung di dalam Kakbah. Penulis perjanjian itu adalah Manshur bin Ikrimah yang kemudian tangannya menjadi lumpuh.

Maka Banu Hasyim dan Banu Muthalib kecuali Abu Lahab, menyingkir ke Syiib Abu Thalib. Mereka hidup dengan sangat memprihatinkan, dan kelaparan yang melampaui-batas sehingga memakan dedaunan. Boikot itu berlangsung dalam masa tiga tahun. Tidak ada yang berani membantu mereka kecuali secara rahasia.

Kemudian tiga tahun kemudian, lima tokoh Quraish bersepakat untuk membatalkan isi perjanjian itu, dan membatalkannya dan mereka dapati kertas perjanjian telah habis dimakan rayap kecuali tulisan Allah di dalamnya.

Pada tahun ini terjadi perang Buats di Madinah, antara kaum Aus dan Khazraj. Buats adalah benteng Suku Aus. Perang ini sangat besar, setelah perang ini mereka tadinya sepakat untuk menjadikan Abdullah bin Ubay bin Salul untuk menjadi pemimpin yang mendamaikan mereka. Akan tetapi kedatangan Nabi ﷺ ke Madinah kelak, mengubah jalannya sejarah sehingga Abdullah bin Ubay terpaksa menjadi muslim dan menjadi seorang tokoh munafik.

Tahun ke-8 Kenabian

Turun surat Ar-Rum yang menyebutkan bahwa Persia menang melawan Romawi dan dalam beberapa tahun Romawi akan mengalahkan Persia. Sahabat Abubakar bertaruh dengan kaum kafir bahwa Romawi akan menaklukan persia dalam sembilan tahun, dan menang.

Kemenangan Persia membuat kaum kufar senang karena kesamaan mereka dalam paganisme, sedangkan kemenangan Romawi membuat umat Islam senang karena kesamaan mereka dalam Ahlul Kitab.

Tahun ke-9 Kenabian

Nabi  ﷺ dan keluarganya keluar dari Syiib Abu Thalib setelah boikot mereka dibatalkan. Pada tahun ini juga terjadi mukjizat Nabi ﷺ yang luar biasa, yaitu pembelahan bulan. Ini adalah mukjizat langit yang tidak terjadi pada nabi lain selain Nabi Muhammad ﷺ, sebab nabi-nabi lain mukjizatnya hanya terbatas di bumi.

Tahun ke-10 Kenabian

Abu Thalib, paman yang selalu menindungi Nabi ﷺ, wafat maka amat besar kesedihan Nabi ﷺ. Kemudian tidak lama berselang, Sayidah Khadijah radhiyallahu anha pun wafat, maka semakin besar kesedihan Nabi ﷺ. Oleh sebab itu, tahun itu dinamakan Amul Huzn, Tahun Kesedihan.

Pada tahun ini, Nabi ﷺ menikahi Sayidah Saudah binti Zam’ah dan memulai rumah tangga bersama beliau di Mekah. Di tahun ini beliau melangsungkan akad nikah dengan Sayidah Aisyah ra.

Pada tahun ini, Nabi ﷺ keluar menuju Thaif berdakwah kepada suku Tsaqif. Beliau berdiam selama sebulan, untuk berdakwah akan tetapi menerima penolakan yang buruk. Beliau disakiti, dihina, dicela, dan direndahkan. Sampai beliau diusir dan dilempari batu sehingga kaki beliau berdarah.

Tahun ke-11 Hijriyah.

Nabi ﷺ berusaha menawarkan diri kepada kabilah-kabilah yang datang pada musim haji ke Mekah. Beliau mendatangi perkumpulan mereka yang ada di Mina, Arafah, dan pasar musiman yang terkenal.

Pada tahun ini terjadi permulaan Islam kaum Anhsar. Nabi ﷺ mendapati enam orang Khazraj di Aqabah, dan mereka beriman kepada Nabi ﷺ dan berjanji akan berdakwah dan bertemu kembali pada tahun berikutnya.

Pada tahun ini, sejumlah Jin dari kota Nashibin di Syam mendatangi beliau. Mereka berjumlah 9 jin dan beriman kepada Nabi ﷺ. Mengenai mereka, Allah ﷻ berfirman:

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ ‌نَفَرًا ‌مِنَ ‌الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. (QS Al-Ahqaf : 29)

Tahun ke-12 Kenabian

Terjadi peristiwa Isra Mi’raj dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha kemudian ke langit ke tujuh sampai kepada tempat yang tidak diketahui kecuali oleh Allah ﷻ. Saat itu, Shalat lima waktu  diwajibkan.

Pada tahun ini, kaum Anshar kembali dengan 12 orang lelaki dan melakukan baiat Aqabah. Nabi ﷺ mengutus sahabat Mush’ab bin Umair ikut pergi ke Madinah bersama rombongan kaum Anshar untuk berdakwah. kaum Anshar berjanji akan kembali bertemu pada tahun berikutnya.

Tahun ke-13 Kenabian

Tahun ini terjadi Baitul Aqabah ketiga. Pertemuan Nabi ﷺ dengan kaum Anshar di Aqabah di musim haji. Kaum Anshar berjumlah 73 lelaki dan 2 wanita, dan berbaiat kepada Nabi ﷺ. Nabi memilih 12 Naqib/pemimpin di antara mereka. Mereka siap menerima Nabi ﷺ dan para sahabat di Madinah, dan berjanji membela Islam sampai titik darah pengabisan. Maka dimulailah hijrah para sahabat.

Tahun Pertama Hijrah (Tahun ke-14 setelah Kenabian)

Banyak peristiwa terjadi pada tahun ini, di antaranya:

  • Nabi ﷺ berhijrah ke Madinah pada usia  53 tahun. Beliau keluar dari Mekah ke Madinah pada bulan Shafar dan Masuk Madinah pada Hari Senin, waktu  Dhuha, tanggal 12 Rabiul Awal menurut pendapat yang masyhur. Beliau berhijrah bersama Sahabat Abu Bakar radhiyallahu anhu. Penunjuk jalannya adalah Abdullah bin Uraiqith. Di Madinah, beliau tiggal sementara di rumah Abu Ayub sebelum kediamannya selesai dibangun.
  • Pada tahun ini, selesai pembangunan Masjid Quba, Masjid Nabawi, serta tempat-tempat tinggal Beliau ﷺ.
  • Pada tahun ini, Nabi ﷺ mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar untuk saling membantu dan berbagi. Kaum Anshar sangat antusias untuk membantu kaum Muhajirin sehingga menawarkan sebagian kekayaan mereka, kaum Muhajirin pun tidak ingin merepotkan kaum Anshar dan mulai mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan. Mulanya setiap mereka yang dipersaudarakan saling mewarisi, namun hukum ini dihapus. Setelah itu, mereka tidak saling mewarisi.
  • Tahun ini, Ibu dari sahabat Anas menyerahkan putranya itu untuk menjadi pelayan Rasulullah ﷺ, usia Anas saat itu adalah sepuluh tahun.
  • Pada tahun ini, Nabi ﷺ melakukan Shalat Jumat di Bani Salim, di perjalanan dari Quba menuju Madinah. Ini adalah Shalat Jumat pertama dalam Islam, sekaligus Khutbah pertama dalam Islam.
  • Tahun ini mulai disyariatkan Adzan.
  • Sahabat Abdullah bin Salam, seorang tokoh ulama Yahudi, masuk Islam
  • Dua orang Naqib wafat, yaitu Sahabat As’ad bin Zurarah dan Bara bin Ma’rur.
  • Rasulullah ﷺ mengutus sariyah (ekspedisi perang tanpa Nabi ﷺ) terdiri dari 30 orang dan menjadikan pamannya, Hamzah, sebagai pemimpin ekspedisi dan menyerahkan panji perang. Ekspedisi dilakukan pada bulan Ramadhaan, dengan panji perang berwarna putih, bertujuan mencegat kafilah dagang Quraish di dalamnya terdapat Abu Jahal bersama 300 orang lelaki. Mereka sampai ke daerah Saif dari arah Al-Ish. Ketika mereka saling berhadapan, Majdi bin Amr Al-Juhani menengahi mereka, maka mereka pulang tanpa ada peperangan.
  • Tahun ini, Beliau ﷺ mengirim utusan yang dipimpin keponakan Beliau ﷺ yaitu Ubaidah bin Al-Harits bin Abdul Muthalib radhiyallahu anhu ke Bath Rabigh di bulan Syawal bersama sekitar 60-90 orang muhajirin. Ini adalah utusan pertama dalam Islam. Dalam perutusan ini, Saad bin Abi Waqqash melepaskan panahnya dan itu adalah panah pertama yang dilepaskan dalam Islam.
  • Pada tahun ini Nabi ﷺ mengirim Sariyah Sa’ad bin Abi Waqqash ke Kharrar sebuah lembah di Hijaz dari Juhfah di bulan Dzul Qodah beranggotakan 20 orang untuk mencegat kafilah Quraish, mereka mengikuti jejak kafilah dan ingin mencegat di shubuh ke lima, namun mereka dapati bahwa kafilah sudah lewat hari sebelumnya
  • Pada tahun ini, Nabi ﷺ berpuasa Asyura (10 Muharam) dan memerintahkan untuk berpuasa di hari ini. Yahudi di masa jahiltah berpuasa Asyura.
  • Di tahun ini, di antara Tokoh Kafir Quraish yang mati adalah Al-Ash bin Wail As Suhami dan Walid bin Mughirah.

Tahun Ke-2 Hijriyah

  • Pada tahun ini kiblat umat Islam dipindahkan dari Baitul Maqdis ke Kakbah di pertengahan bulan Syakban.
  • Pada tahun ini diwajibkan puasa Ramadhan.
  • Pada tahun ini diwajibkan Zakat Fitrah dan Zakat Mal Dan Disyariatkan Hari Raya.
  • Pada Tahun ini terjadi Ghazwah (perang bersama Nabi ﷺ) pertama yaitu ghazwah Waddan di bulan Shafar. Dikatakan juga ghazwah Abwa, yaitu gunung antara Mekah dan Madinah. Nabi ﷺ keluar untuk mencegat kafilah Quraish dan pergi selama lima belas hari dan tidak medapati peperangan. Di dalamnya Beliau ﷺ mengadakan perjanjian damai dengan Bani Dhamrah.
  • Terjai Ghazwah Yaitu gunung  Juhainah dari arah Radhwa, berjarak empat barid dari Mekah pada bulan Rabiul Awal bersama 200 pasukan untuk mencegat kafilah Quraish yang di dalamnya terdapat Umayah bin Khalaf. Namun pasukan tidak mendapati apapun
  • Kemudian Nabi ﷺ keluar ke Dzatul Asyirah tempat Bani Mudlij dari Yanbu pada Jumadal Akhirah bersama seratus lima puluh orang, mencegat kafilah Quraish, namun terlambat beberapa hari. Maka Beliau ﷺ mengadakan perjanjian damai dengan Bani Mudlij, dan kembali tanpa menemui gangguan
  • Setelah kembali dari Ghazwah Dzatul Asyirah, beliau ﷺ kembali keluar untuk mencari Kurz bin Jabir Al-Fihri karena telah menyerang luar Kota Madinah. Pasukan mengejar sampai ke daerah Safwan dari arah Badar namun tidak menemuinya. Ini dinamakan juga Ghazwah Badar Pertama.
  • Nabi mengirim Sariyah Abdullah bin Jahsy ra ke Nakhlah yang berjarak semalam dari Mekah pada bulan Rajab bersama 12 kaum Muhajirin untuk mengawasi Quraish. Saat itu, lewat kafilah Quraish yang membawa kismis dan kulit dari Thaif. Dalam kafilah itu terdapat, Amr bin Al-Hadrami. Maka kaum muslimin bermusyawarah, dan berkata

“Kita berada di akhir Rajab. Jika kita perangi mereka, kita telah menodai kehormatan Bulan Rajab. Jika kita biarkan semalam, mereka akan lolos dan masuk tanah haram Makah.”

