Risalah Amalan Hari Raya Idul Fitri

Posted on 09 April 2024


Download PDF artikel ini di: Risalah Amalan Hari Raya Idul Fitri



Allah ﷻ senantiasa memindahkan hamba-Nya dari musim ibadah menuju musim ibadah lainnya, agar mereka tidak bosan dengan satu jenis ibadah, dan mendapatkan keberkahan dari berbagai ibadah. Setelah ibadah puasa di Bulan Ramadhan, ada banyak ibadah lain yang dianjurkan oleh Rasulullah ﷺ dan dilakukan oleh para salaf di Hari Raya. Amalan-amalan ini menunjukkan bahwa seorang mukmin tidak akan pernah berhenti beribadah sampai akhir hayatnya, untuk menjalankan perintah Allah ﷻ:

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (QS Al Insyirah : 7)

Setelah selesai kita lakukan Puasa Ramadhan, mari kita bersiap melakukan ibadah-ibadah yang dianjurkan di bulan Syawal: puasa enam hari, bersilaturahim, zakat fitrah, dan ibadah ibadah lainnya. Setelah selesai ibadah di bulan syawal, mari kita lanjutkan dengan ibadah untuk bulan Dzul-Qodah dan terus demikian sebab seorang muslim tidak berhenti beramal sampai datang kematian. Imam Hasan al-Bashri mengatakan:

 لَا يَكُونُ لِعَمَلِ الْمُؤْمِنِ أَجَلٌ دُوْنَ الْمَوْتِ

Tidak ada akhir bagi amal seorang yang beriman kecuali kematian.

Dalam artikel ini kami menghimpun berbagai amalan yang dianjurkan dilakukan di malam dan hari Raya Idul Fitri dengan merujuk ke berbagai rujukan, di antaranya adalah Qaulul Mufid Fi Adzkari wa Adabil Id. Semoga risalah ringkas ini bermanfaat untuk kita semua.. Aamiin ya robbal alamiin.

Doa Ketika Melihat Hilal Awal Bulan

Hilal adalah bulan sabit penanda awal Bulan Hijriyah. Ketika melihat hilal di bulan apa saja, termasuk Bulan Syawal, sunah untuk berdoa dengan doa berikut:

اَللهُ أَكْبَر، اَللهم أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْأَمْنِ وَالْإِيمَان، وَالسّلَامَةِ وَالْإِسْلَام، وَالتَّوْفِيقِ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى.

رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللهُ.                                     

اَللهُ أَكْبَر، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِالله.

اَللهم إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَ هٰذَا الشَّهْر، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ الْقَدَرِ، وَشَرِّ الْمَحْشَر.

Allah Mahabesar ! Ya Allah, nampakkanlah hilal ini kepada kami dengan disertai keamanan dan iman, keselamatan dan Islam, petunjuk taufiq kepada apa yang Engkau cintai dan ridai.

Tuhanku dan Tuhanmu (wahai Hilal) adalah Allah.

Allah Mahabesar ! Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah. Ya Allah, sesungguhnya aku  memohon kepada-Mu kebaikan bulan ini, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan takdir dan keburukan perkumpulan mahsyar.

Setelah itu, ia membaca dua kali bacaan berikut:

هِلَالُ خَيْرٍ وَرُشْدٍ

Semoga ini menjadi hilal kebaikan dan petunjuk

Lalu membaca tiga kali bacaan berikut:

آمَنْتُ بِالَّذِي خَلَقَك

Aku beriman kepada Tuhan yang menciptakanmu (wahai hilal)

Kemudian membaca:

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي ذَهَبَ بِشَهْرِ كَذَا وَجَاءَ بِشَهْرِ كَذَا

Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan bulan ini (Sebutlan bulan yang lewat) dan mendatangkan bulan ini (Sebutkan bulan yang baru).*

*Doa tersebut merupakan gabungan dari doa-doa yang berasal dari hadits-hadits riwayat Imam Abu Dawud, Ad-Darimi dan At-Turmudzi.

