Adab Ahlus Sunnah Terhadap Para Sahabat Nabi ﷺ

Posted on 06 August 2025



Dalam khazanah keilmuan Ahlus Sunnah wal Jamaah, sikap terhadap para sahabat Nabi menempati posisi yang sangat penting. Mereka adalah generasi terbaik yang menjadi perantara sampainya Islam kepada umat ini. Oleh karena itu, adab terhadap para sahabat bukan hanya bentuk penghormatan kepada mereka, tapi juga bagian dari menjaga agama ini tetap murni dan lurus.

Salah satu ulama besar dari kalangan Bani ‘Alawi, al-Ḥabib al-‘Allamah Aḥmad bin Ḥasan al-‘Aṭṭas menegaskan hal ini dengan sangat jelas dalam sebagaimana dikutip dalam kitab Tanwir al-Aghlaṣ. Beliau menyusun prinsip-prinsip ini dengan gaya yang ringkas namun sarat makna.

Para Sahabat adalah Makhluk Terbaik setelah Para Nabi

Beliau berkata:

الصحابة أفضل الخلق بعد الأنبياء، وأفضلهم الخلفاء الأربعة، وأفضل الخلفاء سيدنا أبوبكر الصديق ثم سيدنا عمر الفاروق ثم سيدنا عثمان ثم سيدنا علي، هذا مذهب أهل السنة والجماعة.

"Para sahabat adalah makhluk terbaik setelah para nabi. Yang paling utama di antara mereka adalah Khulafa’ al-Rasyidin: Sayyiduna Abu Bakr aṣ-Shiddiq, kemudian Sayyiduna ‘Umar al-Faruq, lalu Sayyiduna ‘Utsman, dan kemudian Sayyiduna ‘Ali. Inilah mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah."

Semua Sahabat adalah Adil dan Mulia

Habib Aḥmad bin Ḥasan menegaskan bahwa seluruh sahabat adalah pribadi-pribadi yang terpercaya. Mereka terbagi menjadi tiga golongan:

  1. Kaum Muhajirin: Mereka yang hijrah bersama Rasulullah .

  2. Kaum Anshar: Mereka yang menolong beliau di Madinah.

  3. Kaum Yang mengimani beliau dan menjadi sahabat Beliau selain keduanya.

Seluruh mereka adalah ‘udul (terpercaya) dan utama. Mereka hidup bersama Nabi, menyaksikan turunnya wahyu, dan menjadi generasi pertama dalam mengamalkan Islam secara langsung.

Al-Qur'an Memuji Generasi Setelah Sahabat

Allah memuji generasi sesudah para sahabat yang menjaga hati dan lisan mereka terhadap para sahabat:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka berkata: Wahai Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan.” (QS. al-Ḥasyr: 10)

Maka, Allah sendiri memuji orang-orang yang tidak mencela sahabat, tetapi mendoakan mereka.

 Jangan Mencela Perselisihan yang Terjadi di Antara Mereka

Terkait peristiwa yang terjadi di antara sahabat, Habib Aḥmad mengatakan dengan tegas:

وما جرى بينهم مُؤَوَّل، والسكوت عنه واجب

"Apa yang terjadi di antara mereka harus ditakwil (diberi penafsiran terbaik), dan tidak mengomentarinya adalah kewajiban."

Beliau mengutip syair dalam Zubad karya Imam Ibn Raslān:

وما جَرَى بَينَ الصِّحابِ نَسْكُتُ *** عَنْهُ وأَجْرَ الاِجتِهادِ نُثْبِتُ

"Apa yang terjadi di antara para sahabat, kita diam. Dan kita tetapkan pahala atas ijtihad mereka."

Mengikuti Jejak Para Ulama Salaf, Bukan Sejarah yang Campur Aduk

Habib Aḥmad juga memperingatkan dengan bijak:

وإنما حمله على ذلك اطلاعه على بعض التواريخ التي جمع فيها الغث والسمين والحق والباطل، والحق في اتباع السلف وفيما اعتقدوه وفعلوه، ومن زاغ ومال عن هذا المنهج القويم ولم تنفع فيه الموعظه والتذكرة فسيندم إذا كشف الغطاء، ونعوذ بالله أن نقول ما ليس لنا به علم أو نعتقد ما ليس بحق أو نعمل غير صالح

"Sebagian orang berani mencela para sahabat, padahal ia tidak memiliki teladan dari salaf dalam hal itu. Yang mendorongnya hanyalah karena ia terpengaruh oleh sebagian buku-buku sejarah yang memuat segala macam isi: antara yang bermutu dan yang tak bermutu, antara kebenaran dan kebatilan. Padahal, kebenaran sejatinya terletak pada mengikuti jejak para salaf, baik dalam keyakinan maupun dalam amal perbuatan mereka. Siapa menyimpang dari manhaj yang lurus ini, lalu tak juga mendapat manfaat dari nasihat dan peringatan, niscaya ia akan menyesal pada saat segala tabir telah disingkap. Kami memohon perlindungan kepada Allah dari berkata tanpa ilmu, meyakini sesuatu yang tidak benar, atau mengerjakan amal yang tidak saleh.

Mencintai para sahabat bukan sekadar pilihan — ia adalah bagian dari iman, warisan para salaf, dan wasiat Rasulullah . Siapa yang menghormati mereka, maka ia telah berada di atas cahaya. Dan siapa yang merendahkan mereka, maka ia telah keluar dari jalan keselamatan.RA(*)