Maka mereka bersepakat menyerang. Dalam serangan itu  mereka membunuh Amr dan menawan dua orang tawanan. Mereka menggiring barang kafilah dan tawanan ke Madinah. Akan tetapi, Nabi ﷺ bersada:

“Aku tidak memerintahkan kalian untuk berperang di Bulan Haram.”

Maka dua tawanan dan ghanimah itu dibiarkan sampai setelah kembali dari Perang Badar, barulah dibagikan bersama ghanimah (rampasan perang) Badar

Kaum Quraish mengatakan bahwa Nabi ﷺ menumpahkan darah dan mengambil harta pada bulan Hram maka Allah ﷺ menurunkan ayat:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ ‌قِتَالٍ ‌فِيهِ قُلْ ‌قِتَالٌ ‌فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللَّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS AL Baqarah: 217)

  • Kemudian terjadi Ghazwah ke arah Juhainah pada pertengahan Syakban.
  • Perang Badar Kubra

Tanggal 17 Ramadhan, Hari Jumat tahun kedua ini terjadi perang badar Kubra. Ini adalah perang yang sangat menentukan jalannya agama Islam. Semua kemenangan yang terjadi setelahnya, pemerintahan dan negara yang terbentuk, berhutang budi pada Perang Badar ini. Oleh sebab itu Allah ﷻ menamainya dengan Yaumul Furqan:

إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا ‌يَوْمَ ‌الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS Al Anfal : 41)

Kisahnya bahwa Rasulullah ﷺ mendengar bahwa Abu Sufyan bin Harb akan tiba dari Syam dalam kafilah yang besar milik Qurasih yang di dalamnya terdapat harta dan perdagangan mereka. Pada masa itu, kaum muslimin dan kaum Kufar Quraish saling menyerang. Tentunya hasil perdagangan itu jika dibiarkan akan menjadi modal perang kaum kufar dalam memerangi Islam. Oleh sebab itu kaum muslimin hendak mencegat kafilah tersebut.

Ketika Rasulullah ﷺ mendangar Abu Sufyan datang dari Syam maka Nabi ﷺ mengajak para sahabat untuk ikut mencegatnya tanpa memaksa siapa yang mau ikut, sebab tujuan awal perang ini hanya mencegat kafilah bukan  berperang dengan pasukan perang.

Abu Sufyan yang mendapatkan kabar bahwa Nabi ﷺ hendak menyerangnya, segera  mengirim utusan ke Mekah untuk meminta bantuan Quraish untuk melindungi kafilahnya.  Permintaan ini sampai ke Mekah, maka mereka bersiap untuk berperang denga membawa emua tokoh Quraish dalam pasukannya. Mereka juga mengajak kabilah Arab yang ada di sekeliling Mekah untuk bergabung. Maka mereka keluar dengan penuh kefanatikan, kemarahan dan semangat menghancurkan Islam.

Rasulullah ﷺ saat itu bersama dengan 313 pasukan. Dalam pasukan itu hanya terdapat dua kuda, dan tujuh puluh unta yang ditunggangi bergiliran antara tiga orang. Semua bergilir tanpa memandang jabatan, di antara mereka yang bergiliran adalah Nabi Muhammad ﷺ, Sahabat Abu Bakar, Sahabat Umar, dan tokoh para sahabat.

Nabi membeikan panji perang kepada Sahabat Mus’ab bin Umar, bendera Muhajirin kepada Sahabat Ali bin Abi Thalib, dan bendera Anshar kepada Sahabat Saad bin Muadz

Saat itu Kafilah Abu Sufyan berhasil lolos karena melewatu jalan sepanjang pantai. Maka Abu Sufyan mengabari pasukan Quraish bahwa ia telah selamat, dan meminta Quraish kembali ke Mekah sebab kafilah mereka sudah selamat. Tadinya Pasukan Quraish hendak kembali, tetapi Abu Jahal berkeras untuk terus melanjutkan perang.

Kaum Quraish saat itu berjumlah seribu orang lebih. Di antara mereka para tokoh pembesar Quraish, para penunggang kuda dan pendekarnya.

Allah menurunkan hujan pada malam itu. Bagi kaum musyrik itu adalah hujan yang sangat deras yang mengalangi mereka untuk berjalan. Sedangkan bagi kaum muslim itu adalah hujan rahmat yang menjadikan tanah keras menjadi mudah diinjak, dan mengokohkan hati mereka.

Malam sebelum terjadinya perang, Nabi ﷺ mendatangi medan perang dan menunjukkna dnegan tangannya tempat-tempat para tokoh Quraish akan tewas, dan esoknya semua tewas persis di tempat yang Nabi ﷺ tunjukkan.

Saat kedua pasukan sudah saling berhadapan, Nabi ﷺ merapikan barisan pasukan dan kembali ke tenda bersama Abu Bakar, lalu Rasulullah ﷺ banyak berdoa dan merendahkan dirinya kepada Allah :

“Ya Allah benarkanlah apa yang telah Engkau janjikan padaku, Ya Allah kami memohon pertolonganmu.” Beliau ﷺ mengangkat kedua tangannya ke langit sampai kain rida beliau jatuh dari pundaknya dan Sahabat Abu Bakar ra menghiburnya.

Lalu Rasulullah ﷺ keluar menemui pasukannya, menyemangati mereka untuk berperang, Rasulullah ﷺ berkata: “Bangkitlah untuk menyongsong surga yang seluas langit dan bumi.”

Semua orang berada dalam barisan, bersabar dan banyak berdzikir kepada Alllah ﷻ.

Rasulullah ﷺ berperang dengan sangat dahsyat, beliau adalah orang yang paling dekat dengan musuh dan paling keras perlawanannya. Allah ﷻ menurunkan malaikat dengan rahmat dan pertolongan yang ikut memerangi kaum musyrikin. Inilah makna firman Allah:

إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوا فَوْقَ الْأَعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ ‌بَنَانٍ

(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman”. Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. (QS Al-Anfal : 12)

Peperangan usai dengan kemenangan umat Islam. Tujuh puluh orang kafir terbunuh, di antaranya ada pemimpin mereka  seperti : Abu Jahal, Utbah bin Rabiah dan saudaranya Syaibah serta anaknya walid, dan 70 orang musyrik ditawan.Kaum muslim yang gugur, enam orang dari kaum Muhajirin dan delapan dari kaum Anshar.

  • Pada tahun ini Ali bin Abi Thalub menikah dengan Sayidah Fatimah putri Rasulullah ﷺ.
  • Pada tahun ini terjadi Sariyah Umair bin Adi Al-Khatthmi pada lima malam tersisa dari Ramadhan.
  • Pada tahun ini terjadi Ghazwah Bani Sulaim, Tujuh hari setelah perang Badar, Nabi ﷺ keluar menuju Bani Sulaim sampai mata air Kudr, dinamakan juga ghazwah Qarqarah. Beliau berdiam tiga hari menunggu musuh, namun tidak ada seorang pun yang datang.
  • Pada tahun ini, terjadi Sariyah Salim bin Umair pada bulan Syawal untuk menyerang Abi Afk Yahudi orang tua yang membuat syair syair untuk mencela dan menghina Nabi ﷺ dan kaum muslimin dan menyemangati untuk memerangi Nabi ﷺ dan ia berhasil dibunuh.
  • Ghazwah Bani Qainuqa

Bani Qainuqa adalah suku Yahudi yang tinggal di Madinah. Mereka terkenal berani dan sabar. Mereka merupakan sekutu Abdullah bin Ubai bin Salul tokoh munafik Madinah. Mereka merupakan suku Yahudi pertama yang mengingkari janji dan menampakkan pembangkangan dan kedengkian.

Perang ini terjadi pada Hari Sabtu. pertengahan Syawal. Mereka dikepung selama lima belas hari sampai Hilal Dzulqodah. Allah ﷻ menumbuhkan rasa takut di hati meeka, sehingga mereka menyatakan tunduk kepada hukum Nabi ﷺ. Mereka menawarkan Nabi ﷺ untuk menguasai semua harta mereka asalkan mereka boleh pergi dengan selamat bersama anak istri dan harta yang bisa dibawa. Maka Nabi ﷺ menerima tawaran mereka. Mereka pun pergi  dengan aman dan berpindah ke Adzriat.

  • Ghazwah Sawiq, sawiq adalah perbekalan kaum musrikin yang diambil oleh kaum muslim dalam perang ini. Perang ini terjadi pada Ahad, 5 Dzulhijjah dengan 80 pasukan. Tujuannya mengejar Abu Sufyan yang datang dengan 200 pasukan, menyerang Arudh yang berjarak tiga mil dari Madinah. Di sana pasukan Abu Sufyan membakar pohon dan membunuh seorang Anshar. Tadinya Abu Sufyan berjanji tidak akan menyentuh wanita dan memakai wewangian sebelum memerangi Nabi Muhammad ﷺ. Setelah menyerang Arudh ia beranggapan sumpahnya telah dipenuhi, maka ia pun pulang. Nabi ﷺ mengejar pasukan Abu Sufyan, namun pasukan itu sudah lari, sehingga Nabi ﷺ kembali ke Madinah setelah lima hari.
  • Sariyah Muhammad bin Maslamah bersama empat orang dengan misi membunuh Kaab bin Al-Asyraf tokoh Yahudi yang banyak menyakiti Nabi ﷺ dan para sahabat. Misi dilakukan pada 14 Rabiul Awal dan berhasil membunuh Kaab, sehingga kaum Yahudi merasa ketakutan.
  • Ghazwah ke Najs memerangi kaum Ghathafan pada 12 Rabiul Awal bersama 450 pasukan. Pada perang ini Du’tsur bin Harits Al-Muharibi hendak membunuh Nabi ﷺ yang sedang beristirahat di sebuah pohon, namun dicegah oleh Allah ﷻ sehingga pedangnya berpindah kepada Nabi ﷺ. Akhirnya Du’tsur masuk Islam. Nabi ﷺ kembali seteah pergi selama 11 hari tanpa menemukan musuh.
  • Sariyah Zaid bin Haritsah bersama 100 pasukan menuju Qardah mencegat kafilah Qurasih yang di dalamnya terdapat Shafwan bin Umayah. Mereka berhasil dan mendapatkan 25.000 dirham dan menawan Furat bin Hayan yang kemudian masuk Islam.
  • Pada tahun ini, sahabat Utsman bin Madz’un ra. Ia adalah kaum muhajirin pertama yang wafat di Madinah. Beliau wafat setelah kepulangannya dari Badar. Beliau adalah orang pertama yang dikubur di Baqi Gharqad. Nabi ﷺ mencium jenazahnya di antara dua matanya sambil menangis. Kelak. ketika Ibrahim putra Rasulullah ﷺ wafat, Nabi ﷺ menguburkan putranya di samping kubur sahabat Utsman sambil berkata:

الحق بسلفنا الصالح عثمان بن مظعون

Susullah pendahulu kita yang saleh, Utsman bin Madz’un

  • Pada tahun ini, Sayidah Ruqayah putri Nabi ﷺ
  • Pada bulan Syawal tahun ini, Nabi ﷺ mulai berumah tangga bersama Sayidah Aisyah rah.
  • Pada tahun ini dilahirkan anak pertama dari kaum Muhajirin yaitu Abdullah bin Zubair, dan anak pertama dari kaum Anshar yaitu Nu’man bin Basyir.

