Batasan Dalam Menjaga Lisan

Posted on 02 November 2025



Alat utama manusia dalam berbicara adalah lisan. Allah Ta‘ala berfirman:

فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ

Sesungguhnya Kami telah memudahkan Al-Qur’an itu dengan lisanmu. (QS Ad-Dukhan: 58)

Dan juga firman-Nya:

بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُّبِينٍ

Dengan lisan Arab yang jelas. (QS Asy-Syu‘ara’: 195)

Lisan adalah salah satu organ yang paling halus sekaligus paling berbahaya dari tubuh manusia. Allah menciptakannya sebagai alat komunikasi dan ekspresi, jembatan antara isi hati dan dunia luar. Namun sebagaimana setiap nikmat, ia datang bersama tanggung jawab, ia memiliki batas-batas syar‘i dan adab-adab islami yang harus dijaga.

Bahaya Lisan

Melalui lisan, seorang hamba dapat meraih tingkatan tertinggi di surga, atau sebaliknya, terjerumus ke jurang neraka. Rasulullah bersabda:

إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ.

Sesungguhnya ada seorang hamba yang mengucapkan satu kalimat yang diridhai oleh Allah,  ia tidak memberikan perhatian atas ucapan itu, namun dengan kalimat itu, Allah mengangkat derajatnya setinggi-tingginya. Dan ada pula seorang hamba yang melontarkan satu kata yang menimbulkan kemurkaan Allah, ia tidak memberi perhatian atas ucapannya, tetapi karena satu kata itu, Allah menjerumuskannya jauh ke dalam neraka Jahannam. (HR Al-Bukhari)

Bahkan setiap pagi, seluruh anggota tubuh manusia “menyeru” kepada lisan agar berhati-hati. Rasulullah bersabda:

إذا أصبح ابن آدم، فإن الأعضاء كلها تكفر اللسان، تقول : اتق الله فينا، فإنما نحن بك: فإن استقمت استقمنا وإن اعوججت اعوججنا

“Apabila anak Adam memasuki waktu pagi, maka seluruh anggota tubuhnya merendahkan diri kepada lisan dan berkata: ‘Bertakwalah kepada Allah demi kami, karena kami bergantung padamu; jika engkau lurus, kami pun lurus; jika engkau menyimpang, kami pun menyimpang.’
(HR At-Turmudzi)

Seorang bijak pernah berkata:

وزن الكلام إذا نطقت ولا تكن *ثرثارة في كل واد تخطب

Timbanglah ucapanmu sebelum kau ucapkan, dan jangan menjadi orang yang banyak bicara, gemar berpidato di setiap lembah pembicaraan.

Dan yang lain menasihatkan dengan syairnya:

احفظ لسانك أيها الإنسانُ * لا يلدغنّك إنّه ثعبانُ

كم في المقابر من قتيل لسانِه * كانت تهاب لقاءَه الشجعانُ

Jagalah lidahmu, wahai manusia, Jangan sampai ia menggigitmu, karena ia bagaikan ular.
Betapa banyak orang yang mati karena lisannya, padahal para pemberani pun gentar menghadapinya.

Lisan Untuk Berdakwah

Sesungguhnya pengaruh lisan dalam menimbulkan fitnah bagaikan tajamnya pedang, namun pengaruhnya dalam menciptakan kedamaian dan persatuan ibarat obat yang dapat yang menyembuhkan luka. Karena itu Nabi Musa alaihissalam berdoa:

وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي، يَفْقَهُوا قَوْلِي

Lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka memahami perkataanku.” (QS Thaha: 27–28)

Al-Qur’an pun memuji ucapan yang digunakan untuk dakwah dan kebijaksanaan. Allah berfirman:

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik.” (QS An-Naḥl: 125)

Dan Allah  berfirman pula:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, beramal saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.’” (QS Fushilat : 33)

Lisan dan Dosa Ucapan

Sebagaimana Al-Qur’an memuji ucapan yang bijak dan menyeru kepada kebaikan, ia juga mencela ucapan yang buruk, setiap perkataan dusta, fitnah, adu domba, gibah, dan tuduhan palsu yang disebarkan lewat lisan dengan maksud menyalakan api perpecahan di tengah manusia.

Allah Ta‘ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, lalu kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS Al-Ḥujurat: 6)

Ayat ini adalah peringatan agar berhati-hati dalam berbicara. Ayat ini menegaskan bahwa tidak setiap kabar layak disampaikan ulang, tidak setiap berita pantas disebarkan. Dalam pandangan Islam, kata-kata adalah amanah, dan diam bisa menjadi ibadah bila bicara hanya menambah dosa.

Sembilan Hal Yang Harus Dihindari

Karena itu, lisan wajib dijaga dari sembilan perkara besar, yaitu:

  1. الكَذِبُ (Kedustaan), yaitu berkata tidak sesuai dengan kenyataan, sekecil apa pun.

  2. خُلْفُ الوَعْدِ (Ingkar janji), karena lisan seorang mukmin adalah cerminan kejujuran hatinya.

  3. الغِيبَةُ (Ghibah), membicarakan saudaramu di belakangnya dengan sesuatu yang ia tidak suka.

  4. النَّمِيمَةُ (Adu domba), menyebarkan berita untuk menimbulkan permusuhan dan kebencian.

  5. المِرَاءُ وَالجِدَالُ (Perdebatan sia-sia dan pertengkaran), ketika niatnya bukan mencari kebenaran, melainkan kemenangan.

  6. اللَّعْنُ (Melaknat dan mencaci), karena ucapan semacam itu mencemari hati dan mengundang kemurkaan.

  7. المِزَاحُ وَالسُّخْرِيَةُ (Canda berlebihan dan ejekan), sebab gurauan yang menyinggung adalah tangga menuju dosa besar.

  8. تَزْكِيَةُ النَّفْسِ (Memuji diri sendiri), menampilkan kesalehan dalam ucapan padahal hakikatnya berbeda.

  9. الدُّعَاءُ عَلَى الخَلْقِ (Mendoakan keburukan bagi orang lain).

Imam al-Ghazali rahimahullah telah menyinggung secara mendalam perkara-perkara ini dalam Bidayatul Hidayah. Beliau tidak menyebut “namimah” secara eksplisit, namun di sini ditambahkan agar nasihat menjadi sempurna dan manfaatnya menyeluruh.RA(*)

*Sumber: Mabadi Suluk karya Habib Abubakar Adni bin Ali Al-Masyhur