Termasuk doa yang dianjurkan untuk dibaca ketika melihat hilal, sebagaimana disebutkan dalam riwayat lainnya:

اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَهْرِنَا هٰذَا الدَّاخِل، اَللّهُمَّ اجْعَلْ شَهْرَنَا الْمَاضِيَ خَيْرَ شَهْرٍ، وَخَيْرَ عَاقِبَة، وَأَرْسِلْ عَلَيْنَا شَهْرَنَا هٰذَا بِالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ، وَالْأَمْنِ وَالْإِيْمَانِ، وَالْمُعَافَاةِ وَالرِّزْقِ الْحَسَنِ

Ya Allah, berkahilah kami di bulan kami yang baru masuk ini. Ya Allah jadikan bulan kami yang telah berlalu sebagai bulan yang terbaik dan memiliki akibat yang baik. Utuslah bulan kami ini kepada kami dengan membawa keselamatan dan Islam, keamanan dan Iman, afiyah dan rizki yang baik.*

*Doa ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Tarikhnya, serta Ibnu Mundah dan Ibnu ‘Asakir

Keterangan: Doa ini semua dibaca dalam keadaan menghadap kiblat. Ini adalah doa bagi yang melihat hilal (bulan sabit di awal bulan). Sebagian ulama mengatakan melihat hilal bisa pula diartikan mengetahui munculnya hilal. Maka, doa ini dianjurkan pula bagi orang buta yang menerima kabar adanya hilal, atau yang bisa melihat namun terhalang dari melihat hilal.

 

                                                   

Membaca Surat Al-Mulk Di Permulaan Bulan

Setelah itu, dianjurkan untuk membaca Surat Al-Mulk sebagaimana disebutkan dalam sebagian atsar. Imam As-Subki menjelaskan, hikmah dianjutkannya pembacaan Al-Mulk karena jumlah ayatnya adalah 30, sesuai dengan jumlah hari dalam sebulan. Selain itu, sakinah/ketenangan akan turun ketika surat ini dibaca, dan Nabi ﷺ selalu membacanya sebelum tidur.

Disunahkan ketika membaca surat ini, apabila telah sampai pada bacaan:

﴿‌قَلِيلًا ‌مَا ‌تَشْكُرُونَ ﴾ [الملك: 23]

Sunah untuk membaca:

اَلْحَمْدُ لِلهِ عَلَى السَّلَامَةِ

Segala puji bagi Allah atas keselamatan

Setelah selesai membaca Al-Mulk, dianjurkan untuk membaca doa berikut:

اَللّهُمَّ يَا اَللهُ، يَا سُبْحاَن، يَا دَيَّان، بِهٰذِهِ أَسْمَائِكَ الْعِظَام، أَنْ تَغْفِرَ لِي ذَنْبِي، وَتَقْضِيَ لِي حَاجَتِي، بِحُرْمَةِ سُورَةِ الْمُلْكِ الْكَرِيم.

Ya Allah, Ya Allah, Wahai Yang Mahasuci, Wahai Yang Maha Membalas. Dengan Nama-Nama-Mu yang agung ini, aku memohon agar Engkau mengampuni dosaku, dan memenuhi hajatku, dengan kemuliaan Surat Al-Mulk yang mulia.*

*Sumber: Suqul Arbah karya Habib Umar bin Hamid Alathas hal 69, A’mal Yaum Wal Lailah, Kanzun Najah, Fawaid Ilahiyah hal 11

 

 

 

Doa Sayidina Ali radhiyallahu anhu Di malam Hari Raya

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani radhiyallahu anhu dalam kitab Al-Ghunyah menyebutkan:

“Sayidina Imam Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah memfokuskan dirinya untuk beribadah secara total di empat malam selama setahun, yaitu : malam pertama Bulan Rajab, dua malam Hari Raya, dan malam Nishfu Sya’ban (malam 15 Sya’ban).”

Di antara doa beliau karammalllahu wajhah di malam itu adalah:

اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ مَصَابِيحِ الْحِكْمَة، وَمَوَالِي النِّعْمَة، وَمَعَادِنِ الْعِصْمَة، وَاعْصِمْنِي بِهِمْ مِنْ كُلِّ سُوء، وَلَا تَأْخُذْنِي عَلى غِرَّةٍ وَلَا عَلَى غَفْلَة، وَلَا تَجْعَلْ عَوَاقِبَ أَمْرِي حَسْرَةً وَنَدَامَة، وَارْضَ عَنِّي، فَإِنَّ مَغْفِرَتَكَ لِلظَّالِمِين، وَأَنَا مِنَ الظَّالِمِينَ.

اللهم اغْفِرْ لِي مَا لَا يَضُرُّك، وَأَعْطِنِي مَا لَا يَنْفَعُك، فَإِنَّكَ الْوَاسِعَةُ رَحْمَتُك، الْبَدِيعَةُ حِكْمَتُك. فَأَعْطِنِي السَّعَةَ وَالدَّعَةَ وَالْأَمْنَ وَالصِّحَّةَ، وَالشُّكْرَ وَالْمُعَافَاةَ وَالتَّقْوَى، وَأَفْرِغِ الصَّبْرَ وَالصِّدْقَ عَلَيَّ وَعَلَى أَوْلِيَائِي فِيك، وَأَعْطِنِي الْيُسْرَ وَلَا تَجْعَلْ مَعَهُ الْعُسْر، وَاعْمُمْ بِذَالِكَ أَهْلِي وَوَلَدِي وَإِخْوَانِي ِفيكَ وَمَنْ وَلَدَنِي، مِنَ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ.

