Posted on 26 July 2025
Bersiwak merupakan sunah Nabi ﷺ yang sering dilupakan. Nabi ﷺ sangat menyukai bersiwak, bahkan sebelum wafatnya beliau meminta untuk disiwaki. Para ulama mengatakan bersiwak disunahkan dilakukan kapan saja asalkan tidak berlebihan. Banyak hadits terkenal yang menyebutkan bahwa Nabi ﷺ sering bersiwak dan menganjurkan untuk bersiwak. Bahkan dalam salah satu haditsnya, Nabi ﷺ bersabda:
لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ وُضُوءٍ
Andai bukan karena khawatir aku akan memberatkan umatku, tentu aku akan memerintahkan mereka bersiwak setiap kali akan berwudhu. (HR Bukhari)
Ini menunjukkan bahwa bersiwak sangat dianjurkan.
Dalam Kitab Busyral Karim disebutkan beberapa tempat di mana kegiatan bersiwak lebih ditekankan kesunahannya. Di antaranya adalah:
1. Ketika hendak Wudhu, Mandi, Dan Tayammum.
2. Ketika hendak melakukan Shalat, baik shalat wajib maupun sunah, termasuk sujud Syukur dan sujud Tilawah. Hal ini dikarenakan Nabi ﷺ bersabda:
رَكْعَتانِ بِسِوَاكٍ خَيرٌ مِنْ سَبْعِينَ رَكْعَةً بِغَيْرِ سواك
Dua rakaat dengan bersiwak lebik baik dari tujuh puluh rakat tanpa bersiwak. (HR Daruquthni)
3. Ketika hendak membaca Al-Quran, yang afdhol dilakukan sebelum taawudz.
4. Ketika hendak membaca Hadits Nabi.
5. Ketika hendak berdzikir.
6. Ketika hendak belajar ilmu Syariat.
7. Ketika hendak belajar ilmu alat (seperti nahwu dan sharaf) untuk kepentingan ilmu syariat.
8. Ketika gigi menguning.
9. Ketika hendak masuk rumah, walaupun rumah orang lain.
10. Ketika bangun dari tidur sebab umumnya tidur dapat merubah keadan mulut.
11. Ketika hendak tidur.
12. Ketika mulut berubah aroma, atau warna, atau rasanya.
13. Setiap kali Thawaf.
14. Ketika hendak berkhutbah.
15. Setelah Shalat Witir.
16. Saat berpuasa sebelum masuk waktu Dhuhur.
17. Menjelang kematian.
Disunahkan pula apabila ada bekas makanan di sela-sela gigi untuk menyelai gigi dengan tusuk gigi atau semisalnya. Ini bisa dilakukan sebelum bersiwak atau setelahnya. Dengan demikian ia akan aman dari perasaan waswas. Makruh untuk menelan makanan yang dikeluarkan dari sela-sela gigi dengan semisal tusuk gigi.
Bersiwak tidak dimakruhkan kecuali setelah masuk waktu Dhuhur bagi orang yang berpuasa. Karena itu dapat menghilangkan Khaluf (aroma mulut orang yang berpuasa) yang lebih wangi di sisi Allah ﷻ dibandingkan minyak kesturi.
Habib Muhammad Sa’ad bin Alwi Alaydrus dalam kitabnya Ihyaus Sunan Al-Mahjurah menambahkan tempat-tempat disunahkan bersiwak, yaitu:
1. Bersiwak ketika hendak masuk masjid.
2. Bersiwak ketika hendak keluar masjid.
3. Bersiwak ketika hendak masuk rumah.
4. Bersiwak ketika hendak keluar rumah.
5. Bersiwak ketika hendak adzan.
6. Bersiwak ketika hendak hadir majlis ilmu atau dzikir.
7. Bersiwak ketika hendak tidur malam atau tidur siang. Untuk tidur malam lebih ditekankan.
8. Bersiwak ketika bangun dari tidur. Pada dini hari di waktu menjelang shubuh lebih ditekankan.
9. Bersiwak ketika hendak bertayammum.
10. Bersiwak ketika lapar dan haus.
11. Bersiwak ketika hendak berkhutbah Jumat.
12. Bersiwak ketika hendak berhubungan suami-istri.
13. Bersiwak ketika hendak melakukan qomat.
14. Bersiwak setelah shalat witir.
15. Bersiwak sebelum makan dan setelahnya.
16. Bersiwak ketika ketika mandi. Baik mandi wajib, sunah, atau mubah.
17. Bersiwak ketika hendak berkumpul dengan para saudara.
18. Bersiwak ketika hendak masuk kakbah.
19. Berniat ketika bersiwak.
20. Berdoa ketika hendak bersiwak yaitu:
اَللّهُمَّ بَيِّضْ بِهِ أَسْنَانِي، وَشُدَّ بِهِ لِثَاتِي، وَثَبِّتْ بِهِ لَهَاتِي، وَبَارِكْ لِي فِيهِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِين
Ya Allah putihkan gigiku dan kuatkan gusiku, serta kuatkan lahatku (daging yang tumbuh di atas langit-langit mulut) dan berkatilah aku dengannya. Wahai Yang Paling mengasihi diantara para pengasih”.
21. Sunah dalam bersiwak menggosok lidah secara memanjang, dan menggosok gigi secara melebar di gigi. Dan dilarang meletakkan siwak di lantai.
22. Disunahkan meletakkan siwak di belakang telinga kiri.
Niat bersiwak
Apabila kegiatan bersiwak dilakukan dalam rangkaian ibadah, seperti bersiwak setelah ia berniat wudhu maka tidak perlu lagi berniat. Sebab siwak tersebut telah masuk dalam rangkaian ibadah wudhu. Sedangkan jika bersiwak dilakukan di luar itu, maka ia harus berniat untuk mendapatkan pahala kesunahan siwak. Ia bisa meniatkan sunah siwak, seperti dengan berniat:
نَوَيْتُ الإِسْتِيَاكَ سُنَّةً لِلّهِ تَعَالى
Saya berniat melakukan sunnah bersiwak karena Allah ta’ala.
Sekedar bersiwak tanpa disertai niat tidak akan menghasilkan pahala kesunahan bersiwak. Sebab Nabi ﷺ bersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Setiap amal tergantung dengan adanya niat-niat. Setiap orang hanya mendapatkan apa yang ia niatkan. (HR Bukhari dan Muslim). RA(*)