BERSIKAP BAIK KEPADA LANSIA

Posted on 12 May 2024


Rasulullah  sangat memperhatikan mereka yang sudah berusia senja. Beliau  menjadikan mereka sebagai pusat penghormatan sesuai dengan keadaan mereka yang lemah dan memerlukan orang yang melayani serta mengurusi segala urusannya.

Menjadi tua adalah fase hidup yang sulit. Oleh sebab itu, Nabi  pernah berdoa agar terhindar dari kerentaan. Beliau  pernah berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

Wahai Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari sifat penakut, dan aku berlindung kepadamu dari dikembalikan ke umur yang paling lemah. (HR Bukhari)

Umur yang paling lemah (Ardzlil Umur) adalah ketika kekuatan zahir dan batin seseorang berkurang, bahkan kekuatan akalnya pun berkurang sehingga ia melupaan apa yang dulunya telah ia ketahui.

Memuliakan Orang Tua

Rasulullah  memberikan perlakuan khusus kepada mereka yang telah lanjut usia. Beliau mencurahkan perhatian dan pemikiran yang lebih untuk mereka. Mamang Rasulullah  selalu berakhlak mulia kepada siapa saja, akan tetapi Beliau memberikan kasih sayang dan rahmat yang lebih kepada orang-orang yang lemah seperti anak kecil, wanita dan orang tua.

Beliau  selalu memuji-muji orang tua yang baik akhlaknya. Sahabat Abu Bakrah RA meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Nabi :

 “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling baik?”

Beliau  menjawab:

مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ

Orang yang panjang umurnya dan baik perbuatannya

“Lantas siapakah manusia yang paling buruk.” Tanya lelaki itu.

Nabi  menjawab:

مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ

Orang yang panjang umurnya dan buruk perbuatannya. (HR Turmudzi)

Dalam riwayat lain, Nabi  memuji-muji orang yang lanjut usia melalui  sabdanya:

لَيْسَ أَحَدٌ أَفْضَلَ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ مُؤْمِنٍ يُعَمَّرُ فِي الْإِسْلَامِ لِتَسْبِيحِهِ وَتَكْبِيرِهِ وَتَهْلِيلِهِ

Tidak ada seorangpun yang lebih utama di sisi Allah dari seorang mukmin yang diberi umur panjang dalam Islam sebab ia lebih banyak bertasbih, bertakbir, dan bertahlil. (HR Ahmad)

Dalam sabdanya yang lain, Nabi  bersabda:

خِيَارُكُمْ أَطْوَلُكُمْ أَعْمَارًا وَأَحْسَنُكُمْ أَعْمَالًا

Sebaik-baik kalian adalah yang paling panjang umurnya dan paling baik amalnya. (HR Ahmad)

Semua pujian itu disampaikan untuk menanamkan dalam hati umat tentang keutamaan orang tua. Dengan demikian tidak ada yang merendahkan mereka atau meremehkan keberadaan mereka.

Selain memuji mereka, Nabi  juga memerintahkan umatnya untuk selalu memuliakan orang yang lanjut usia. Beliau  bersabda:

إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللهِ إِكْرَامُ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ وَحَامِلِ الْقُرْآَنِ غَيْرِ الْغَالِي فِيهِ وَالْجَافِي عَنْهُ وَإِكْرَامِ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ

Sesungguhnya di antara bentuk mengagungkan Allah adalah memuliakan seorang muslim yang beruban, pembawa Al-Quran yang tidak melampaui batas di dalamnya dan tidak pula menjauhinya, serta seorang penguasa yang adil. (HR Abu Dawud)

Memuliakan lansia adalah salah satu bentuk mengagungkan Allah . Memuliakan mereka bisa dengan memberikan tempat duduk terbaik di dalam suatu majlis, bersikap lembut terhadap mereka, mengasihinya dan semisalnya. Hadits ini menunjukkan bahwa orang tua semestinya diberi perlakuan istimewa dalam masyarakat. Sebagaimana kita memuliakan penguasa dan penghapal serta penafsir Al-Quran, demikian pula kita harus memuliakan orang tua.