Ya Allah, limpahkan shalawat-Mu kepada junjungan kami Muhammad beserta keluarganya yang merupakan lentera-lentera hikmah, para pemberi kenikmatan, dan sumber-sumber perlindungan. Lindungilah aku dari segala keburukan berkat kedudukan mereka. Jangan Engkau cabut nyawaku ketika aku lengah atau lalai. Jangan jadikan kesudahan perbuatanku adalah kerugian dan penyesalan. Ridailah aku, sungguh ampunan-Mu diperuntukkan untuk orang-orang zalim dan aku termasuk orang-orang zalim.

Ya Allah, ampuni aku atas dosaku yang tidak berpengaruh sedikitpun atas kuasa-Mu. Berilah aku karunia yang tidak ada artinya bagi-Mu. Sungguh Engkau, teramat luas rahmat-Mu dan indah hikmah-Mu. Maka berikanlah aku kelapangan, ketenangan, keamanan, kesehatan, syukur, keselamatan, dan takwa.

Limpahkan kesabaran dan kesungguhan bagiku, serta orang-orang yang membantuku di jalan-Mu. Berilah kemudahan bagiku tanpa ada kesulitan bersamanya. Jadikan semua itu menyeluruh mencakup keluargaku, anakku, saudara-saudaraku di jalan-Mu, serta orang tua yang telah melahirkanku, dari kalangan muslimin dan muslimat, serta mukminin dan mukminat.”

Al-Habib Ahmad bin Hasan Alathas radhiyallahu anhu menganggap baik untuk membaca doa ini setelah takbir hari raya dan setelah takbir hari-hari tasyriq. dikutip dari Tadzkirun Nas

 

 

 

Menghidupkan Malam Idul Fitri Dengan Takbir Hari Raya

Rasulullah ﷺ bersabda:

زينوا أعيادكم بالتكبير

Hiasi hari raya kalian dengan bertakbir. (HR Thabrani)

Bacaan takbir hari raya berdasarkan sunnah dan tambahan yang diriwayatkan dari para sahabat, para salaf dan para ulama adalah sebagai berikut:

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ  

Dibaca tiga kali.

Kemudian berhenti sejenak dan melanjutkan:

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا إيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ،

لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ،

لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحمْدُ.

kemudian bersahalawat kepada Nabi ﷺ:

اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد، وَعَلَى آِل سَيِّدِنَا مُحَمّد، وَعَلَى أَصْحَابِ سَيِّدِنَا مُحَمّد، وَعَلَى أَنْصَارِ سَيِّدِنَا مُحَمّد، وَعَلَى أَزْوَاجِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد، وَعَلَى ذُرِّيَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد، وَسَلِّمْ تَسْلِيمًا كَثِيرًا، عَدَدَ خَلْقِكَ، وَرِضَا نَفْسِكَ، وَزِنَةَ عَرْشِك، وَمِدَادَ كَلِمَاتِك

Keterangan:

·        Takbir hari raya Idul Fitri dinamakan takbir mursal (tidak terikat). Sebab dianjurkan kapan saja, baik setelah shalat, di jalan, di pasar atau di mana saja.

·        Takbir Hari Raya Idul Fitri disunahkan semenjak maghrib menjelang hari raya sampai imam menyelesaikan takbiratul ihram shalat Id.

Bagi orang yang melakukan shalat Id sendiri, waktu kesunahan takbir bagi  selesai dengan saat ia menyelesaikan takbiratul ihramnya sendiri.

·        Sunah mengangkat suara dalam bertakbir bagi lelaki untuk menampakkan syiar hari raya. Tidak disunahkan mengangkat suara untuk selain lelaki.

·        Sunah melakukan takbir di mana saja, baik di jalan, rumah, masjid, pasar, atau lainya. Saat berjalan, berkendara, duduk, berdiri, berbaring, dan dalam segala keadaan kecuali saat berada di kamar kecil. Lebih dianjurkan ketika dalam keramaian dan ketika merubah keadaan, misalnya dari duduk kepada berdiri, ketika berpisah, berkumpul dan lainnya.

