Posted on 13 July 2025
Nabi ﷺ sebagai pemimpin umat, tentunya memiliki banyak aktifitas baik untuk berdakwah maupun mengurus umatnya. Terlebih ketika pengaruh Islam semakin luas, tentu ini membuat aktiftas beliau semakin sibuk. Namun yang mengagumkan, di samping kesibukan Beliau ﷺ mendakwahkan Islam, Beliau ﷺ memiliki kesibukan beribadah yang tidak kalah banyaknya. Dalam kitab Wasailul Wushul, penulis memberikan gambaran bagaimana sibuknya kegiatan ibadah Nabi ﷺ, berikut intisarinya.
Paling Bertakwa
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ أَتْقَاكُمْ وَأَعْلَمَكُمْ بِاللَّهِ أَنَا
Sesunguhnya yang paling bertakwa di antara kalian dan yang paling mengetahui mengenai Allah adalah Aku. (HR Bukhari)
Rasulullah ﷺ adalah yang paling mengetahui mengenai Allah ﷻ, sehingga beliau menjadi manusia yang paling bertakwa dan banyak beribadah kepada Allah ﷻ. Allah telah memperlihatkan kepada beliau apa yang tidak diperlihatkan kepada yang lainnya. Rasulullah ﷺ pernah bersabda pada para sahabatnya:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ رَأَيْتُمْ مَا رَأَيْتُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا
Demi Dia Yang nyawa Muhammad berada pada kuasa-Nya. Andai kalian melihat apa yang aku lihat, pasti kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.
Para sahabat bertanya:
وَمَا رَأَيْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
Apakah yang telah engkau saksikan Wahai Rasulullah?
Rasulullah ﷺ menjawab:
رَأَيْتُ الْجَنَّةَ وَالنَّارَ
Aku telah menyaksikan surga dan neraka. (HR Muslim)
Semakin tinggi derajat Nabi ﷺ di sisi Allah ﷻ, semakin giat Nabi ﷺ untuk beribadah kepada-Nya. Acapkali Beliau ﷺ shalat malam sampai kedua kakinya bengkak. Ketika ada yang bertanya mengenai kerasnya ibadah beliau ini, “Mengapa Anda memaksakan diri anda sedemikian rupa, bukankah Allah telah mengampuni dosa Anda baik yang terdahulu maupun terkemudian?”
Baginda Nabi Muhammad ﷺ akan menjawab:
أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا
Tidak bolehkan aku menjadi hamba yang selalu bersyukur? (HR Bukhari-Muslim)
Baginda Nabi ﷺ tidak memiliki dosa, sebab beliau sebagaimana para nabi lain adalah bersifat maksum, terpelihara dari dosa. Akan tetapi yang dimaksud dosa di sini adalah suatu yang dinilai ‘kurang’ dalam beribadah. Setiap kali derajat seseorang naik, maka ia akan merasakan bahwa perbuatannya yang dulu terasa ‘kurang’ walaupun pada hakikatnya itu sudah baik. Sebab dalam kaidah dikatakan: “Hasanatul Abror Sayyiatul Muqorrobin,” kebaikan bagi orang baik biasa, mungkin dianggap sebagai keburukan bagi orang-orang yang sangat dekat kepada Allah. ‘Kurang’ inilah yang diistilahkan dengan dosa dalam hadits di atas. Setiap manusia pasti memiliki ‘kurang’ dari segi lemahnya penghambaan dan tingginya rububiyah walau Nabi ﷺ berada di derajat yang paling tinggi dalam ibadah dan taat. Nabi ﷺ pernah bersabda bahwa ada malaikat di langit dunia, yang semenjak diciptakan tidak pernah menganggat kepalanya dari sujud, walaupun demikian saat kiamat tiba, malaikat itu berkata:
رَبَّنَا مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ
Ya Tuhan kami, kami belum beribadah kepadamu dengan sebenar-benar penghambaan pada-Mu. (HR al-Hakim)
Oleh sebab itu dikatakan bahwa maghfiroh/ampunan Allah ﷻ ada dua macam:
Pertama untuk orang awam yaitu ampunan dari dosa.