Suatu hari ada seorang yang sudah tua mendatangi Nabi . Saat itu mereka yang hadir tidak bersegera untuk menyediakan tempat baginya. Maka Nabi  bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا

Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak merahmati yang muda dari kami dan tidak memuliakan orang tua dari kami. (HR Turmudzi)

Maksudnya Nabi  berlepas diri dari orang yang tidak memuliakan orang tua. Tidak dikatakan seorang muslim sejati, orang yang tidak memuliakan orang tua. Tidak pula dikatakan sebagai masyarakat muslim sejati, masyarakat yang tidak memuliakan orang tua. Mengganggu dan menyakiti orang tua, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan dianggap sama dengan mengganggu Nabi .

Ajaran ini tertanam kuat dalam jiwa para sahabat. Mereka menjadi masyarakat yang memuliakan orang tua. Ibnu Katsir dalam al Bidayah wan Nihayah mengisahkan bahwa  Sahabat Thalhah bin Ubaidillah RA melihat Sahabat Umar RA keluar dalam kegelapan, memasuki suatu rumah lantas keluar setelah beberapa lama di sana.

Di pagi hari, Sahabat Thalhah mendatangi rumah itu. Ternyata di dalamnya terdapat seorang nenek tua buta yang lumpuh. Sahabat Thalhah bertanya:

“Ada keperluan apa lelaki itu mendatangimu?”

“Dia telah merawatku dalam masa yang sangat lama. Dia selalu mendatangiku, memperbaiki keadaanku, dan membersihkan kotoranku.”

Demikianlah ajaran Islam dalam memperlakukan orang tua dan memperhatikan mereka. Ini begitu kontras dengan perlakuan sebagian negara non muslim kepada orang-orang tua mereka. Banyak di antara mereka yang mengucilkan orang tua mereka sendiri di panti jompo.

Suatu laporan menunjukkan bahwa hak-hak lansia diabaikan di berbagai penjuru dunia. Banyak di antara mereka hidup dalam pengucilan dan kefakiran. Sebagian besar mereka hidup tanpa pekerjaan dan pendapatan teratur. Salah seorang dari mereka berkata, “Ketika engkau berusia enam puluh, seakan engkau diperlakukan tidak sebagai manusia.”

Teladan

Nabi  memberikan contoh agung dalam memuliakan lansia. Ketika Nabi  menaklukan kota Mekah dan berada di Masjidil Haram. Sahabat Abu Bakar datang dengan menuntun ayahnya Abu Quhafah yang sudah renta untuk menemui Nabi . Saat melihatnya, Rasulullah  berkata kepada Abu Bakar:

“Mengapa engkau tidak biarkan saja Syaikh (tokoh yang berusia lanjut) ini di rumah. Biar aku yang mendatanginya di rumah.”

Sahabat Abu Bakar mengatakan: “Wahai Rasulullah. Ayahku lebih berhak untuk berjalan menemuimu daripada engkau berjalan menemuinya.”

Lantas Nabi  mempersilahkannya duduk di hadapan beliau dan mengusap dadanya seraya berkata:

“Masuklah ke dalam agama Islam.”

Maka Abu Quhafah pun masuk Islam. (HR Ahmad)

Kisah ini menunjukkan bagaimana Nabi  memuliakan dan bersikap lembut kepada orang yang lanjut usia. Beliau bahkan berkeinginan agar mereka tetap di rumah, dan membiarkan beliau  sendiri yang datang ke rumah mereka apabila mereka memiliki keperluan. Selain itu beliau memuliakannya dengan memberikan tempat duduk terbaik di hadapannya, dan mengusap dadanya. Ajakan beliau untuk masuk Islam pun disampaikan dengan lembut sehingga dengan segera Abu Quhafah masuk Islam.

Pernah Nabi  dikunjungi oleh wanita tua yang menjadi sahabat Sayyidah Khadijah di masa hidupnya. Nabi  menyambut wanita tua itu dengan sangat ramah, beliau bertanya kabarnya beberapa kali dengan sabdanya:

“Bagaimana kabar kalian? Bagaimana keadaan anda? Bagaimana keadaan kalian setelah lama berpisah dengan kami?”

Sambutan ini mengusik hati Sayyidah Aisyah, sehingga beliau pun bertanya kepada Nabi :

“Wahai Rasulullah. Mengapakah anda menyambut wanita tua itu dengan  penyambutan seperti itu?”

Nabi  menjawab:

“Wahai Aisyah. Beliau selalu datang kepada kami di masa Khadijah masih hidup. Menjaga hubungan baik adalah sebagian dari iman.”