Tahun Ke-3 Hijrah

  • Pada Ramadhan tahun ini, Imam Hasan bin Ali dilahirkan.
  • Pada bulan Ramadhan yang sama, Nabi ﷺ mulai membina rumah tannga dengan Sayidah Hafshah putri Sahabat Umar bin Khathab, dan Sayidah Zainab binti Khuzaimah Al-Amiriyah yang dijuluki dengan Ummul Masakin (Ibu kaum miskin). Sayidah Zainab hanya tiga bulan berumah tangga bersama Nabi ﷺ, kemudian beliau wafat.
  • Pada tahun ini, Sahabat Utsman bin Affan menikahi Ummu Kultsum putri Rasulullah ﷺ.
  • Pada tahun ini diharamkan Khamr, minuman keras.
  • Perang Uhud

Pada tahun ini terjadi Perang Uhud pada hari Sabtu perengahan Syawwal. Nabi ﷺ sudah mengatur pasukan dan memerintahkan pemanah untuk tempat di posisinya di gunung, Nabi ﷺ berpesan kepada mereka:

لا تبرحوا مكانكم إن غلبنا او غلبنا

Jangan berpindah dari tempat kalian, baik kami menang atau kalah

Mulanya kaum muslimin menang, akan tetapi saat melihat tentara Quraish mundur dan mengira perang sudah usai. Hampir semua pemanah turun dari gunung, perbuatan yang tidak sesuai dengan isntruksi Nabi ﷺ.

Melihat celah di gunung, Khalid bin Walid yang saat itu menjadi panglima kaum Kafir menumpas pemanah yang tersisa di gunung dan menyerang umat Islam dari belakang. Kaum Quraish yang melihat ini, kembali ke medan perang sehingga umat Islam terserang dari dua sisi. Barisan pasukan Islam kacau, serangan kaum kafir sampai kepada Nabi ﷺ sehingga membuat bibir bawah beliau terluka dan helm perang beliau rusak, kening beliau pun terluka dan tersiar kabar bahwa Beliau ﷺ telah wafat dan banyak yang kehilangan semangat berperang.

Nabi ﷺ dan sekelompok sahabat yang ada di sisinya tetap gigih berperang. Ketika kaum Muslim tahu bahwa Nabi ﷺ masih hidup, mereka pun kembalu berperang sehingga kaum musyrik mundur.

Dalam perang ini kaum muslim yang gugur berjumlah 70 orang, di antaranya adalah Sayidus Syuhada Hamzah paman Rasulullah ﷺ.

  • Tahun ini terjadi Perang Hamraul Asad, sebabnya Rasulullah ﷺ mendapat kabar bahwa Abu Sufyan dan mayoritas pasukan yang ada bersamanya ingin kembali dan menumpas habis sahabat yang tersisa pada perang Uhud. Nabi ﷺ menyemangati sahabat untuk keluar menghalau musuh. Hamraul Asad adalah nama tempat yang berjarak 8 mil dari Madinah. Nabi menunggu di sana hari selama tiga hari, lantas kembali ke Madinah karena tidak ada musuh yang muncul.
  • Sariyah Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad pada permulaan Muharam ke Qathan Gunung di arah Qaid, bersama 150 pasukan dengan target Thaulah dan Salamah putra Khuwailid dari suku Asad, tetapi target tidak ditemukan hanya didapati unta dan kambing.
  • Sariyah Abdullah bin Unais seorang diri mentargetkan Sufyan bin Khalid Al-Huzali yang mengajak orang-orang memeranginya. Dilakukan pada Hari Senin, 5 Muharam. Abdullah berhasil membunuhnya dan kembali dengan selamat.
  • Perang Badar Sugro (Kecil). Pada perang Uhud, Abu Sufyan berjanji kepada Nabi ﷺ akan kembali berperang di Badar. Abu Sufyan dan pasukannya sudah keluar dari Mekan, akan tetapi setelah sampat Asafan ia berubah pikiran dan dan kembali. Sedangkan Rasulullah ﷺ pergi bersama pasukan sahabat ke Badar. Di sana terdapat suatu pasar Arab, maka umat Islam melakukan jual beli dan mendapatkan keuntungan dua kali lipat. Setelah itu, mereka kembali Ke Madinah dengan selamat sesuai dengan firman Allah ﷻ:

فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ ‌وَفَضْلٍ ‌لَمْ ‌يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ

Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa. (QS Ali Imran: 174)

Tahun Ke-4 Hijriyah

  • Peristiwa Sumur (Bi’r) Maunah

Amr bin Malik yang bejulukan Mula’ibul Asinnah meminta Nabi ﷺ mengutus sahabatnya untuk mengajarkan mereka Islam. Maka Nabi ﷺ mengutus tujuh puluh sahabat pilihan yang dijuluki Qura (Ahli Al-Quran). Namun ternyata, saat mereka tiba di Sumur Mau’nah mereka dikhianati dan dikepung oleh kabilah Sulaim, ‘Ashiyah, Ri’il, dan Dzakwan, dan terbunuh. Karena kejadian ini, Nabi ﷺ dan para sahabat memohonkan adzab para pengkhianat itu dalam doa mereka selama 30 hari. Lalu Allah ﷻ menurunkan ayat mengenai mereka, dan Nabi ﷺ dan para sahabatpun menghentikan permohonan adzab itu.

Di antara yang Syahid dalam peristiwa Bir Maunah adalah Sahabat Amir bin Fuhairah.

  • Nabi ﷺ mengutus Ashim bin Tsabit bersama sepuluh sahabat pilihan atas permintaan sebagian Arab. Akan tetapi ketika mereka sampai di Raji’, dua marhalah dari Mekah mereka dikhianati Bani Layhan sehingga Ashim dan tujuh orang lainnya terbunuh.
  • Perang Yahudi Bani Nadhir

Yahudi Bani Nadhir telah mengadakan perjanjian damai dengan Nabi ﷺ untuk sama sama berperang bersama Nabi ﷺ dan tidak memerangi Nabi ﷺ. Akan tetapi mereka mengingkari janji itu dan hendak membunuh Nabi ﷺ Maka Nabi ﷺ mengepung mereka, kemudian mereka meminta damai. Maka mereka pun dijamin keselamatannya asalkan pergi dari Madinah. Maka mereka pergi, sebagian ke Khaibar dan sebagian ke Syam.

  • Pada tahun ini. Sayidah Zainab binti Khuzaimah Al-Amiriyah salah seorang istri Nabi ﷺ, wafat.
  • Pada Bulan Syawal, Nabi ﷺ menikahi Ummu Salamah Hindun binti Abi Umayah ra.
  • Pada tahun ini, turun ayat yang menjelaskan Shalat Qasshar.
  • Pada tahun ini, Nabi ﷺ memerintahkan Zaid bin Tsabit mempelajari tulisan kaum Yahudi supaya dapat menulis surat kepada mereka dan menerjemahkan surat mereka.
  • Pada tahun ini, istri Abu Thalib yaitu Fatimah binti Asad wafar. Nabi ﷺ menguburnya dan membaringkannya di kubur.

Tahun Ke-5 Hijriyah

  • Ghazwah Daumatul Jandal, yaitu nama Kota yang berjarak lima hari dari Damaskus. Nabi ﷺ mendapat kabar bahwa segerombolan orang di Daumatul Jandal menzalimi orang-orang yang melewati daerah tersebut dan hendak mendekati kota Madinah dan menzalimi penduduknya. Maka Nabi ﷺ keluar untuk menghadapi mereka. Ketika mendengar kedatangan Nabi ﷺ, mereka tercerai-berai dan Nabi ﷺ kembali ke Madinah dengan selamat.
  • Ghazwah Dzatur Riqa (Balutan kain). Dinamakan demikian sebab kaki-kaki para sahabat terluka dalam perjalanan sehingga mereka membalutnya dengan kain. Ada pula yang mengatakan karena mereka menambal pakaiannya. Mereka menuju Najd untuk menghadapi Ghatafan, namun tidak terjadi peperangan.
  • Ghazwah Ahzab (Khandaq).

Setelah Nabi ﷺ mengusir Bani Nadhir dari Madinah, tokoh yahudi yaitu Huyai bin Akhthab mengajak kaum Qurasish dan suku-suku Arab bergabung untuk menghancurkan Nabi ﷺ di Madinah. Mereka berjumlah lebih dari 10 ribu pasukan, sedangkan Nabi ﷺ di Madinah hanya memiliki sekitar tiga ribu pasukan saat itu.

Kaum Kuffar ingin menggempur Madinah. Sahabat Salman Al-Farisi mengusulkan untuk menggali parit (khandaq) untuk menghalangi gerak pasukan Kufar. Ini adalah taktik perang yang pertama kali dilakukan di Arab. Banyak mukjizat yang terjadi saat penggalian parit. Pasukan Ahzab (kelompok-kelompok) kuffar datang dan mengepung Madinah. Keadaan saat itu sangat penuh kemelut dan payah, ditambah adanya kaum munafik yang berusaha memperkeruh keadaan dan kabar bahwa kaum Yahudi Quraidzah yang merupakan sekutu muslim akan menyerang umat Islam dari belakang. Keadaan saat itu digambarkan dalam Al-Quran:

إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ ‌الْقُلُوبُ ‌الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا

(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. (QS Al-Ahzab : 10)

Sekelompok kaum Kufar berhasil menerobos parit, dan berhasil dipukul  mundur oleh Sahabat Ali bin Abi Thalib dan sekelompok umat Islam.

Pada akhirnya, Allah ﷻ mengirimkan angin yang sangat kencang dan dingin kepada kaum Kufar yang berkemah di balik parit. Angin itu menjatuhkan semua masakan mereka dan menghancurkan perkemahan mereka. Maka kaum kuffar yang sudah putus asa untuk menang pun mundur.

  • Perang Bani Quraidzah

Yahudi Bani Quraidzah hendak membatalkan perjanjian dengan Nabi ﷺ dan ingin bergabung dengan kaum Musyrik saat perang Ahdzab. Mereka berkhianat di saat paling genting bagi umat Islam. Setelah memastikan bahwa mereka benar-benar ingin membatalkan perjanjian damai maka pagi hari setelah pasukan Ahzab mundur, setelah melakukan Shalat Dhuhur, Nabi ﷺ meletakkan senjatanya dan mandi. Malaikat Jibril datang dan berkata:

“Engkau telah meletakkan senjata, demi Allah kami belum. Keluarlah untuk memerangi mereka.”

“Ke mana?” Jawab Nabi ﷺ.

“Ke Bani Quraidzah.”