Kedua untuk orang khusus yaitu ampunan dari kekurangan dalam beribadah.
Shalat Malam
Banyak riwayat yang menunjukkan bagaimana shalat malam yang dilaksanakan oleh Baginda Nabi Muhammad ﷺ. Umumnya Nabi ﷺ memulai Shalat Malamnya setelah tidur, sekitar pertengahan malam. Sahabat al Aswad bin Yazid RA pernah bertanya kepada Sayyidah Aisyah RAH mengenai tata-cara shalat Nabi ﷺ di malam hari. Maka Sayyidah Aisyah menjawab:
كانَ يَنَامُ أَوَّلَ اللَّيْلِ ثُمَّ يَقُومُ فَإِذَا كَانَ مِنْ السَّحَرِ أَوْتَرَ ثُمَّ أَتَى فِرَاشَهُ فَإِنْ كَانَ لَهُ حَاجَةٌ أَلَمَّ بِأَهْلِهِ فَإِذَا سَمِعَ الْأَذَانَ وَثَبَ فَإِنْ كَانَ جُنُبًا أَفَاضَ عَلَيْهِ الْمَاءَ وَإِلَّا تَوَضَّأَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ
“Beliau ﷺ tidur di awal malam. Kemudian bangun, jika telah datang waktu sahur (dini hari) maka beliau melakukan shalat witir. Kemudian beliau mendatangi tempat tidurnya. Apabila Beliau memilihi hajat, Beliau mendatangi istrinya. Jika mendengar Adzan, beliau terbangun. Jika Beliau Junub, beliau akan menuangkan air untuk mandi. Dan jika tidak, maka beliau akan berwudhu kemudian keluar untuk melaksanakan Shalat.” (HR Nasai)
Sahabat Ibnu Abbas RA pernah menginap di rumah bibinya, Maimunah RAH yang tak lain adalah istri Baginda Nabi Muhammad ﷺ. Sahabat Ibnu Abbas menceritakan:
“Nabi ﷺ tidur sampai ketika sudah tiba pertengahan malam atau kurang sedikit atau lebih sedikit, Rasulullah ﷺ terbangun dan menghilangkan bekas kantuk di wajahnya. Lantas Beliau ﷺ membaca sepuluh ayat terakhir adari Surat Ali Imran yang dimulai dari:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi.. (QS Ali-Imran: 190)
Sampai akhir surat.
Kemudian Beliau meraih wadah air yang digantung dan berwudhu dengannya serta membaguskan wudhunya. Lantas Beliau berdiri untuk melaksanakan Shalat. Aku berdiri di samping kirinya, lantas Nabi ﷺ meraih telinga kananku dan memutar posisi ke samping kanannya.
Beliau Shalat dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat (enam kali) lantas Shalat Witir.