Perhatikan bagaimana Nabi  menyambut seorang nenek dengan begitu hangat, menanyakan kabarnya dengan perhatian yang tidak dibuat-buat sampai istrinya sendiri merasa heran dengan perlakuan itu. Ini menunjukkan betapa Rasulullah  sangat memuliakan para lansia.

Terkadang Nabi  bercanda dengan orang tua untuk menyenangkan mereka. Suatu hari seorang nenek datang kepada Nabi . Nenek itu berkata pada Nabi :

“Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar memasukkan aku ke surga.”

Nabi  pun menjawab dengan candanya,

“Wahai nenek, Surga tidak dimasuki oleh wanita tua.”

Saat nenek itu berpaling, Nabi  berkata kepada salah satu sahabatnya:

“Kabarkan kepadanya bahwa dia tidak akan masuk surga dalam keadaan tua, sebab Allah berfirman:

 إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً (35) فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا (36) عُرُبًا أَتْرَابًا ]

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung  dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.  penuh cinta lagi sebaya umurnya. (QS al-Waqiah: 35-37)

Memberi Harapan

Rasulullah  selalu memberi harapan agar orang tua yang datang padanya tidak berputus asa. Suatu hari datang seorang kakek dengan bertopang pada tongkatnya. Ia berkata:

“Wahai Rasulullah. Aku  telah banyak melakukan berbagai kecurangan dan perbuatan fasik. Apakah aku akan diampuni?”

Rasulullah  menjawab, “Bukankah engkau bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah?”

“Benar, dan aku bersaksi bahwa anda adalah rasulullah.”

“Jika demikian, maka sungguh kecurangan dan kefasikan-kefasikanmu telah diampuni.” (HR Ahmad)

Dalam suatu riwayat, dikatakan bahwa lelaki tua itu pun pergi seraya bertakbir: “Allah Mahabesar, Allah Mahabesar.” (HR Ibnu Abid Dunya)

Melindungi

Rasulullah  menghormati semua orang tua tanpa memandang keyakinan. Beliau  selalu berwasiat kepada para sahabat yang diutus untuk suatu peperangan: “Janganlah kalian membunuh orang tua, kecuali jika ia membantu dalam peperangan.” Sahabat Buraidah mengatakan bahwa Rasulullah  apabila mengutus ekspedisi perang, beliau berwasiat:

“Janganlah kalian membunuh orang tua yang sudah renta.” (HR Thahawi)

Larangan ini berlaku untuk orang tua yang tidak terlibat dalam peperangan. Adapun jika orang tua itu ikut memerangi umat Islam baik dengan tenaga maupun dengan pikiran dan siasat-siasatnya maka mereka boleh dibunuh dalam peperangan sebagaimana yang terajadi pada Duraid.

Mendahulukan

Dalam banyak kesempatan, Rasulullah  mendahulukan orang tua. Ketika Abdurahman bin Sahl datang bersama Muhayashah dan Huwayishah untuk membicarakan urusan keluarga mereka yang terbunuh di Khaibar, Abdurahman hendak berbicara terlebih dahulu namun Rasulullah  bersabda:

كَبِّرْ كَبرْ

Dahulukan yang tua, dahulukan yang tua.

Abdurahman adalah yang paling muda, maka ia diam dan membiarkan dua orang yang bersamanya berbicara terlebih dahulu. (HR Bukhari)

Sahabat Ibnu Abbas juga meriwayatkan bahwa apabila Rasulullah  membagikan minuman, beliau bersabda:

ابْدَءُوا بِالْكَبِيرِ

Dahulukan orang tua. (HR Abu Ya’la)

Dalam memilih menjadi Imam, Rasulullah  menganjurkan untuk mendahulukan orang yang lebih ahli dalam Al-Quran. Apabila tingkat keahlian mereka sama maka dipilih yang lebih dahulu berhijrah. Apabila lama hijrahnya sama maka dipilih yang lebih tua umurnya.

Demikianlah sebagian dari teladan Nabi  dalam bersikap lembut kepada orang tua. Mungkin di masa kini kita bisa meneladani dengan cara-cara yang sesuai dengan zaman seperti mempersilahkan mereka duduk dalam kendaraan umum, mendahulukan mereka dalam antrian yang panjang, memelankan ucapan ketika mereka lewat di hadapan kita, dan adab-adab lain yang menunjukkan bahwa kita termasuk umat Baginda Nabi Muhammad  yang selalu memuliakan orang tua. RA