Maka Nabi ﷺ memerintahkan penyeru untuk berseru kepada para sahabat:

لا يصلين أحد العصر إلا في بني قريظة

Jangan ada seorang pun yang Shalat Ashar kecuali di Bani Quraidzah

Nabi ﷺ mengepung mereka. Lalu mereka sepakat untuk menjadikan sekutu mereka, yaitu Sahabat Saad bin Muadz yang saat itu sedang terluka untuk menjadi pembuat keputusan. Saad pun menghukumi bahwa semua lelaki dewasa Bani Quraidzah harus dihukum mati, sedangkan wanita, anak anak dan harta mereka menjadi ghanimah. Maka Nabi ﷺ bersabda: “Sungguh engkau telah menghukumi mereka dengan hukum Allah.” Maka hukum itu diterapkan

  • Beberapa waktu setelah keputusan ini, Sahabat Saad bin Muadz Kewafatan beliau menggoncangkan Arsy Allah ﷻ.
  • Perang Yahudi Bani Musthaliq.

Dinamakan Ghazwah Muraisi juga. Sebabnya Nabi ﷺ mendengar Bani Musthaliq mengadakan persiapan memerangi Islam. Maka Nabi ﷺ keluar dan mendapati mereka di sisi mata air yang dinamakan Muraisi. Pasukan muslim berhasil menaklukan mereka dengan penaklukan yang keras. Dalam perang ini turun surat Al-Munafiqin, sebab fitnah yang terjadi antara kaum Muhajirin dan Anshar yang ditimbulkan oleh Abdullah bin Ubay, tokoh Munafiq.

Pada saat itu turun ayat tayamum. Sebabnya kalung Sayidah Aisyah ra hilang dalam suatu perjalanan, maka Nabi ﷺ mencarinya bersama para sahabat. Saat itu tidak ada air, maka turunlah ayat tayamum. Sahabat Usaid bin Hudhair salah seorang nuqoba berkata: “Ini bukan keberkahan pertama dari kalian wahai keluarga Abu Bakar.”

Dalam perang Bani Musthaliq, Nabi ﷺ menikahi Juwairiyah bintu Al Harits. Juwairah adalah putri komandan pasukan Yahudi, yang menjadi tawanan. Saat meminta bantuan Nabi ﷺ, Nabi membantunya untuk merdeka kemudian menikahinya dan menjadikannya ummul mukminin.

  • Petistiwa Ifik (Fitnah atas Sayidah Aisyah)

Pada tahun ini terjadi peristiwa Ifik. Sebabnya Sayidah Aisyah tertinggal dari pasukan ketika mereka pulang dari perang. Beliau tertinggal karena mencari kalungnya yang jatuh, sedangkan para pengiring mengira Sayidah Aisyah telah ada di Sekedupnya sehingga mereka meninggalkannya. Saat menunggu, lewat sahabat Sufyan bin Muathal As-Sulami. Maka ia pun membantu Sayidah Aisyah untuk pulang ke Madinah. Ketika sampai ke Madinah, kaum munafiq menyebar desas-desus yang tidak baik antara keduanya. Maka turunlah sepuluh ayat Al-Quran yang membebaskan Sayidah Aisyah dari tuduhan itu, di antaranya:

إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا ‌بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. (QS An-Nur : 11)

  • Pada tahun ini, Nabi ﷺ menikahi Sayidah Zainab bin Jahsy.
  • Pada tahun ini, turun ayat hijab:

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ ‌قُلْ ‌لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Ahzab: 59)

Tahun Ke-6 Hijriyah

  • Pada tahun ini, diwajibkan Haji menurut sebagian ulama Syafiiyah. Ada yang berpendapat diwajibkan haji pada tahu ke lima, ada pula yang berpendapat pada tahun ke sembilan.
  • Pada tahun ini, umat Islam mengalami kekeringan. Nabi ﷺ beristisqa untuk mereka, dan hujan pun turun pada Bulan Ramdhan.
  • Pada tahun ini, terjadi gerhana maka Nabi ﷺ melakukan shalat gerhana.
  • Tahun ini, diturunkan ayat tentang Hukum Dzihar. Sebabnya, Sahabat Aus bin Shamith berkata pada istrinya. “Engkau bagiku bagaikan punggung ibuku.” Maka turunlah permulaan surat Al-Mujadilah yang menjelaskan hukum Dzihar.
  • Perjanjian Hudaibiyah (Shuluh Hudaibiyah)

Sebabnya, Nabi ﷺ melihat dalam mimpi, bahwa Beliau ﷺ memasuki Kakbah bersama para sahabatnya dengan aman dan kepala mereka bercukur dan dipangkas (tanda selesai ihram). Mimpi  Nabi ﷺ adalah nyata. Maka Beliau ﷺ bersama sekitar seribu lima ratus orang keluar menuju Mekah untuk melakukan umrah. Mendekati tanah haram, unta beliau berhenti, Rasulullah ﷺ bersabda, “Unta ini ditahan oleh yang menahan gajah (Abrahah)”

Maka beliau menepi ke daerah Hudaibiyah, dekat Mekah. Beliau ﷺ mengirim Sahabat Utsman bin Affan untuk menemui kaum Kafir Quraisy menjelaskan bahwa maksud kedatangannya bukan untuk berperang melainkan untuk Umrah. Saat itu tersiar desas-desus bahwa Sahabat Utsman dibunuh. Maka Nabi ﷺ mengumpulkan para sahabat di bawah pohon dan membaiat mereka untuk berperang sampai titik darah penghabisan jika keadaan menjadi genting. Sumpah itu dinamakan Baiatur Ridhwan yang disinggung dalam ayat:

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ ‌تَحْتَ ‌الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (QS Al-Fath : 18)

Kenyataannya Sahabat Utsman tidak dibunuh. Kaum Quraisy mengirim utusan untuk mengadakan perjanjian dengan Nabi ﷺ. Pada akhirnya terjadilah sebuah perjanjian damai yang dinamakan dengan Shuluh Hudaibiyah. Isi perjanjian ini terkesan merugikan umat Islam, padahal hakikatnya perjanjian ini adalah kemenangan yang nyata bagi umat Islam. Di antara isi perjanjian:

  1. Umat Islam tidak boleh masuk Mekah untuk berumrah di tahun ini, melainkan tahun depan
  2. Gencatan senjata antara umat Islam dan Kaum Kafir Quraish selama sepuluh tahun
  3. Jika dari pihak Madinah ada yang melarikan diri ke Mekah, maka tidak boleh dikembalikan walaupun tanpa izin walinya. Jika dari pihak Mekah ada yang berhijrah ke Madinah tanpa izin walinya wajib dikembalikan.
  4. Dengan adanya gencatan senjata ini maka dakwah Islam semakin luas. Nabi ﷺ dapar berfokus mengajarkan umat dan mengirim suray dan utusan untuk berdakwah.
  • Tahun ini, terjadi Sariyah Muhammad bin Maslamah bersama tiga puluh orang menuju Qartha dari Bani Abi Bakar bin Kilab, berjarak tujuh hari dari Madinah. Ketika pasukan muslim menyerang, mereka semua lari sehingga Sariyah ini mendapatkan banyak Ghanimah dan datang ke Madinah dengan membawa tawanan yaitu Tsumamah bin Utsal Al-Hanafi yang kemudian masuk Islam.
  • Sariyah Ukasyah bin Mihshan ke Ghamar Marzuq (mata air Bani Asad) pada bulan Rabiul Awal bersama 40 orang, dan mendapatkan ghanimah tanpa mendapatkan perlawanan.
  • Sariyah Muhammad bin Maslamah ke Dzil Qushah, tempat berjarak 40 mil dari Madinah. Dilakukan pada bulan Rabiul Awwal bersama 10 orang menuju Bani Tsa’abah. Musuh berjumlah 100 orang sehingga dapat membunuh pasukan muslim kecuali Ibnu Maslamah. Sebagai balasan, Nabi ﷺ mengutus Abu Ubaidah bin Jarah di Bulan Rabiul Akhir bersama 40 orang ke tempat itu, dan mendapati seorang lelaki yang masuk Islam setelah ditawan, serta mendapati hewan ternak dan kambing yang dijadikan ghanimah.
  • Sariyah Zaid bin Haritsah ke Bani Sulaim di Jamum yang berjarak empat mil dari Madinah. Pada Rabiul Akhir. Sariyah ini mendapati hewan ternah dan kambing yang dijadikan ghanimah.
  • Sariyah Zaid bin Haritsah ke Aish, berjarak empat malam dari Madinah pada Bulan Jumadal Ula bersama 70 orang untuk menghentikan kafilah Shafwan bin Umayah dan menawan banyak orang di antaranya Abul Ash bin Rabi (suami Sayidah Zainab putri Rasulullah ﷺ). Maka Sayidah Zainab meminta jaminan perlindungan untuknya, sehingga ia bebas kembali ke Mekah untuk menyerahkan semua harta titipan kaum Qurash yang dititipkan padanya, kemudian ia kembali datang ke Madinah untuk masuk Islam. Ia tidak segera masuk Islam sebab tidak ingin memulai Islamnya dengan melakukan khianat (atas harta kaum Quraish)
  • Sariyah Zaid bin Haritsah ke Tharaf, mata air berjarak 36 mil dari Madinah pada Jumadal Akhirah bersama 15 pasukan menuju Bani Tsa’labah dan mendapatkan hewan ternah dan kambing-kambing.
  • Sariyah Zaid bin Haritsah ke Hisma, tempat di balik Wadi Qura pada Jumadal Akhirah bersama 500 pasukan menuju Kaum Judzam yang telah merampok Sahabat Dihyah bin Khalifah. Sahabat Zaid memerangi mereka dengan dahsyat dan mendapatkan banyak Ghanimah. Namun Zaid bin Rifa’ah Al-Judzami menghadap Nabi ﷺ dan mengingatkan isi perjanjian yang ditulis Nabi ﷺ untuk kaumnya (Bani Judzam), maka Nabi ﷺ mengembalikan semua ghanimah yang diambil Zaid kepada mereka.
  • Sariyah Zaid bin Haritsah menuju Wadi Qura pada bulan Rajab. Dalam sariyah ini banyak pasukan muslim yang terbunuh, dan Zaid kembali dalam keadaan terluka parah.
  • Sariyah Abdurahman bin Auf ke Daumatul Jandal pada bulan Syakban dengan tujuan mengajak penduduknya untuk masuk Islam. Banyak dari mereka yang masuk Islam, di antaranya: Al-Ashbagh bin Amr Al-Kalbi yang tadinya beragama Nashrani. Abdurahman bin Auf menikahi putrinya yang bernama Tamadhir, dan mendapatkan putra Abu Salamah. Yang tidak mau masuk Islam dikenakan Jizyah.
  • Sariyah Ali bin Abi Thalib pada bulan Syakban bersama 100 pasukan menuju Bani Sa’ad bin Bakar di Fadak karena mereka berkumpul untuk membantu Yahudi. Beliau mendapatkan ghanimah hewan ternak dan kambing.
  • Sariyah Zaid bin Haritsah ke Ummu Qarafah Fatimah binti Rabi’ah bin Badr Al-Fizariyah di tepi Wadi Qura, tujuh malam dari Madinah di bulan Ramadhan. Sariyah ini menawannya dan ia pun dibinasakan oleh Allah.
  • Ghazwah Bani Lihyan beranggotakan 100 orang di bulan Rabiul Awal. Saat Bani Lihyan mendengar kedatangan pasukan Nabi ﷺ mereka lari. Maka Nabi ﷺ berdiam di sana sehari atau dua hari mengirim sariyah-sariyah ke segela penjuru. Lalu mendatangi Asafan, dan mengirim Ekspedisi Abu Bakar ke arah Kira’ik Ghamim namun tidak menemukan siapapun. Lantas beliau pulang ke Madinah setelah pergi selama 19 malam, beliau berkata:

