Cinta, Ketegasan, dan Kehormatan: Teladan Rumah Tangga Nabi ﷺ

Posted on 02 September 2025



Rumah tangga Nabi Muhammad bukan hanya tempat bernaung, melainkan madrasah akhlak yang darinya terpancar kasih sayang, kelembutan, ketegasan, hingga penghormatan paling luhur terhadap pasangan hidup.

1. Cinta yang Nyata

Rasulullah tidak mengekspresikan cinta dengan kata-kata kosong, tetapi dengan tindakan yang nyata. Suatu hari, ketika beliau sedang i‘tikaf di masjid, datanglah Sayyidah Shafiyyah ra. Beliau menyambut istrinya, berbincang dengan hangat, lalu saat Shafiyyah hendak pulang, Nabi ikut berdiri dan mengantarkannya sampai ke pintu masjid. Dalam riwayat lain beliau bersabda:

لَا تَعْجَلِي حَتَّى أَنْصَرِفَ مَعَكِ

“Jangan tergesa-gesa, biarlah aku pulang bersamamu.”(HR al-Bukhari)

Ketika berpuasa pun, beliau masih mengungkapkan cintanya. Sayyidah ‘A’isyah radhiyallahu anha meriwayatkan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يُقَبِّلُ إِحْدَى نِسَائِهِ وَهُوَ صَائِمٌ ثُمَّ تَضْحَكُ

“Rasulullah pernah mencium salah seorang istrinya ketika beliau sedang berpuasa, lalu istrinya itu pun tertawa.” (HR Muslim)

Beliau juga menjaga penampilan: bersiwak sebelum masuk rumah, mengenakan wangi-wangian, rapi, dan harum. Hingga Sayyidah ‘A’isyah berkata:

كُنْتُ أُرَجِّلُ رَأْسَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ وَأَنَا حَائِضٌ

“Aku pernah menyisir rambut Rasulullah meski aku sedang haid.” (HR al-Bukhari)

Di sini terlihat bahwa berhias bukan hanya keharusan istri di hadapan suami, tetapi juga keharusan suami untuk membahagiakan istri dengan penampilan terbaiknya.

2. Ketegasan yang Mendidik

Namun, cinta beliau bukan cinta yang memanjakan tanpa arah. Ketika para istri meminta nafkah berlebih yang tak sesuai dengan jalan hidup sederhana beliau, Nabi bersikap tegas: meninggalkan mereka selama sebulan, hingga turunlah ayat al-Ahzab yang memberikan pilihan: tetap bersama beliau dalam kesederhanaan atau memilih dunia.

Ketegasan itu juga tampak ketika ‘A’isyah radhiyallahu anha memberi isyarat istri lain dengan pendek. Nabi menegurnya:

لَقَدْ مَزَجْتِ بِكَلِمَةٍ لَوْ مَزَجْتِ بِهَا مَاءَ الْبَحْرِ لَمُزِجَ

“Engkau telah mengucapkan satu kalimat (buruk). Seandainya dicampurkan ke air laut, niscaya akan mempengaruhinya.” (HR al-Tirmidzi)

Ketika Shafiyyah radhiyallahu anha bersedih karena dipanggil “keturunan Yahudi”, Nabi menenangkan dengan kalimat penuh penghormatan:

إِنَّكِ ابْنَةُ نَبِيٍّ وَإِنَّ عَمَّكِ لَنَبِيٌّ وَإِنَّكِ لَتَحْتَ نَبِيٍّ

“Engkau putri seorang nabi, pamanmu seorang nabi, dan engkau kini berada di sisi seorang nabi. Maka apa yang bisa ia banggakan darimu?” (HR Ahmad)

Beliau bahkan mengajarkan jawaban penuh kebanggaan untuk Shafiyyah:

ألا قُلْتِ: كيْفَ تكونانِ خَيْرًا مِنَّي وزَوْجي محمدٌ ‌وأبي ‌هارونُ وعَمِّي موسى؟

“Mengapa kamu tidak berkata (kepada yang merendahkanmu) 'Bagaimana kalian bisa lebih baik dariku, suamiku Muhammad, ayahku Harun, dan pamanku Musa?'"(HR Tirmidzi)

3. Menghormati Pasangan di Hadapan Publik

Sikap penghormatan Nabi bukan hanya di balik pintu rumah, tetapi juga tampak di hadapan para sahabat. Dalam riwayat Anas radhiyallahu anhu tentang pernikahan Nabi dengan Shafiyyah radhiyallahu anha :

فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ ﷺ يُحَوِّي لَهَا وَرَاءَهُ بِعَبَاءَةٍ ثُمَّ يَجْلِسُ عِنْدَ بَعِيرِهِ فَيَضَعُ رُكْبَتَهُ فَتَضَعُ صَفِيَّةُ رِجْلَهَا عَلَى رُكْبَتِهِ حَتَّى تَرْكَبَ

“Aku melihat Nabi menutupi Shafiyyah dengan selendang, lalu beliau duduk di sisi untanya. Nabi meletakkan lututnya, lalu Shafiyyah menaiki lutut itu untuk naik ke unta.”
(HR al-Bukhari)

Begitu pula saat perjalanan, beliau menegur penggiring unta yang berjalan terlalu cepat:

وَيْحَكَ يَا أَنْجَشَةُ رُوَيْدًا سَوْقَكَ بِالْقَوَارِيرِ

“Celaka engkau wahai Anjasah! Perlahanlah, kau sedang membawa (wanita yang lembut bagaikan) kaca.” (HR al-Bukhari-Muslim)

Rumah tangga Rasulullah adalah potret seimbang: cinta yang tulus, ketegasan yang mendidik, dan penghormatan yang menenangkan. Beliau bukan hanya pemimpin umat, tetapi juga suami terbaik sepanjang sejarah.

Hari ini, banyak yang sibuk menuntut hak dari pasangan, namun lupa memberi hak pada pasangan. Nabi mengajarkan: cinta harus ditunjukkan, ketegasan harus pada tempatnya, dan penghormatan harus ditampakkan.

Itulah rahasia harmonisnya rumah tangga beliau, teladan agung bagi siapa pun yang ingin membangun keluarga penuh cinta dan keberkahan. RA(*)