Posted on 18 March 2025
Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan dianggap sebagai hari hari terbaik di Bulan Ramadhan dan yang paling penuh berkah. Di dalamnya terdapat banyak anugerah dan kebaikan. Di antara kekhususan itu adalah:
Diharapkan Bertepatan dengan Malam Lailatul Qodar
Umumnya malam lailatul Qodar jatuh di sepuluh malam terakhir Ramadhan. Malam Lailatuq Qodar disebutkan dalam Al-Quran:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (QS al-Qadr: 3)
Dalam hadits shahih Muttafaq Alaih diriwayatkan dari Abu Hurairah RA dari Nabi ﷺ:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Siapa yang berdiri (beribadah) di malam Lailatul Qodar karena keimanan dan mengharapkan pahala maka diampuni baginya dosanya yang telah berlalu.
Makna Lailatul Qodar
Makna Lailatul Qodar artinya malam yang agung kemuliaannya. Dinamakan demikian karena keagungan, kemuliaan serta kebesarannya. Ada yang mengatakan bahwa dinamakan demikian karena setiap ketaatan yang dilakukan di dalamnya dibalas dengan nilai (qodr) yang agung dan pahala yang besar.
Allah ﷻ memberikan kepada umat ini Lailatul Qodar sebagai pengganti atas pendeknya umur mereka. Malam yang agung kemuliannya ini Allah hadiahkan kepada umat ketika Nabi ﷺ Mikraj sebagaimana datang di dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab al Muwatho. Bahwa Rasulullah ﷺ diperlihatkan umur umat sebelumnya maka Nabi ﷺ melihat umur umatnya terlalu pendek untuk bisa beramal seperti amal yang dilakukan oleh umat sebelumnya karena panjangnya umur mereka. Maka Allah ﷻ memberikan Lailatul Qodar yang lebih baik dari Seribu Bulan. Pendeknya umur umat Nabi ﷺ, dijelaskan dalam hadits lain:
أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
Umur umatku antara enam puluh sampai tujuh puluh (tahun). Sangat sedikit orang yang melampauinya.. (HR Turmudzi)
Maka Allah mengkhususkan umat ini dengan melipatgandakan pahala kebaikan di malam Lailatul Qodar karena umur umat ini yang pendek. Dikatakan bahwa seorang dari umat terdahulu tidak layak diberi gelar “Al Abid/ahli ibadah” kecuali setelah ia beribadah kepada Allah selama seribu bulan yaitu 83 tahun lebih empat bulan. Maka Allah ﷻ menjadikan bagi umat Nabi Muhammad ﷺ satu malam yang lebih utama dari seribu bulan yang mereka beribadah di dalamnya. (Umdatul Qori).
Ketika Allah ﷻ menganurgahkan malam Lailatul Qodar, Allah menentukan harinya dengan persis. Akan tetapi setelah itu penentuan harinya diangkat. Suatu hari Nabi ﷺ keluar dari tempat tinggal beliau untuk mengabarkan kepada para sahabat bahwa Malam Lailatul Qodar adalah malam sekian. Akan tetapi beliau mendapati ada dua orang yang berselisih, ketika berselisih suara mereka meninggi sehingga mengganggu Nabi ﷺ dan akhirnya penentuan hari itupun terangkat. Yang terangkat hanya penentuan harinya saja, adapun Malam Lailatul Qodar tetap ada, oleh sebab itu Nabi ﷺ bersabda:
فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ
Maka carilah ia (lailatul qodar) di sepuluh terakhir. (HR Bukhari-Muslim)
Allah menyamarkan harinya agar seorang mukmin bersungguh sungguh beribadah di setiap malam Ramadhan. Seorang mukmin tidak dapat secara pasti mendapatkan malam ini, kecuali jika ia beribadah di semua malam Ramadhan. Sebab malamnya tidak ditentukan kapan. Ini adalah hikmah dari Allah ﷻ agar umat Islam memperbanyak kesungguhannya dalam mencari malam Lailatul Qodar dan beribadah di setiap malamnya untuk mencarinya sehingga menjadi banyaklah amal mereka dan jadi banyak pula pahala mereka.
Karena seorang tidak dapat merasa pasti mendapatkan malam Lailatul Qodar kecuali dengan menghidupkan malam-malam Ramadhan seluruhnya, dari awal malam sampai akhir. Menghidupkannya dengan berbagai macam ibadah seperti Shalat Tarawih, jika ia melaziminya dari malam pertama sampai terakhir tanpa melewatkan walau hanya sekali. Nabi ﷺ bersabda
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Siapa yang berpuasa Ramadhan dengan iman dan mengharapkan pahala maka akan diampuni dosanya yang terdahulu. Dan siapa yang berdiri (beribadah) di malam Lailatul Qodar karena iman dan mengharapkan Pahala mala diampuni dosanya yang telah lalu.
مَنْ قَامَهَا إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ
Siapa yang berdiri di dalamnya karena iman dan mengharapkan pahala maka akan diampumi dosanya yang terdahulu dan terkemudian. (HR Ahmad)
Maka seorang muslim jika mendapatkan malam ini maka dosanya yang terdahulu akan diampun dan diangkat derajatnya di surga serta dijaga dari maksiat di masa depan.
Faidah
Menghidupkan Malam Lailatul Qodar ada tiga derajat
Derajat paling rendah dengan melakukan Shalat Maghrib, Isya, Tarawih dan Shubuh secara berjamaah..
Derajat paling tinggi: menghabiskan seluruh malam (dari Maghrib sampai Shubuh) dengan ibadah.
Derajat pertengahan: Menghabiskan sebagian besar malam dalam ibadah.
Doa yang dianjurkan di Malam Lailatul Qodar:
Sayyidah Aisyah RAH bertanya:
“Wahai Rasulullah, jika aku mendapati malam Lailatul Qodar apa yang harus aku mohonkan?”
Rasulullah ﷺ menjawab:
قُولِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Katakanlah: Ya Allah Sesungguhnya engkau adalah maha pemaaf lagi maha mulia. Engkau menyukai maaf maka maafkanlah aku. (HR Turmudzi).RA*
Wallahu a’lam bis Showab. Disarikan dari kitab Bughyatul Manhum