آيبون تائبون لربنا حامدون

 (Kami) Orang-orang yang kembali dan bertaubat, serta memuji Tuhan Kami

  • Ghazwah Dzi Qarad, yaitu tempat dekat Madinah di jalan menuju Syam. Dinamakan juga Ghazwah Ghabah (hutan). Sebabnya, di sana adalah tempat dirawatnya unta-unta Nabi ﷺ. Uyainah bin Hishn Al-Fazari menyerang tempat itu, membunuh penggembalanya yaitu Dzar bin Abi Dzar serta menawan istri Abi Dzar. Nabi ﷺ keluar untuk memeranginya dan menaklukan mereka.
  • Pada tahun ini, Aqil bin Abi Thalib masuk Islam. Nabi bekata padanya: “Aku mencintaimu dengan dua cinta, cinta karena hubungan kekerabatanmu dariku dan cinta karena aku tahu pamanku, Abu Thalib, mencintaimu.” (HR Ahmad)
  • Tahun ini, Nabi ﷺ menulis surat untuk mengajak masuk Islam kepada raja-raja yang ada di seluruh dunia. Beliau mengutus Dihyah Al-Kalbi kepada Kaisar Romawi, Abdullah bin Hudzafah kepada Raja Kisra Persia, Amr bin Umayah kepada Negus Ethophia, Hatib bin Abi Balta’ah kepada Raja Muqauqis Mesir, Syuja bin Wahab kepada Harits bin Abi Syammar penguasa Ghashan, dan Sulaith bin Amr Al-Amiri kepada Haudzah bin Ali Al-Hanafi.
  • Tahun ini terjadi peristiwa Uraniyin. Sekelompok orang dari daerah Ukl dan Urainah datang kepada Rasulullah ﷺ di Madinah untuk masuk Islam. Mereka terkena penyakit wabah Madinah, maka Nabi ﷺ menempatkan mereka di tempat unta sedekah dan memerintahkan mereka untuk berobat dengan air seni unta dan susunya. Setelah mereka sehat, mereka justru murtad dan membunuh penggembala unta sedekah dan merampok unta-unta itu. Maka Nabi ﷺ mengirim utusan untuk menangkap mereka dan menghukum Qishshah mereka.

Tahun ke-7 Hijriyah

  • Perang Khaibar

Pada tahun ke tujuh Hijriyah terdapat peperangan dahsyat antara Nabi ﷺ dan kaum Yahudi yang dikenal dengan Perang Khaibar.

Khaibar adalah nama tempat pemukiman besar kaum Yahudi yang terletak sekitar 150 KM di utara Madinah. Di sana puluhan ribu kaum Yahudi bermukim dan terdapat benteng-benteng kokoh yang membuat mereka sulit ditaklukan.

Khaibar menjadi tempat mengungsi kaum Yahudi yang diusir dari Madinah, dan pusat intrik kaum Yahudi yang menghasud kabilah-kabilah Arab untuk memerangi Islam. Oleh sebab itu para permulaan Bulan Muharam tahun 7 Hijriyah, Nabi ﷺ membawa sekitar 2000 pasukan untuk menyerang Khaibar.

Sebagian ulama mengatakan bahwa Nabi ﷺ telah dijanjikan akan kemenangan Khaibar sebelumnya, yaitu ketika berada di Hudaibiyah melalui ayat:

‌وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

Dan (Allah akan) memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (QS Al-Fath: 18)

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An Nasai, Ibnu Hibban dan Hakim. Bahwa kaum muslim saat itu kesulitan untuk menembus benteng-benteng Khaibar. Panji perang diberikan kepada Sahabat Abubakar, kemudian Sahabat Umar, namun tetap tidak berhasil. Maka pada malam harinya, Nabi ﷺ bersabda:

لَأُعْطِيَنَّ هَذِهِ الرَّايَةَ رَجُلًا ‌يُفْتَحُ ‌اللَّهُ ‌عَلَى ‌يَدَيْهِ، يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ، وَيُحِبُّهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ

Panji ini akan aku berikan esok kepada seorang lelaki, yang Allah akan anugerahkan kemenangan melaluinya. Ia mencintai Allah dan Rasul Nya, dan dicintai oleh Allah dan Rasul Nya.

Esoknya panji itu diberikan kepada Sahabat Ali bin Abi Thalib. Maka melalui beliau benteng-benteng Khaibar pun ditaklukan satu demi satu. Beliau mencabut salah satu pintu benteng itu dan melemparkannya ke tanah, padahal pintu itu tidak mampu diangkat oleh puluhan orang biasa.

Dalam peperangan itu lima belas sahabat Gugur. Di antara tawanan perang terdapat putri dari pemuka Yahudi yaitu Shafiyah binti Huyay, beliau kemudian dinikahan oleh Nabi ﷺ dengan kemerdekannya sebagai mahar.

Setelah putus asa di bentengnya, Kaum Yahudi meminta damai dan melindungi nyawa mereka dengan janji  akan menyerahkan harta mereka, Nabi ﷺ pun menyetujuinya. Lantas mereka meminta agar dibiarkan tetap di Khaibar untuk mengurus kebun, yang nantinya separuh hasil akan diberikan kepada Nabi ﷺ dan Nabi mengizinkan dengan syarat, kapan saja Nabi boleh meminta mereka untuk pergi.

  • Sepulang dari Khaibar, Sepupu Nabi ﷺ yaitu Jakfar bin Abi Thalib beserta rombongannya datang dari Habasyah, Nabi ﷺ sangat gembira sehingga beliau membagikan rampasan perang kepadanya setelah meminta izin kaum muslim terlebih dahulu. Saat itu Nabi ﷺ bersabda:

ما أَدْرِي بِأَيِّهِمَا أَنَا أَشَدُّ فَرَحًا ‌بِقُدُومِ ‌جَعْفَرٍ، أَوْ فَتْحِ ‌خَيْبَرَ، فَقَبَّلَ مَا بَيْنَ عَيْنَيْه

Aku tidak tahu manakah yang lebih membahagiakan diriku, kedatangan Jakfar ataukah kemenangan Khaibar. (HR Thabrani)

  • Pada tahun ini, Nabi ﷺ menikahi Sayidah Shafiyah binti Huyai, Shafiyah adalah putri tokoh Yahudi khaibar yang menjadi tawanan. kemudian Nabi ﷺ membebaskan dan menikahinya.
  • Pada tahun ini, terjadi percobaan pembunuhan Nabi ﷺ melalui racun. Zainab binti Harits seorang Yahudi menyuguhkan kepada Nabi ﷺ daging yang beracun. Akan tetapi, Nabi ﷺ tidak jadi memakannya dan berkata. “Sesungguhnya daging ini mengabari aku bahwa ia diracuni.” Maka Zainab dipanggil dan mengakuinya.
  • Pada tahun ini, Sahabat Abu Hurairah masuk Islam. Beliau masuk Islam di Khaibar.
  • Pada tahun ini, terjadi Perang Wadi Qura

Wadi Qura adalah nama desa Yahudi yang terletak antara Madinah dan Khaibar. Nabi ﷺ melewatinya sepulang dari perang Khaibar dan mengajak penghuninya masuk Islam, namun mereka menolak. Lantas Nabi ﷺ memeranginya dan menaklukannya secara paksa dan mendapatkan ghanimah serta menawan penduduknya.

  • Pada Tahun itu Nabi ﷺ banyak mengutus sariyah (ekspedisi sahabat) di antaranya Sariyah Umar bin Khathab ke Turbah yang berjarak empat malam dari Mekah pada Bulan Syakban bersama 30 pasukan namun tidak menemukan hambatan.
  • Sariyah Sahabat Abubakar Ra ke Bani Kilab yang dinamaan Fizarah pada Bulan Syakban. Dalam perang itu, beliau menawan sebagian orang dan membunuh lainnya.
  • Sariyah Basyir bin Saad menargetkan Bani Murrah di Fadak pada Bulan Syakban bersama 30 pasukan. Mereka berperang dan Basyir pulang dengan terluka.
  • Sariyah Ghalib bin Abdullah Al-laitsi menuju Maifa’ah di arah Najd, delapan barid dari Madinah bersama 30 pasukan pada Bulan Ramadhan.
  • Sariyah Basyir bin Saad menuju Yumn dan Jabar, tanah Ghathafan pada bulan Syawal bersama 300 pasukan menargetkan kumpulan pasukan yang hendak menyerang Madinah. Ketika musuh mendengar kedatangan pasukan Basyir, mereka pun melarikan diri sehingga Basyir mendapatkan rampasan perang dan menawan dua orang lelaki yang kemudian masuk Islam.
  • Umrah Qadha

Pada Bulan Dzulhijah, Nabi ﷺ berangkat menuju Mekah untuk mengqodho Umrah yang tertahan tahun sebelumnya. Beliau berangkat bersama sekitar dua ribu orang. Mayoritas mereka adalah yang tahun lalu tertahan di Hudaibiyah. Nabi ﷺ berumrah di Mekah selama tiga hari, dan menikah dengan Sayidah Maimunah bintu Harits. Umrah Nabi ﷺ merupakan parade kekuatan yang membuat kaum Quraish merasa gentar kepada umat Islam.

  • Pada tahun ini, Nabi ﷺ mulai memakai mimbar dan berkhutbah di atasnya. Sebelumnya beliau berkhutbah bersandar kepada batang pohon kurma. Ketika pertama Nabi beralih ke mimbar, batang pohon itu mengeluarkan suara tangisan yang didengar oleh jamaah masjid, Maka Nabi ﷺ memeluknya dan menenangkannya.

Tahun ke-8 Hijriyah

  • Pada tahun ini datang rombongan Abdul Qois, Nabi ﷺ menyambut mereka dengan ucapan, “Selamat datang wahai kaum, tanpa ada kehinaan dan penyesalan.”
  • Pada tahun tersebut Sahabat Amr bin Ash dan Khalid bin Walid masuk Islam.
  • Pada tahun ini, putri sulung Nabi ﷺ, Sayidah Zainab wafat, Nabi ﷺ memakaikan pakaian Beliau ﷺ untuknya setelah dimandikan dan sebelum dikafani agar putrinya mendapatkan keberkahan dari bekas peninggalan Beliau ﷺ.
  • Pada tahun ini terjadi kenaikan harga-harga barang di Madinah.
  • Perang Mu’tah (tidak dihadiri Nabi ﷺ)

Pada Tahun ini pula terdapat perang yang sangat dahsyat, yaitu Perang Mu’tah. Sebabnya karena saat Nabi ﷺ mengutus utusan yaitu Sahabat Al-Harits bin Umair Al-Azdi membawa surat ajakan kepada Islam kepada penguasa Busra yang ada di bawah kuasa Romawi, utusan tersebut ditangkap dan di bunuh.

Tidak ada utusan Nabi ﷺ lain yang dibunuh, maka Nabi ﷺ mengirimkan pasukan dan menjadikan Zaid bin Haritsah sebagai panglima perang. Beliau ﷺ bersabda:

Jika Zaid gugur, penggantinya adalah Jakfar bin Abi Thalib, jika Jakfar gugur penggantinya adalah Abdullah bin Rawahah.