Kemudian Beliau ﷺ berbaring miring sampai datang Muadzin. Lantas beliau Shalat dua rakaat yang ringan, kemudian keluar untuk melaksanakan Shalat Shubuh. (HR Bukhari)
Dalam riwayat lain, Sahabat Ibnu Abbas RA mengatakan:
كَانَتْ صَلَاةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً
Shalat (malam) Rasulullah ﷺ adalah 13 rakaat. (HR Bukhari)
Rasulullah ﷺ selalu istikamah menjalankan shalat malamnya. Apabila Shalat Malamnya terlewat karena kelelahan atau hal lainnya, maka beliau ﷺ akan menggantikannya di waktu siang. Sayyidah Aisyah RA mengatakan:
أَنَّ النَّبِيَِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا لَمْ يُصَلِّ بِاللَّيْلِ؛ مَنَعَهُ مِنْ ذَلِكَ النَّوْمُ، أَوْ غَلَبَتْهُ عَيْنَاهُ.. صَلّى مِنَ النَّهَارِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً
Sesungguhnya Nabi ﷺ, apabila tidak melakukan shalat malam karena tertidur, atau karena sangat tidak kuat menahan kantuk. Maka beliau shalat di siang hari 12 rakaat. (HR Turmudzi)
Rasulullah ﷺ biasanya memulai shalat malamnya dengan dua rakaat yang ringan. Setelah itu baru beliau melakukan Shalat Sunah yang sangat panjang dan sempurna. Sahabat Abu Hurairah mengatakan sabda Nabi ﷺ:
إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنْ اللَّيْلِ فَلْيَفْتَتِحْ صَلَاتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ
Jika salah seorang dari kalian melakukan shalat malam, mulailah shalatnya dengan dua rakaat yang ringan. (HR Muslim)
Zaid bin khalid al-Juhani Ra menceritakan:
“Sungguh aku memperhatikan Shalat Malam Rasulullah ﷺ sambil berbantalkan undakan pintu atau kemahnya. Rasulullah ﷺ melakukan dua shalat yang ringan. Kemudian beliau mealakukan dua rakaat yang sangat panjang sekali. Kemudian beliau shalat dua rakaat yang panjangnya tidak seperti yang sebelumnya. Kemudian beliau shalat dua rakaat yang panjangnya kurang dari sebelumnya. Kemudian Beliau shalat dua rakaat yang panjangnya kurang dari sebelumnya. . Kemudian Beliau shalat dua rakaat yang panjangnya kurang dari sebelumnya. Kemudian melakukan Shalat Witir. Itulah Shalatnya berjumlah 13 rakaat.” (HR Muslim)
Diriwayatkan pula dari Abu Sallamah bin Abdurahman bahwa beliau bertanya kepada Sayyidah Aisyah RAH:
كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ
Bagaimana Shalat Rasulullah ﷺ di Bulan Ramadhan?
Sayyidah Aisyah RA menjawab:
مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا
Rasulullah ﷺ tidak menambah baik dalam Raadhan atau selainnya melebihi 11 rakaat. Beliau Shalat empat rakaat dan jangan engkau tanyakan mengenai bagusnya dan panjangnya. Kemudian shalat empat rakaat jangan engkau tanyakan mengenai bagusnya dan panjangnya kemudian shalat tiga rakaat.(HR Bukhari dan Muslim)
Terkadang Rasulullah ﷺ juga shalat 9 rakaat di malam hari. Apabila Baginda Nabi ﷺ selesai melakukan shalat witir maka beliau akan beraring miring di sisi tubuh kanannya sampai tiba waktunya Shalat Shubuh.
Mengenai Panjangnya Shalat Rasulullah ﷺ. Sahabat Abu Hudzaifah bin Yaman RA memberikan kesaksiannya. Beliau pernah melakukan Shalat Malam bersama Nabi ﷺ. Ketika hendak Shalat, Nabi ﷺ bertakbir:
أَللَّهُ أَكْبَرُ ذُو الْمَلَكُوتِ وَالْجَبَرُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ
Allah Maha Besar, Pemilik alam Malakut dan Jabarut, dan kebeseran serta keagungan
Lantas Nabi ﷺ membaca setelah al-Fatihah surat Al-Baqarah. Kemudian Beliau melakukan rukuk yang lamanya sama dengan lamanya berdiri. Beliau ﷺ membaca di dalamya:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ
Mahasuci Tuhanku Yang Mahaagung...Mahasuci Tuhanku Yang Mahaagung...
Lantas Beliau Beri’tidal yang lamanya sama dengan rukuknya, seraya membaca:
لِرَبِّيَ الْحَمْدُ لِرَبِّيَ الْحَمْدُ
Bagi Tuhan-Ku segala puji... Bagi Tuhan-Ku segala puji...
Kemudian beliau bersujud dengan sujud yang sama lamanya dengan berdiri. Beliau ﷺ membaca di dalamnya:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى
Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi... Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi...