·        Sunah bertakbir saat ia keluar dari rumah menuju tempat shalat id. Sahabat Abdullah bin Umar ra berkata:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُكَبِّرُ يَوْمَ الْفِطْرِ ‌مِنْ ‌حِينِ ‌يَخْرُجُ ‌مِنْ ‌بَيْتِهِ ‌حَتَّى ‌يَأْتِيَ ‌الْمُصَلَّى

Bahwa Rasulullah ﷺ bertakbir di hari Idul Fitri dari semenjak keluar dari kediamannya sampai mendatangi tempat shalat. (HR Al-Hakim)

 

  

Menghidupkan Malam Hari Raya  Dengan Doa Dan Ibadah

Malam hari raya termasuk malam-malam mustajab dalam berdoa, oleh sebab itu dianjurkan untuk memperbanyak doa-doa untuk kebaikan dunia dan akhirat. Doakan pula keluarga, sahabat, dan umat Islam saat itu.

Sahabat Ibnu Umar radhiyallahu anhu berkata:

‌خمس ‌ليال لا يرد فيهن الدعاء: ليلة الجمعة وأول ليلة من رجب، وليلة النصف من شعبان، وليلة العيد، وليلة النحر

Lima malam yang tidak tertolak di dalamnya doa: malam Jumat, malam pertama Bulan Rajab, Malam Nishfu Syakban, Malam Idul Fitri dan Malam Idul Adha. (HR Baihaqi)

Imam Syafii radhiyallahu anhu mengatakan :

وَبَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ: إنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِي ‌خَمْسِ ‌لَيَالٍ فِي لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ، وَلَيْلَةِ الْأَضْحَى، وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ، وَأَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ، وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ

Telah sampai riwayat pada kami, dikatakan bahwa doa diijabahi di lima malam: malam Jumat, malam Idul Adha, Malam Idul Fitri, malam pertama bulan Rajab, dan malam Nishfu Syakban. (Al-Umm, Imam Syafii)

Tentunya doa yang dimaksud adalah doa yang memenuhi syarat, rukun serta adabnya. Maka dianjurkan memperbanyak doa di malam hari raya sebagaimana yang dilakukan oleh para salaf terdahulu.

Hidupkan pula malam ini dengan shalat malam dan ibadah lainnya, sebab siapa yang menghidupkan malam ini hatinya akan selalu hidup, saat hati lainnya mati. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ صَلَّى لَيْلَةَ الْفِطْرِ ، وَلَيْلَةَ الْأَضْحَى ، لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ يَمُوتُ الْقُلُوبُ

Siapa yang melakuksan shalat di malam Idul Fitri dan Idul Adha maka hatinya tidak akan mati di hari ketika hati-hati lainnya telah mati. (HR Thabrani)

Sahabat Abu Darda juga menuturkan:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْعِيدِ مُحْتَسِبًا لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ حِينَ تَمُوتُ الْقُلُوبُ

siapa yang shalat di malam hari raya dengan mengharapkan pahala maka hatinya tidak akan mati ketika hati-hati lainnya telah mati. (Al-Umm, Imam Syafii)

Para ulama berbeda pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan hati yang mati? Sebagian mengatakan hati yang mati adalah hati yang dimabuk oleh cinta dunia, ada pula yang mengatakan hati yang mati adalah yang dimasuki kekufuran.

Sebagian lagi berpendapat bahwa maksud riwayat tersebut, hatinya akan tetap kokoh dan aman ketika sakaratul maut sehingga ia mati dalam keadaan husnul khatimah, serta tetap kokoh saat menghadapi kedahsyatan hari kiamat saat hati-hati lain tergoncang.

Selain itu siapa yang menghidupkan malam ini, maka ia berhak mendapatkan surga. Dalam suatu hadits disebutkan:

مَنْ أَحْيَا اللَّيَالِيَ الْخَمْسَ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ : لَيْلَةَ التَّرْوِيَّة، وَلَيْلَةَ عَرَفَةَ، وَلَيْلَةَ النَّحْرِ، وَلَيْلَةَ الْفِطْرِ، وَلَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ

Siapa yang menghidupkan lima malam, maka ia berhak untuk masuk ke dalam surga. Lima malam itu adalah : Malam Tarwiyah (8 Dzulhijah), Malam Arafah (9 Dzulhijjah), Malam Idul Adha, Malam Idul Fitri, dan Malam Nishfu Sya’ban. (HR Al-Ashfihani)

Faidah: Minimal menghidupkan malam adalah dengan melakukan Shalat Isya dan Shubuh secara berjamaah. Derajat pertengahan adalah dengan menghabiskan kebanyakan waktu malam dengan ibadah, dan beristirahat di waktu sisanya. Dan derajat tertinggi adalah dengan menghabiskan seluruh waktu malam untuk ibadah.