Saat itu tentara Romawi dan penguasa Bushra mengumpulkan dua ratus ribu pasukan, sedangkan pasukan muslim tidak lebih dari 3.000 orang. Jumlah yang kalah jauh ini tidak menyusutkan semangat tentara muslim, mereka berperang dengan semangat yang hebat dan gugur satu demi satu, Mulanya Zaid bin Haritsah berperang dengan membawa panji perang sampai gugur, kemudian panji itu dibawa oleh Jakfar bin Abi Thalib ia berperang dengan sangat dahsyat, tangan kanannya tertebas, lalu ia memegang panji dengan tangan kirinya, ketika tangan kirinya terputus beliau memeluk panji itu ke dadanya, oleh sebab itu beliau dijuluki dengan Ath-Thoyar yaitu yang terbang, sebab Allah menggantikan kedua tangannya dengan sayap di surga, kemudian setelah gugur, Abdullah bin Rawahah membawa panji peperangan sampai ia pun gugur. Setelah itu, para sahabat bermusyawarah dan menetapkan panji itu untuk sahabat Khalid bin Walid, beliau mengambil panji itu berhasil memukul mundur pasukan Romawi yang gentar menghadapi semangat umat Islam, kemudian Khalid menarik mundur pasukan umat Islam sehingga mereka semua dapat pulang dengan selamat.

Khalid bin Walid mengisahkan bahwa dalam perang itu, beliau telah mengganti pedang sebanyak sembilan kali, setiap satu pedang terbelah beliau mengganti dengan lainnya. Tindakan Khalid bin Walid yang menarik mundur umat Islam ini dibenarkan oleh Nabi ﷺ, oleh sebab itu saat sebagian sahabat mencela Khalid dan menyebutnya sebagai lari dari perang, maka Nabi ﷺ mengatakan:

لَيْسُوا بِالْفُرَّارِ لَكِنَّهُمُ الْكُرَّارُ إِنْ شَاءَ اللهُ

Mereka bukanlah orang-orang yang melarikan diri, melainkan yang akan selalu kembali (berperang) insya Allah.

  • Ghazwah Dzatis Salasil (Perang yang berantai)

Dinamakan demikian sebab kaum musyrik saling bergandengan satu sama lain agar tidak lari bagaikan rantai. Ada pula yang berpendapat Dzatu Salasil adalah nama mata air. Sebab terjadinya perang ini, bahwa Nabi ﷺ mengutus sekelompok sahabatnya di bawah kepemimpinan Amr bin Ash untuk mendakwahkan Islam kepada kaum Arab, namun jalannya dirintangi musuh. Maka Amr meminta bala bantuan dari Rasulullah ﷺ, lantas Rasulullah ﷺ mengirim Sahabat Abubakar, Umar dan Abu Ubaidah untuk membantunya dan mereka meraih kemenangan dengan izin Allah.

  • Sariyah Abu Ubaidah bin Jarah ra bersama 300 pasukan yang di antaranya adalah sahabat Umar. Dikenal dengan Sariyah Khabth (daun pepohonan) pada bulan Rajab untuk mentargetkan suatu suku di Juhainah di dekat pantai yang berjarak lima hari perjalanan. Di tengah jalan, perbekalan mereka habis sehingga mereka memakan Khabth, lantas Allah ﷻ mengeluarkan dari lautan ikan paus Anbar, sehingga mereka dapat makan darinya dan mengambilnya sebagai bekal. Dan mereka pulang, tanpa mendapati musuh yang merintangi.
  • Fathul Makah

Pada tahun ke delapan Hijriyah juga terdapat suatu kemenangan besar umat Islam, yaitu penaklukan Mekah yang dinamakan juga dengan Fathul Mekah, dan Al Fath Al Adzom, yang terjadi pada Bulan Ramadhan.

Kaum Quraish melanggar perjanjian damai yang dilakukan di Hudaibiyah dengan bersekutu menyerang sekutu Umat Islam. Maka Rasulullah ﷺ mengumpulkan umat Islam pada tanggal 10 Ramadhan, dan bergerak secara rahasia ke Mekah tanpa seorang pun mengetahuinya. Nabi mengajak suku-suku Arab yang sudah masuk Islam seperti Aslam, Ghifar, Muzainah, Juhainah, dan lainnya dan berkumpul di Dzahran sehingga jumlah mereka mencapai 10 ribu pasukan.

Kaum Qurais mengutus Abu Sufyan dan dua orang lain untuk memata matai Nabi ﷺ,  tetapi mereka tertangkap, akhirnya Abu Sufyan pun masuk Islam. Saat salah seorang sahabat Nabi ﷺ mengatakan ini adalah hari berperang, Nabi ﷺ menyatakan:

بَلِ الْيَوْمَ يَوْمَ الرَّحْمَةِ اَلْيَوْمَ يُعَظِّمُ اللهُ الْكَعْبَةَ

Akan tetapi hari ini adalah hari penuh rahmat, Hari di mana Allah mengagungkan Ka’bah

Nabi ﷺ membagi-bagi pasukannya dan memasuki Mekah secara serentak, tidak ada perlawanan kecuali perlawanan kecil yang dihadapi oleh Khalid bin Walid yang dengan mudah ditumpas.

Saat itu Nabi ﷺ bersabda “ Siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, ia akan aman. Siapa yang menutup pintunya, ia akan aman. Siapa yang memasuki masjid, ia akan aman.”

Nabi ﷺ memasuki Mekah dengan kepala tertunduk sebagai bentuk tawadhu kepada Allah ﷻ, seraya membaca Surat Al-Fath. Beliau menghancurkan 360 patung yang ada di sekeliling Kakbah seraya bersabda:

جاء الحق وزهق الباطل جاء الحق وما يبدئ الباطل وما يعيد

“Telah datang kebenaran, dan binasa kebatilan. Telah datang kebenarang, dan kebatilan tidak akan muncul, tidak pula kembali.

Pada saat itu, Nabi ﷺ memasuki Kakbah setelah mensucikannya dari patung-patung sesembahan Quraish. Nabi ﷺ memerintahkan Bilal menaiki Kakbah dan mengumandangkan Adzan, Maka masyarakat Mekah masuk Islam secara berbondong-bondong, lelaki maupun wanita.

Saat itu nabi berkata kepada kaum Quraish  yang telah mengusir beliau dan memerangi beliau:

اِذْهَبُوا فَاَنْتُمُ الطُّلَقَاء

Pergilah dengan bebas, kalian adalah orang-orang yang dibebaskan

Nabi menetap di Mekah selama lima belas hari dan mengutus beberapa sahabat untuk menghancurkan berhala-berhala yang ada di daerah –daerah sekitar mekah.

  • Perang Hunain

Masih pada tahun ke 8 Hijriyah, setelah melakukan Fathul Mekah. Tokoh Kufar dari kaum Hawazin dan Tsaqif mengumpulkan pasukan besar untuk memerangi umat Islam.  Nabi ﷺ beserta 12 ribu pasukan, pergi untuk menghadapi mereka. Ini adalah jumlah pasukan yang besar, sehingga sebagian Umat Islam merasa bangga dengan banyaknya jumlahnya.

Tetapi begitu mereka sampai di Hunain, mereka disergap dengan tiba-tiba oleh pasukan Kufar sehingga banyak dari pasukan Islam yang melarikan diri. Nabi ﷺ tetap melaju ke depan menghadapi musuh, seraya berkata:

ألا يا عباد الله  أنا النبي لا كذب أنا ابن عبد المطلب

Hai para hamba Allah, akulah Nabi dan tidak berdusta. Akulah keturunan Abdul Muthalib.

Lantas Nabi ﷺ memerintahkan untuk menyeru para sahabatnya mulai dari para Sahabat yang mengikuti Baiatur Ridwan, maka para sahabat Nabi ﷺ yang tadinya lari pun menyeru:

يا لبيك يا لبيك

Ya, kami penuhi panggilanmu. Ya, Kami penuhi panggilanmu.

Saat pasukan muslim telah kembali. Nabi ﷺ menggenggam pasir dan menaburkannya ke arah kaum kafur dan berkata:

انهزموا ورب محمد

Kalahlah, demi Tuhannya Muhammad.

Maka akhirnya kaum muslim pun mendapatkan kemenangan dan mendapatkan banyak rampasan perang.

Mengenai Perang Hunain, Allah ﷻ berfirman:

وَيَوْمَ ‌حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ (٢٥) ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ (٢٦)

Dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. (QS At Taubah: 25-26)

Nabi ﷺ mengkhususkan para mualaf Mekah dengan rampasan perang yang banyak untuk melunakkan hati mereka, sehingga membuat hati sebagian kaum Anshar cemburu. Maka Nabi ﷺ mengatakan kepada mereka;

الا ترضون يا معشر الانصار ان يذهب الناس بالشاة والبعير وترجعوا برسول الله الى رحالكم

Tidakkah kalian rela wahai kaum Anshar, orang-orang pergi dengan membawa kambing dan unta, sedangkan kalian membawa Rasulullah bersama kalian?

Maka kaum anshar pun menangis sampai air mata membasahi janggut-janggut mereka, dan mereka berkata:

رضينا بلله ورسوله قسما ونصيبا

Kami rela mendapatkan Allah dan Rasul-Nya sebagai bagi kami

Maka Nabi ﷺ pun kembali ke Madinah bersama kaum Anshar, setelah melakukan umrah di Mekah.

  • Pada bulan Rabiul Akhir, Nabi ﷺ mengutus sariyah Ali bin Abi Thalib ke Al-Fuls, nama berhala kaum Thayi. Beliau pergi bersama 150 pasukan, menghancurkan berhala, membawa rampasan perang dan tawanan di antaranya Sifanah binti Hatim, saudara Adi bin Hatim. Nabi ﷺ membebaskan Sifanah , dan itu yang menjadi sebab keislaman saudaranya.
  • Pada bulan Rabiul Akhir Nabi ﷺ mengutus sariyah Ukasyah ke Jibab, tanah kaum Udzrah dan Bali atau Ghatafan atau Fizarah dan Kalb yang memiliki sekutu dengan Udzrah.
  • Pada tahun ini datang utusan Bani Asad.
  • Pada tahun ini, Kaab bin Zuhair datang kepada Nabi ﷺ untuk masuk Islam dan bertaubat ke Madinah, Kaab tadinya merupakan orang yang dihalalkan darahnya oleh Nabi ﷺ. Ia membuat syair memuji Nabi ﷺ yang dimulai dengan:

بانت سعاد فقلبي اليوم متبول *** متيمم إثرها لم يفد مكبول

Maka Nabi ﷺ melepas kain burdahnya dan menghadiahkan padanya, serta memaafkannya.

  • Pada tahun ini, Ibrahim, putra Nabi ﷺ Ibunya adalah Mariyah Al-Qibthiyah pemberian raja Mesir.
  • Pada tahun ini, Abbas bin Abdul Muthalib (paman Nabi ﷺ) masuk Islam, demikian pula Abi Sufyan bin Al-Harits bin Abdul Muthalib (keponakan Nabi ﷺ), Abdullah bin Umayah Al-Makhzumi, dan Abu Quhafah, ayah dari Sahabat Abubakar Ash-Shidiq.