Kemudian beliau mengangkat kepada untuk duduk di antara dua sujud sambil membaca:
رَبِّ اغْفِرْ لِي رَبِّ اغْفِرْ لِي
Wahai Tuhanku ampuni aku.. Wahai Tuhanku ampuni aku..
Di rakaat kedua Beliau ﷺ membaca Surat Ali Imran, di rakaat ketiga membaca Surat an Nisa dan di rakaat keempat membaca Surat al-Maidah atau al-Anam. (HR Ahmad)
Sahabat Ibnu Masud RA juga pernah mengatakan:
صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَلَمْ يَزَلْ قَائِمًا حَتَّى هَمَمْتُ بِأَمْرِ سَوْءٍ قُلْنَا وَمَا هَمَمْتَ قَالَ هَمَمْتُ أَنْ أَقْعُدَ وَأَذَرَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Aku shalat bersama Rasulullah ﷺ pada suatu malam. Beliau terus menerus berdiri sampai aku memiliki keinginan buruk. Dikatakan padanya: “Apa keinginan burukmu?” Beliau menjawab: “Aku ingin duduk dan meninggalkan Nabi ﷺ” (HR Bukhari-Muslim)
Shalat Duduk
Berbeda dengan Shalat Fardhu yang harus dilakukan dengan berdiri kecuali bagi yang tidak mampu, Shalat Sunnah boleh dilakukan sambil duduk. Rasulullah ﷺ tidak pernah meninggalkan shalat malam, apabila Beliau kelelahan atau sakit maka beliau melakukannya sambil duduk. Beliau semakin sering shalat dengan duduk di di akhir-akhir usianya. Sayyidah Aisyah RA mengatakan:
“Sesungguhnya Rasulullah ﷺ shalat sambil duduk kemudian membaca Qiroah ketika duduk. Ketika tersisa bacaannya seukuran 30-40 ayat maka beliau berdiri dan membaca dalam keadaan berdiri kemudian rukuk dan sujud kemudian melakukan hal yang sama di rakaat kedua.”(HR Bukhari-Muslim)
Rasulullah ﷺ terkadang melakukan shalat malam dengan berdiri yang sangat lama. Dan terkadang melakukan shalat malam dengan duduk yang sangat lama. Sayyidah Hafshoh RA mengatakan bahwa apabila Rasulullah ﷺ melakukan Shalat Sunnah sambil duduk, beliau membaca suatu Surat dengan sangat tartil sehingga lebih lama dibandingkan dengan membaca surat lain yang lebih panjang apabila dibaca dengan biasa.
Menjelang wafatnya, Beliau ﷺ lebih banyak melakukan shalat sunnah sambil duduk. Ummu Salamah menuturkan:
مَا مَاتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى كَانَ أَكْثَرُ صَلَاتِهِ قَاعِدًا إِلَّا الْفَرِيضَةَ
Tidaklah wafat Rasulullah ﷺ sampai kebanyakan shalatnya dilakukan sambil duduk kecuali shalat Maktubah (HR Nasai)
Ada shalat sunnah yang begitu diperhatikan oleh Baginda Nabi Muhammad ﷺ, yaitu dua rakaat sebelum Shalat Shubuh. Sayyidah Aisyah Ra mengatakan:
لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مِنْهُ تَعَاهُدًا عَلَى رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ
Nabi ﷺ tidak pernah begitu perhatian dalam melakukan shalat shunah melebihi perhatian pada dua rakaat Fajar. (HR Bukhari)
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Nabi ﷺ tidak pernah meninggalkan dua Rakaat Fajar baik ketika tinggal maupun bepergian, ketika sehat maupun saat sakit.
Demikian sebagian gambaran dari semangat Nabi ﷺ dalam beribadah. Semoga kita semua dapat meneladani Beliau ﷺ. Aamiin ya robbal alamiin. RA(*)