 

 

Mandi dan Berhias Di Hari Raya

Di anjurkan untuk mandi pada hari raya untuk meneladani sunah Nabi ﷺ. Sahabat ibnu Abbas menuturkan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يَغْتَسِلُ ‌يَوْمَ ‌الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى

Rasulullah ﷺ mandi pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. (HR Ibnu Majah)

Selain itu juga dianjurkan memakai pakaian dan wewangian paling baik yang ia miliki. Sayidina Hasan bin Ali radhiyallahu anhu mengatakan:

أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْعِيدَيْنِ أَنْ نَلْبَسَ أَجْوَدَ مَا نَجِدُ، وَأَنْ ‌نَتَطَيَّبَ ‌بِأَجْوَدَ مَا نَجِدُ

Rasulullah ﷺ memerintahkan pada dua hari raya agar kita memakai pakaian terbaik yang kita dapati, serta memakai wewangian terbaik yang kita dapati. (HR Al-Hakim)

Keterangan:

·        Mandi hari raya adalah sunah. Apabila tidak mampu karena sakit atau tidak ada air misalnya, maka dianjurkan tayamum.

·        Waktu kesunahannya menurut pendapat yang muktamad dimulai dari tengah malam menjelang Idul Fitri, dan berakhir pada waktu tenggelamnya matahari (maghrib) di hari raya.

·        Yang lebih utama, hendaknya dilakukan setelah Shubuh mendekati waktu pergi menuju shalat Id bagi yang hendak melakukan shalat id.

·        Mandi shalat Id masih disunahkan sampai Maghrib setelah hari raya bagi yang belum melakukannya. Demikian pula kesunahan berhias untuk id seperti memakai wewangian, pakaian yang paling baik, berakhir sampai maghrib setelah hari raya.

·        Mandi hari raya disunahkan walaupun bagi wanita haid dan nifas. Demikian pula bagi anak yang belum tamyiz, maka dianjurkan bagi walinya untuk memandikannya.

·        Niat mandi hari Raya Idul Fitri adalah :

نَوَيْتُ سُنَّةَ الْغُسْلِ لِعِيدِ الْفِطْرِ

Aku berniat mandi sunah untuk Idul Fitri

·        Sunah memakai wewangian di badan dan pakaian dengan wewangian yang paling bagus yang ia miliki. Disunahkan pula berhias dan memakai pakaian yang paling bagus. Yang lebih utama adalah memakai pakaian putih, kecuali jika ia memiliki pakaian berwarna lain yang lebih bagus dan lebih mahal, maka memakai pakaian berwarna lain lebih utama.

·        Disunahkan pula memotong rambut, baik rambut kepala atau badan serta memotong kuku.

 

Adab Memakai Pakaian

Ketika memakai pakaian hendaknya kita berdoa:

‌الْحَمْدُ ‌لِلَّهِ ‌الَّذِي ‌كَسَانِي هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي، وَلَا قُوَّةٍ، اللهم إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهِ وَخَيْرَ مَا هُوَ لَهُ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ مَا هُوَ لَهُ

Segala puji bagi Allah yang telah memakaikan baju ini padaku dan memberikan rizki pakaian ini padaku tanpa daya dan kekuatan dariku. Ya Allah aku memohon padamu kebaikan pakaian ini, dan kebaikan yang ada padanya serta aku berlindung dari keburukan pakaian ini serta keburukan apa yang ada padanya.

Rasulullah ﷺ bersabda :

وَمَنْ لَبِسَ ثَوْبًا فَقَالَ: ‌الْحَمْدُ ‌لِلهِ ‌الَّذِي ‌كَسَانِي هَذَا الثَّوْبَ، وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ

Siapa yang memakai pakaian kemudain berkata : “Segala puji bagi Allah yang telah memakaikan baju ini padaku dan memberikan rizki pakaian ini padaku tanpa daya dan kekuatan dariku.” Maka akan diampuni baginya dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. (HR Abu Dawud)

Maksud diampuni dosa yang akan datang adalah, ia akan terlindung dari dosa di masa yang akan datang dan kalaupun ia terjerumus pada dosa, maka ia akan diberi petunjuk untuk segera bertaubat sehingga dosanya pun diampuni.

Doa Memakai Pakaian Baru

Jika ia mamakai pakaian baru maka dianjurkan untuk berdoa:

اللهم لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ كَسَوْتَنِيهِ، أَسْأَلُكَ خَيْرَهُ وَخَيْرَ مَا صُنِعَ لَهُ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ مَا صُنِعَ لَهُ، اَلْحَمْدُ لِلّه ِالَّذِي كَسَانِي مَا أُوَارِي بِهِ عَوْرَتِي وَأَتَجَمَّلُ بِهِ فِي حَيَاتِي

Ya Allah, bagi-Mu segala puji. Engkau telah memakaikan pakaian ini bagiku. Aku memohon pada-Mu kebaikannya dan kebaikan apa yang pakaian ini dibuat untuknya, serta aku memohon perlindungan-Mu dari keburukannya serta keburukan apa yang pakaian ini dibuat untuknya.

Segala puji bagi Allah yang telah memakaikanku pakaian yang aku gunakan untuk menutupi auratku serta berhia dengannya di masa hidupku.

Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ لَبِسَ ثَوْبًا جَدِيدًا فَقَالَ: ‌الْحَمْدُ ‌لِلهِ ‌الَّذِي ‌كَسَانِي مَا أُوَارِي بِهِ عَوْرَتِي وَأَتَجَمَّلُ بِهِ فِي حَيَاتِي، ثُمَّ عَمَدَ إِلَى الثَّوْبِ الَّذِي أَخْلَقَ، فَتَصَدَّقَ بِهِ كَانَ فِي كَنَفِ اللهِ وَفِي حِفْظِ اللهِ، وَفِي سِتْرِ اللهِ حَيًّا وَمَيِّتًا.

Siapa yang memakai pakaian baru kemudian berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah memakaikanku pakaian yang aku gunakan untuk menutupi auratku serta berhia dengannya di masa hidupku.”  Kemudian ia mengambil pakaian lamanya dan mensedahkannya, maka ia berada dalam perlindungan, penjagaan, naungan Allah, baik di masa hidup maupun setelah mati. (HR Turmudzi)

Hendaknya ia meniatkan hal-hal baik saat memakai pakaian seperti mematuhi perintah Allah ﷻ untuk menutupi aurat, menjalankan sunah hari raya, dan lainnya. Jangan sampai ia meniatkan hal buruk seperti berbangga-bangga dan pamer.

 

 

 

Mengucapkan Selamat Hari Raya

 

Dianjutkan untuk mengucapkan tahniah (selamat hari raya) dengan ucapan :

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ

Semoga Allah menerima amalan kami dan kalian

Waktu kesunahannya untuk Idul Fitri sejak terbenam matahari di malam 1 Syawal. Sedangkan untuk Idul Adha, tahniah bisa dimulai semenjak waktu Shubuh Hari Arafah (9 Dzulhijjah) sebagaimana kesunahan bertakbir.

Ucapan tahniah boleh ditambahkan ungkapan saling mendoakan seperti:

مِنَ الْعَائِدِين، وَالْفَائِزِين، والمقبولين

Semoga kita masuk ke dalam golongan yang kembali dan golongan yang mendapatkan kemenangan, serta yang diterima

Sunnah pula menjawab tahniah tersebut dengan semisal doa:

تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنْكُمْ أَحْيَاكُمْ اللَّهُ لِأَمْثَالِهِ ‌كُلَّ ‌عَامٍ ‌وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ

Semoga Allah menerima amalan kaluan, dan memanjangkan umur kalian sampai hari hari id yang lain. semoga sepanjang tahun kalian berada dalam kebaikan.

atau doa semisalnya.

Al-Habib Salim As-Syathiri mengatakan, yang lebih utama di Hari Raya Idul Fitri adalah ucapan:

مِنَ الْعَائِدِين، والمقبولين

Semoga kita masuk ke dalam golongan yang kembali dan golongan yang diterima

Sebagai doa agar puasa serta shalatnya Ramadhannya diterima.

Sedangkan dalam Idul Adha, dikatakan:

مِنَ الْعَائِدِين، وَالْفَائِزِين

Semoga kita masuk ke dalam golongan yang kembali dan golongan yang mendapatkan kemenangan

Sebagai doa agar ia mendapatkan pula anugerah yang dibagikan kepada orang-orang yang berhaji.

Atau semua itu bisa dikumpulan menjadi:

مِنَ الْعَائِدِين، وَالْفَائِزِين، والمقبولين

Semoga kita masuk ke dalam golongan yang kembali dan golongan yang mendapatkan kemenangan, serta yang diterima

 

 

 

Shalat Hari Raya

 

Shalat Id merupakan sunnah muakad. Dalam suatu hadits disebutkan:

إِذَا كَانَ يَوْمُ الْفِطْرِ وَقَفَتِ الْمَلَائِكَةُ عَلَى أَبْوَابِ الطُّرُقِ، فَنَادَوْا: اغْدُوا يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِينَ إِلَى رَبٍّ كَرِيمٍ يَمُنُّ بِالْخَيْرِ، ثُمَّ يُثِيبُ عَلَيْهِ الْجَزِيلَ، لَقَدْ أُمِرْتُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَقُمْتُمْ، وَأُمِرْتُمْ بِصِيَامِ النَّهَارِ فَصُمْتُمْ، وَأَطَعْتُمْ رَبَّكُمْ، فَاقْبِضُوا جَوَائِزَكُمْ، فَإِذَا صَلَّوْا، نَادَى مُنَادٍ: أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ قَدْ غَفَرَ لَكُمْ، فَارْجِعُوا رَاشِدِينَ إِلَى رِحَالِكُمْ»

Jika tiba hari Idul Fitri, para malaikat berdiri di berbagai simpang jalan dan berkata: “Bergegaslah, wahai umat Islam menuju Tuhan yang Maha Pemurah, Yang menganugerahkan kebaikan, kemudian memberi balasan yang melimpah. Kalian telah diperintahkan untuk shalat di malam Ramadhan kemudian melaksanakannya. Kalian telah diperintahkan untuk berpuasa di siang hari, kemudian melaksanakannya. Kalian telah mentaati Tuhan kalian, maka ambilah hadiah-hadiah kalian.

Apabila mereka telah melakukan shalat, maka terdapat seruan: “Ketahuilah bahwa Tuhan kalian telah mengampuni kalian. Kembalilah dalam keadaan diberi petunjuk menuju kediaman-kediaman kalian.” (HR Thabrani)

Kesunahan terkait Shalat Id:

·        Shalat Id bisa dilakukan antara setelah terbit matahari sampai waktu Dhuhur. Lebih utama menunggu matahari sedikit meninggi setumbak (sekitar 16-20 menit sejak terbit matahari)

·        Shalat id boleh dilakukan sendiri-sendiri, tapi lebih utama dilakukan secara berjamaah.

·        Shalat Id disunahkan bagi setiap muslim, baik yang mukim maupun musafir, merdeka maupun budak, lelaki maupun perempuan, bahkan bagi anak kecil.

·        Dianjurkan berjalan (tidak berkendaraan) ketika pergi menuju tempat shalat Id, baik itu adalah masjid atau lapangan, dengan tenang apabila ia mampu berjalan. Jika tidak mampu karena jauh, atau uzur lainnya, maka boleh untuk berkendara.

·        Ketika pulang dari shalat Id tidak ada kesunahan untuk berjalan, ia boleh memilih untuk berjalan atau memakai kendaraan.

·        Jika ada lebih dari satu jalan menuju tempat shalat id, maka dianjurkan mengambil jalan yang lebih jauh ketika berangkat dan mengambil jalan yang pendek ketika pulang. Sebab pahala pergi lebih banyak daripada pahala kembali. Yang pertama tujuannya adalah ibadah, berbeda dengan yang kedua. Demikian ini adalah kesunahan dalam setiap ibadah seperti menjenguk orang sakit, dan lainnya.

·        Dianjurkan untuk pulang dari shalat id melalui jalur yang berbeda dari jalan pergi, apabila ada lebih dari satu jalan.

·        Disunahkan makan atau minum sebelum Shalat Idul Fitri dengan kurma atau kismis atau lainnya. Meninggalkan kesunahan ini hukumnya makruh.

·        Mengenai tata-cara shalat ied telah dijelaskan dalam buku-buku fiqih.

 

 

Menunaikan Zakat Fitrah

Bagi yang belum menunaikan zakat fitrah, hendaknya segera menunaikannya di hari raya sebab zakat fitrah hukumnya wajib. Rasulullah ﷺ bersabda:

إن شهر ‌رمضان ‌معلق بين السماء والأرض لا يرفع إلا بزكاة الفطر

Sungguh bulan Ramadhan tergantung di antara langit dan bumi tidak terangkat (diterima) kecuali dengan Zakat Fitrah. (HR Dailami)

Yang paling utama, hendaknya mengeluarkan zakat fitrah setelah Shalat Shubuh dan sebelum Shalat Id. Makruh mengakhirkan sampai setelah Shalat Id, kecuali untuk menunggu kerabat yang membutuhkan atau orang yang lebih berhak.

Haram mengakhirkan sampai Maghrib setelah hari Raya. Dan tetap wajib dikeluarkan sebagai qodho.

 


Doa Rasulullah ﷺ Di Hari Raya

Sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata:

Termasuk doa Nabi ﷺ di Hari Raya adalah:

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِيشَةً تَقِيَّةً، ‌وَمِيتَةً ‌سَوِيَّةً، وَمَرَدًّا غَيْرَ مُخْزٍ وَلَا فاضِحٍ.

اللَّهُمَّ لَا تُهْلِكْنَا فَجْأَةً، وَلَا تَأْخُذْنَا بَغْتَةً، وَلَا تُعْجِلْنَا عَنْ حَقٍّ وَلَا وَصِيَّةٍ.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَفَافَ وَالْغِنَى، وَالتُّقَى وَالْهُدَى، وَحَسَنَ عَاقِبَةِ الْآخِرَةِ وَالدُّنْيَا، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّكِّ وَالشِّقَاقِ، وَالرِّيَاءِ وَالسُّمْعَةِ فِي دِينِكَ، يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Ya Allah, sungguh aku memohon kehidupan yang penuh takwa, kematian yang sempurna, serta tempat kembali yang tidak menghinakan dan tidak pula menyingkap aib.

Ya Allah, jangan Engkau matikan kami tiba-tiba, jangan Engkau ambil kami tiba-tiba, dan jangan Engkau segerakan kami sebelum menunaikan hak dan wasiat.

Ya Allah, sungguh kami memohon kepadamu kehormatan dan kekayaan, ketakwaan dan petunjuk, akibat yang baik di dunia dan akhirat. Kami berlindung pada-Mu dari keraguan, perselisihan, ingin dilihat dan didengar orang dalam agama-Mu. Wahai Yang Mengubah-ubah keadaan hati, jangan lencengkan hati kami setelah Engkau memberi petunjuk pada kami, dan berilah kami dari sisi-Mu rahmat. Sunggu Engkau Maha Pemberi. (HR Thabrani)

 

 

 

Istigfar dan Tasbih Di Hari Raya

Al Wana’i mengatakan dalam risalahnya:

“Siapa yang beristigfar pada Hari Raya setelah Shaat Shubuh sebanyak seratus kali, maka tidak ada lagi yang tersisa dalam catatan amalnya sedikit pun dosa kecuali telah terhapus. Pada Hari kiamat ia akan selamat dari azab Allah.” Kanzun Najah

 

Disebutkan pula bahwa siapa yang membaca :

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ

Maha suci Allah, dan segala pujian bagi-Nya

Sebanyak seratus kali pada Hari Raya kemudian menghadiahkan pahalanya kepada para penghuni kubur. Maka tiada satu pun ahli kubur kecuali akan berkata pada hari kiamat, “Wahai Yang Maha Penyayang, sayangilah Hamba-Mu ini, dan jadikan pahalanya adalah surga.”

Disebutkan pula, bahwa bacaan tersebut jika dibaca tiga ratus kali kemudian pahalanya dihadiahkan kepada ahli kubur dari kalangan umat Islam, maka akan masuk seribu cahaya dalam setiap kubur mereka. Allah ﷻ akan jadikan pula kuburnya dimasuki seribu cahaya saat ia mati. Kanzun Najah Was Surur

 

Menampakkan Kebahagiaan

Hari Raya merupakan syiar Islam untuk menampakkan kebahagiaan. Maka dianjurkan untuk menampakkan kebagiaan yang diperbolehkan. Rasulullah ﷺ mebiaarkan kaum Habasyah mengadakan permainan pada Hari Raya dan Sayidah Aisyah menonton dari balik Nabi ﷺ sampai puas.

Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari mengatakan:

إظهار السرور في الأعياد من شعار الدين

Menampakkan kebahagiaan pada hari raya termasuk syiar Agama

Diriwayatkan dari Al-Iyadh Al-Asy’ari mengatakan:

إن النبي صلى الله عليه وسلم كان يأمر بالتقليس في العيدين

Bahwa Nabi ﷺ memerintahkan untuk memukul taqlis (rebana atau semisalnua) pada dua hari raya.

 

 

Bersedekah

Pada Hari Raya ini jangan melupakan saudara kita yang tidak mampu, perbanyaklah sedekah. Nabi ﷺ apabila telah selesai melakukan shalat Id, beliau mengajak para sahabatnya untuk bersedekah dan bersabda:

‌تَصَدَّقُوا، ‌تَصَدَّقُوا، ‌تَصَدَّقُوا

Bersedekahlah kalian.. Bersedekahlah kalian.. Bersedekahlah kalian.. (HR Muslim)

  

Puasa Enam Hari Di Bulan Syawwal

Sebagai penyempurna ibadah puasa Ramadhan, disunahkan untuk berpuasa enam hari di Bulan Syawwal. Lebih utama jika dilakukan langsung sehari setelah Idul Fitri secara berturut-turut.  Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ صَامَ ‌رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ ‌شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Siapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian melanjutkannya dengan berpuasa enam hari di Bulan Syawal, maka seakan ia berpuasa sepanjang tahun. (HR Muslim)

Maka jangan siakan fadhilah yang sangat besar ini.

Penutup: Demikian risalah ringkas tentang amalan hari Raya Idul Fitri, semoga kita dapat mengamalkan semuanya. Semoga amal ibadah kita semua diterima oleh Allah ﷺ.

تقبل الله منا ومنكم الصيام والقيام وصالح الأعمال وأعاده علينا وعليكم باليمن والبركات

اللهم اجعلنا وإياكم من العائدين والفائزين والمقبولين