Tahun Ke-9 Hijriyah

  • Tahun kesembilan Hijriyah dinamakan Tahun para utusan, karena banyaknya utusan kaum Arab yang datang kepada Nabi ﷺ.
  • Pada tahun itu, datang utusan nashrani Najran yang membicarakan masalah agama bersama Nabi ﷺ. Mereka tidak bersedia masuk Islam, akan tetapi memilih berdamai dan membayar jizyah.
  • Di antara utusan yang datang adalah utusan dari Bani Tamim.
  • Di antara utusan yang datang adalah utusan Bani Hanifah di dalamnya terdapat Musailamah bin Habib Al-Hanafi. Saat itu ia tidak mengaku sebagai nabi. Saat mereka pulang dan sampai di Yamamah, Musailamah murtad dan mengaku menjadi nabi.
  • Di antara utusan yang datang adalah utusan Bani Tha’yi, di antara mereka terdapat Zaid Al-Khail yang merupakan pemimpinnya. Mereka masuk Islam dan bagus keislamannya. Nabi ﷺ berkata kepada Zaid, “Engkau Zaid Al-Khair (baik), tiada disebutkan keutaman seorang lelaki Arab padaku  kemudian lelaki itu datang padaku kecuali aku dapati ia tidak seperti yang dikatakan mengenainya kecualu Zaid Al-Khail, ie lebih dari yang diceritakan mengenainya.”
  • Di antara utusan yang datang adalah utisan Bani Zabid dikepalai oleh Amr bin Ma’dikarib. Mereka masuk Islam dan kembali ke daerahnya. Akan tetapi Amr’ ini murtad setelah wafatnya Nabi ﷺ.
  • Pada tahun ini, datang kepada Nabi ﷺ utusan Yaman. Mengenai mereka, Nabi ﷺ bersabda, “Telah datang kepada kalian penduduk Yaman, mereka adalah yang lembut hatinya dan halus perasaannya. Iman ada di yaman dan hikmah ada di yaman.”
  • Datang kepada Nabi ﷺ utusan Kindah, Tsaqif dan lainnya.
  • Perang Tabuk

Pada tahun ini terjadi perang Tabuk yang merupakan perang terakhir Nabi ﷺ. Nabi ﷺ  mendapatkan kabar bahwa kaum Romawi mengumpulkan pasukan yang banyak di Tabuk. Maka Nabi ﷺ mengajak umat Islam untuk bersiap memerangi Romawi, Saat itu musim panas berada pada puncaknya, keadaan umat Islam sedang dalam kesulitan, dan perkebunan Madinah menjelang masak. Maka perang ini merupakan peperangan yang sulit, sehingga banyak kaum munafik yang mengajukan berbagai alasan untuk tidak ikut perang ini.

Para sahabat bersegera menyambut perintah Nabi ﷺ. Nabi menganjurkan orang-orang kaya untuk menyediakan nafkah dan perlengkapan perang, maka banyak sahabat yang menyerahkan hartanya. Sahabat Abu Bakar menyerahkan semua hartanya, saat ditanya oleh Nabi ﷺ apa yaang disisakan untuk keluarganya, Sahabat Abu Bakar berkata “Allah dan Rasul-Nya.’ Sahabat Umar menyerahkan separuh harta yang dimiliki. Sahabat Utsman menyediakan 300 unta dengan pelana dan perbekalannya, disertai 1000 dinar yang diserahkan kepada Nabi ﷺ sehingga Nabi ﷺ bersabda:

لا يضر عثمان ما فعل بعدها

Tidak akan berpengaruh lagi kepada Utsman, apapun yang ia lakukan setelah ini.

Banyak kaum muslim yang meminta agar Nabi ﷺ membawa mereka, namun Nabi ﷺ tidak mendapatkan perbekalan untuk mereka sehingga mereka pun kembali dengan menangis sebab tidak memiliki perbekalan untuk ikut berperang bersama Nabi ﷺ.

Nabi berangkan bersama 30 ribu orang pada hari Kamis lima Rajab, dalam keadaan yang sangat sulit. Di perjalanan, dua atau tiga orang bergantian menaiki seekor unta. Mereka menderita kehausan sampai ada yang menyembelih unta untuk mendapatkan air di dalamnya. Saat sampai ke Tabuk tidak ada seorang pun di sana, sebab pasukan Romawi telah pergi, Maka Nabi mengadakan perjanjian dengan Penguasa Ailah dan mereka berjanji untuk menunaikan Jizyah, Nabi ﷺ sampai ke Madinah di Ramadhan tahun itu.

  • Pada peperangan Tabuk ini, Nabi ﷺ melakukan shalat ghaib atas Muawiyah bin Muawiyah yang wafat di Madinah. Nabi ﷺ menshalatinya di Tabuk, malaikat Jibril pun datang dengan 70 ribu malaikat dan meletakan sayapnya di atas gunung-gunung sehingga dapat melihat ke Mekah dan Madinah dari Tabuk. Nabi ﷺ dan para malaikat pun menshalatinya.

Seusai shalat, Nabi ﷺ bertanya: “Wahai Jibril, karena apa Muawiyah bisa meraih kedudukan ini?”

Jibril menjawab, “Karena ia selalu membaca Al-Ikhlas ketika berdiri, rukuk, berkendara, dan berjalan.” (HR Ibnu Sunni dan Baihaqi)

  • Pada saat perang, Dzul Bajadain Al-Muzani wafat. Maka Nabi ﷺ masuk dalam kuburnya dan berdoa, “Ya Allah, sungguh sore ini aku ridho padanya maka ridhoilah ia.” Sahabat Ibnu Mas’ud berkata “Andai saja aku yang dikubur dalam lubang itu.”
  • Pada tahun ini, sebagian orang membangun masjid untuk menimbulkan mudharat kepada Masjid Quba. Mereka yang membangun mendatangi Nabi ﷺ ketika pulang dari Tabuk dan meminta Nabi ﷺ shalat di masjid mereka, maka turun ayat:

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا ‌مَسْجِدًا ‌ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَى وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan”. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). (QS At-Taubah : 107)

Lantas Rasulullah ﷺ memerintahkan sebagian sahabat untuk menghancurkan masjid itu dan membakarnya.

  • Pada tahun ini disyariatkan Li’an. Para ulama bersepakat bahwa tidak ada yang melakukan Li’an di hadapan Nabi ﷺ kecuali Hilal bin Umayah dan ‘Uwaimir Al-‘Ajlani.
  • Pada tahun ini. terjadi peristiwa wanita Ghamidhiyah dan Maiz bin Malik. Keduanya mengaku berzina, maka Nabi ﷺ menghukum Had atas mereka. Nabi ﷺ bersabda mengenai wanita Ghamidhiyah, “Ia telah bertaubat dengan satu taubat, yang seandainya dibagikan kepada 80 penghuni Madinah maka itu cupkup bagi mereka. Apakah ada taubat yang lebih utama daripada mengorbankan nyawanya kepada Allah?”
  • Pada tahun ini, putri Nabi ﷺ Ummu Kultsum wafat, beliau adalah istri dari sahabat Utsman bin Affan.
  • Pada tahun ini, Raja Najasyi yang bernama Ashhamah wafat. Nabi ﷺ bersabda mengenainya. “Telah wafat hari ini, seorang lelaki yang shaleh dari Ethiopia.” Beliau pun melakukan Shalat Ghaib untuknya di Madinah.
  • Pada tahun ini, kepala tokoh munafik Abdullah bin Ubay bin Salul mati. Nabi ﷺ menshalatkannya, kenudian turun ayat:

وَلَا تُصَلِّ عَلَى ‌أَحَدٍ ‌مِنْهُمْ ‌مَاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ

Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. (QS At-Taubah : 84)

  • Pada tahun ini, Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi syahid karena dibunuh kaumnya ketika mendakwahkan Islam kepada mereka. Ia termasuk seorang Arab yang cerdik.
  • Pada tahun ini, Shuhail bin Baidho Al-Fihri wafat. Nabi ﷺ melakukan shalat ghaib untuknya di Madinah.
  • Pada tahun ini, Raja Persia dibunuh, maka mereka menempatkan putrinya Buron untuk menjadi penguasa Persia. Nabi ﷺ bersabda mengenainya, “Tidak akan beruntung kaum yang menyerahkan urusannya kepada seorang wanita.”
  • Haji Abu Bakar

Sepulang dari Tabuk, Nabi ﷺ ingin menunaikan Haji namun beliau tidak ingin melihat kaum Musyrik berhaji dengan telanjang. Maka beliau ﷺ bersabda: “Kaum Musyrik melakukan Thawaf di sana dengan telanjang, aku tidak akan berhaji sampai semua itu sudah tidak terjadi lagi.”

Maka pada tahun itu, beliau mengutus Sahabat Abu Bakar untuk memimpin Haji disertai Sahabat Ali bin Abi Thalib. Di sana, mereka mengumumkan larangan bagi kaum Musyrik untuk berhaji di tahun berikutnya. Kaum musyrik diberi tempo 4 bulan untuk masuk Islam, jika tidak maka mereka akan diperangi setelah itu.

Saat itu Sahabat Abu Bakar mengumumkan:

لا يحج بعد العام مشرك ولا يطوف بالبيت عريان

Setelah tahun ini, tidak boleh seorang musyrik melakukan haji, Dan tidak boleh ada orang yang bertawaf dengan telanjang.

Sahabat Ali diperintahkan Nabi ﷺ untuk membacakan 30 atau 40 ayat dari Surat At Taubah yang berisi pemberian tangguh bagi kaum musyrik selama empat bulan. Pengumuman dan ayat ini dibacakan pada Hari Arafah, dan di tempat tempat perkemahan kaum musyrik. Di antara ayat yang dibaca adalah:

﴿ فَسِيحُوا فِي الْأَرْضِ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِي اللَّهِ وَأَنَّ اللَّهَ مُخْزِي الْكَافِرِينَ﴾

Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir. (QS At Taubah : 2)

Tahun Ke-10 Hijriyah

  • Pada tahun ini, seorang pemimpin suku Bajilah dari Yaman masuk Islam, beliau adalah Sahabat Jarir bin Abdullah Al-Bajalli. Jarir berkata, “Rasulullah ﷺ tidak pernah menghalangiku untuk bertemu dengannya semenjak masuk Islam. Aku tidak melihatnya kecuali tersenyum.”

Sahabat Umar menjulukinya dengan, “Yusuf umat ini.” karena ketampanannya. Walaupun beliau masuk Islam agak ahir, namun beliau memiliki bagian besar dalam meolong Islam.

  • Pada tahun ini Nabi ﷺ mengutus Jarir bin Abdullah untuk merobohkan Dzal Khalashah, berhala kaum Khats’am yang menjadi tujuan haji mereka, Mereka bertawaf dan menyembelih kurban di dekatnya serupa dengan Kakbah. Oleh sebab itu dinamakan Kakbah Yamaniyah. Jarir pergi dan membakarnya.
  • Pada tahun ini Nabi ﷺ mengutus Jarir ke Yaman, di sana ia bertemu Dza Kala’ dan Dza ‘Amr yang termasuk raja-raja Yaman, dan mendakwahkan Islam kepada mereka.
  • Pada tahun ini, datang kepada Nabi ﷺ rombongan Bani Al-Harits bin Ka’ab yang tinggal di Najran, Khalid bin Walid yang mendatangkan mereka.
  • Pada tahun ini, Farwah bin Amr Al-Judzami mengirim utusak kepada Rasulullah ﷺ yang mengabarkan keislamannya dan memberi hadiah seekor kuda dan baghlah. Farwah tadinya merupakan pejabat bagi kerajaan Romawi membawahi kaum Arab di sekitarnya. Ketika kaum Romawi mengetahui keislamannya, mereka menangkapnya, memenjarakannya kemudian memenggal kepalanya.
  • Pada tahun ini, Nabi ﷺ mengutus Sahabat Ali bin Abi Thalib ke Yaman setelah sebelumnya mengutus Khalid bin Walid. Sayidina Ali kembali di Bulan Dzulhijjah dalam keadaan ihram saat Nabi ﷺ berada di Mekah dalam Haji Wada. Nabi ﷺ bertanya, “Dengan niat apa engkau ihram?”. Beliau menjawab, “Aku berihram dengan niat yang sama dengan ihramnya Nabi ﷺ.”
  • Pada tahun ini, Nabi ﷺ mengutus Muadz bin Jabal dan Abu Musa untuk berdakwah di Yaman.
  • Tahun ini, Aswad Al-‘Unsi mengaku sebagai Nabi, ia tadinya adalah seorang dukun lalu mengaku Nabi dan menjadi kerajaan Yaman. Pengikutnya semakin banyak, maka Muadz bin Jabal dan Abu Musa Al-Asyari yang saat itu ada di Yaman menyingkir ke Hadramaut untuk mencegah bahayanya. Nabi ﷺ memerintahkan kaum muslim yang masih beriman di Yaman untuk berusaha menyingkirkannya, dan akhirnya ia dibunuh oleh salah satu penguasa yaman. Tempo dari sejak muncul dan terbunuhnya adalah empat bulan.
  • Pada tahun ini, Sayid Ibrahim putra Nabi ﷺ dari Mariyah Al-Qibthiyah wafat dalam umur satu setengah tahun. Terjadi gerhana ketika beliau wafat, dan Nabi ﷺ mengingatkan bahwa gerhana bukan karena kematian seseorang melainkan satu tanda kebesaran Allah ﷻ.
  • Pada tahun ini, Adi bin Hatim Ath-Thoi datang kepada Nabi ﷺ dan masuk Islam, dan baik keislamannya.
  • Pada tahun ini, Musailamah Al-Kadzab mendakwa sebagai nabi dan mengirim surat kepada Rasulullah ﷺ mengatakan bahwa ia adalah sekutu dalam risalah, maka Nabi ﷺ menjawab dan mendustakannya, oleh sebab itu ia dinamakan Al-Kadzab, pendusta.
  • Haji Wada

Pada tahun kesepuluh ini Nabi ﷺ melaksanakan Haji yang dinamakan Haji Wada, dan dinamakan pula dengan Haji Islam, Dinamakan Haji Wada (perpisahan) sebab Nabi ﷺ mengucapkan salam perpisahan di dalamnya dan tidak melakukan haji setelahnya.

Saat Nabi ﷺ mengumumkan akan melakukan haji, maka umat Islam datang dari segala penjuru ke Madinah untuk mengikuti Rasulullah ﷺ berhaji dan melihat tata cara berhaji.

Nabi ﷺ keluar dari Madinah pada Bulan Dzulqadah dengan membawa semua istrinya. Sahabat Jabir mengatakan bahwa ia melihat sejauh pandangan ke depan, samping dan belakang dipenuhi lautan manusia sepanjang mata memandang. Rasulullah ﷺ berada di tengah mereka.

Nabi ﷺ memasuki Mekah pada siang hari, dari bagian atas di hari Ahad empat Dzulhijjah sampai ke pintu Bani Syaibah. Kemudian Nabi ﷺ melaksanakan haji dan mengajarkan para sahabat manasik haji dan menjelaskan sunah-sunahnya.  Nabi ﷺ bermukim di sana sampai hari ke delapan.

Pada hari kamis, Dhuha beliau menuju Mina dan bermalam di sana di Malam Jumat, dan wuquf di Arafah pada hari Jumat. Pasa Hari Arafah itu, Nabi menyampaikan Khutbah yang terkenal kepada semua jamaah yang mengelilingi beliau. Beliau Bersabda:

“Wahai manusia, dengarkanlah ucapanku. Sungguh aku tidak tahu, mungkin saja aku tidak akan dapat bertemu kalian lagi setelah tahun ini di tempat wuquf ini selamanya..

Lantas Nabi ﷺ mengajak mereka untuk menjauhi pertumpahan darah, dan mengambil harta orang lain. Beliau juga mengajak menjauhi perbuatan jahiliyah dan riba, menghormati wanita dan menjelaskan kaidah kaidah Islam.

Pada akhirnya, beliau bertanya kepada hadirin:

وَأَنْتُمْ تُسْأَلُونَ عَنِّي فَمَا ‌أَنْتُمْ ‌قَائِلُونَ؟

Kelak kalian akan ditanya mengenai aku, maka apakah yang akan kalian katakan?

Maka mereka berkata:

نَشْهَدُ أَنْ قَدْ بَلَّغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ،

Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan risalah, menunaikannya dan memberikan nasihat.

Maka Nabi ﷺ berkata tiga kali sambil mengangkat jarinya ke langit:

اللَّهُمَّ اشْهَدْ

Ya Allah, saksikanlah.

Pada hari Arafah itulah turun ayat:

الْيَوْمَ ‌أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS AL Maidah: 3)

 

Tahun ke-11 Hijriyah

  • Pada tahun ini datang rombongan dari Nakha’ kabilah di Yaman. Merekalah perutusan terakhir yang datang, berjumlah 200 orang datang masuk Islam.
  • Pada tahun ini Nabi ﷺ memerintahkan untuk mempersiapkan tentara pergi ke Syam di bawah pimpinan Usamah bin Zaid. Akan tetapi mereka tidak segera berangkat sebab kewafatan Rasulullah ﷺ
  • Sakit dan Wafatnya Nabi ﷺ

Permulaan sakit Nabi ﷺ adalah di akhir shofar taun 11, berupa sakit kepala yang sangat. penyakit bertambah berat disertai demam tinggi yang menimpanya. Para istri nabi merasakan bahwa Nabi ﷺ ingin dirawat di rumah Sayidah Aisyah, maka mereka mengizinkan Beliau ﷺ untuk dirawat di sana.

Di rumah Sayidah Aisyah sakit beliau semakin bertambah. Beliau ﷺ merasakan kekhawatiran dan kesedihan para sahabat, maka beliau meminta dituangkan air dari tujuh wadah air, agar menjadi lebih baik. Lantas beliau keluar. melakukan shalat bersama para sahabat dan menyampaikan Khutbah dengan membalut kepalanya dengan kain. Pertama kali berkhutbah beliau mendoakan syuhada uhud. Lalu beliau berkata:

‌عَبْدٌ ‌خَيَّرَهُ اللهُ بَيْنَ أَنْ يُؤْتِيَهُ زَهْرَةَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ مَا عِنْدَهُ!

Seorang hamba, Allah berikan pilihan padanya antara memberikan kesenangan dunia dan apa yang ada di sisi Nya, dan ia memilih apa yang ada di sisi Nya.

Mendengar ini sahabat Abubakar menangis karena beliau memahami bahwa yang dimaksud adalah Nabi ﷺ. Sahabat Abubakar berkata:

فَدَيْنَاكَ بِآبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا!

Kami tebus engkau dengan ayah dan ibu kami wahai Rasululah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ أَمَنَّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي مَالِهِ وَصُحْبَتِهِ أَبُو بَكْرٍ، وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلًا، وَلَكِنْ أُخُوَّةُ الْإِسْلَامِ، لَا تُبْقَيَنَّ فِي الْمَسْجِدِ خَوْخَةٌ إِلَّا خَوْخَةَ أَبِي بَكْرٍ

Sesungguhnya orang yang paling berjasa kepadaku dengan harta dan persahabatannya adalah Abubakar. Andai aku mengambil Khalil, aku akan jadikan Abubakar sebagai Khalil. Akan tetapu cukup persaudaraan Islam. Jangan ada yang membiarkan pintu ke masjid kecuali pintu abubakar. (HR Muslim)

Lalu Rasulullah ﷺ kembali ke kediamannya dan sakitnya pun bertambah berat. Saat Rasulullah ﷺ tidak mampu lagi untuk keluar shalat, Sahabat Abubakar yang ditunjuk untuk memimpin shalat.

Suatu saat, Nabi merasa ringan maka beliau pun masuk ke Masjid saat Sahabat Abubakar menjadi Imam. Maka Sahabat Abubakar pun mundur, Nabi mengisyaratkan kepadanya agar tetap di tempatnya. Nabi ﷺ duduk di sisi Sahabat Abubakar, Sahabat Abubakar shalat dengan mengikuti gerakan Nabi ﷺ dan para sahabat shalat dengan mengikuti gerakan Sahabat Abubakar. Para sahabat gembira melihat Nabi ﷺ shalat bersama mereka, dan itulah shalat terakhir yang dilakukan oleh Nabi ﷺ.

Pada Hari Senin 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah. Saat para sahabat sedang shalat, Nabi ﷺ membuka tirai yang menutupi rumahnya, Nabi tersenyum  melihat mereka. Sahabat Abubakar mundur karena mengira Nabi akan shalat bersama mereka, dan para sahabat senang melihat Nabi, namun Nabi mengisyaratkan kepada mereka untuk meneruskan shalatnya dan beliau kembali menutup tirai dan kembali ke kamarnya.

Saat itu sakit Rasulullah ﷺ mencapai puncaknya. Beliau berbaring di pangkuan Sayidah Aisyah, dan mulai merasakan sakaratul maut. Di depan Nabi ﷺ terdapat gelas air, Nabi ﷺ memasukan tangannya ke sana dan mengusapkan air ke wajahnya seraya berkata:

لا اله إلا الله ‘إن للموت سكرات

Tiada Tuhan, selain Allah. Sesungguhnya kematian memiliki sakarat.

Rasulullah ﷺ menghibur Sayidah Fatimah yang sedih melihat beliau:

ليس على ابيك كرب بعد هذ اليوم

Ayahmu tidak akan kesusahan lagi setelah hari ini

Lalu Sayidah Aisyah menyiwaki Nabi ﷺ. Lantas Nabi ﷺ menegakkan tangannya dan mengulang ngulang ucapan:

‌في ‌الرَّفِيقِ ‌الأعْلَى

Bersama teman-teman tertinggi (para nabi)

sampai akhirnya beliau pun wafat.

Kabar kematian Nabi ﷺ menggemparkan para sahabat. Sahabat Umar mulanya tidak percaya Nabi ﷺ wafat, Sahabat Utsman kehilangan kata kata, Sahabat Ali tidak mampu berdiri Tidak ada yang lebih tabah saat itu selain Sahabat Abubakar dan Abbas.

Sahabat Abubakar berdiri di hadapan para sahabat yang masih tidak percaya akan wafatnya Nabi ﷺ, lantas beliau berkata:

“Wahai manusia. siapa yang menyembah Muhammad ﷺ, sesungguhnya beliau telah wafat. Dan siapa yang menyembah Allah maka sungguh Allah Mahahidup dan tiak akan pernah mati. Allah ﷻ berfirman:

‌وَمَا ‌مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS Ali Imran: 144)

Mendengar ini para sahabat baru tersadar bahwa Rasulullah ﷺ telah wafat, dan mengulang ulang ayat ini sambil menangis. Sahabat Umar berkata ,”Demi Allah, saat aku mendengar Abubakar membaca ayat ini, maka aku tersekat dan kakiku tidak dapat menopang tubuhku sehingga aku pun jatuh ke tanah. Sebab aku tahu bahwa Nabi ﷺ telah wafat.”

Para ulama berpendapat bahwa beliau wafat pada usia enam puluh tiga tahun. Dalam riwayat Bukhari disebutkan; “Rasulullah ﷺ wafat tanpa meninggalkan uang dinar dan dirham, tidak pula budak lelaki maupun wanita, kecuali hanya kendaraan Baghlah putihnya, dan alat perang, serta tanah yang hasilnya beliau salurkan untuk sedekah Ibnu Sabil.”

 

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم