Kesucian Nasab Nabi Muhammad ﷺ: Silsilah Mulia yang Terjaga

Posted on 24 August 2025



Salah satu bentuk kemuliaan Nabi Muhammad adalah kesucian nasab beliau. Tidak ada noda aib yang menodai silsilahnya, karena Allah menjaga garis keturunan beliau dari segala bentuk perbuatan hina, sejak Nabi Adam ‘alaihissalam hingga ayah dan ibunda beliau. Hal ini bukan hanya keyakinan umat Islam, tetapi ditegaskan dalam banyak riwayat dari para sahabat Nabi.

Penegasan dari Ibnu ‘Abbas

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas raḍiyallahu ‘anhuma, Rasulullah bersabda:

مَا وَلَدَنِي مِنْ سِفَاحِ الْجَاهِلِيَّةِ شَيْءٌ، مَا وَلَدَنِي إِلَّا نِكَاحُ الْإِسْلَامِ

“Tidak ada sesuatu pun dari hasil zina jahiliyah yang melahirkan diriku. Aku tidak dilahirkan kecuali melalui pernikahan yang sah menurut Islam.”

Hadis ini menegaskan bahwa nasab Nabi sepenuhnya suci dan terjaga dari praktik keji kaum jahiliyah.

Kesaksian Para Ahli Silsilah

Sejarawan terkenal, Hisyam bin Muḥammad al-Kalbi, meriwayatkan dari ayahnya:

كتبْتُ للنبي ﷺ خمسمائةَ أمٍ فما وجدتُ فيهنّ سِفاحًا ولا شيئًا ممّا كان من أمر الجاهلية

“Aku mencatat nasab Nabi hingga lima ratus leluhur wanita, dan aku tidak mendapati sedikit pun di dalamnya perzinaan atau hal-hal yang termasuk kebiasaan jahiliyah.”

Wasiat Sayyidina ‘Ali karromallahu wajhah

Sayyidina ‘Alī karramallahu wajhah menuturkan sabda Nabi :

خَرَجْتُ مِنْ نِكَاحٍ، وَلَمْ أَخْرُجْ مِنْ سِفَاحٍ، مِنْ لَدُنْ آدَمَ إِلَى أَنْ وَلَدَنِي أَبِي وَأُمِّي، وَلَمْ يُصِبْنِي مِنْ سِفَاحِ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ شَيْءٌ

“Aku dilahirkan dari pernikahan yang sah, bukan dari zina; sejak Adam hingga ayah dan ibuku. Tidak sedikit pun aku tersentuh oleh praktik zina kaum jahiliyah.”

Allah Menjaga Nabi dari Awal

Rasulullah juga menegaskan dalam hadis riwayat Ibnu ‘Abbas raḍiyallahu ‘anhuma:

لَمْ يَلْتَقِ أَبَوَايَ قَطُّ عَلَى سِفَاحٍ، لَمْ يَزَلِ اللهُ يَنْقُلُنِي مِنَ الأَصْلَابِ الطَّيِّبَةِ إِلَى الأَرْحَامِ الطَّاهِرَةِ، مُصَفًّى مُهَذَّبًا، لا تَتَشَعَّبُ شُعْبَتَانِ إِلَّا كُنْتُ فِي خَيْرِهِمَا

“Kedua orang tuaku tidak pernah bertemu dalam zina. Allah selalu memindahkanku dari sulbi yang baik ke rahim yang suci, dalam keadaan terpilih dan terjaga. Setiap kali ada dua jalur keturunan, aku selalu berada pada yang terbaik.”

Nasab Paling Mulia

Rasulullah bahkan pernah menafsirkan ayat:

{لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ} [التوبة: 128]

Dengan bacaan: min anfasikum (dengan fatḥah pada huruf fā’). Beliau bersabda:

أَنَا أَنْفَسُكُمْ نَسَبًا وَصِهْرًا وَحَسَبًا، لَيْسَ فِي آبَائِي مِنْ لَدُنْ آدَمَ سِفَاحٌ

“Aku adalah yang paling mulia di antara kalian dalam nasab, pernikahan, dan kemuliaan. Tidak ada dalam leluhurku sejak Adam seorang pun yang lahir dari zina.”

Pilihan Allah yang Istimewa

Dalam hadis sahih Muslim dari Watsilah bin al-Asqa‘ raḍiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda:

إِنَّ اللهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ، وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ، وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ، وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ

“Sesungguhnya Allah telah memilih Kinanah dari keturunan Ismail, memilih Quraisy dari Kinanah, memilih Bani Hasyim dari Quraisy, dan memilihku dari Bani Hasyim.”

Kesucian nasab Nabi adalah pelajaran besar bagi kita di zaman modern. Di tengah maraknya pergaulan bebas, pernikahan yang diremehkan, hingga hilangnya kehormatan keluarga, Rasulullah memberikan teladan bahwa kemuliaan tidak hanya ada pada akhlak pribadi, tetapi juga pada terjaganya garis keturunan.

Beliau lahir dari keluarga yang terhormat, jauh dari noda moral, agar risalah suci yang beliau bawa tidak tercemar. Inilah mengapa Allah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa Nabi adalah “uswah ḥasanah”—teladan terbaik—bukan hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam martabat keluarga.

Syair Ulama

Al-Ḥafiẓ Syamsuddin Ibn Naṣiruddin ad-Dimashqi menggubah syair indah tentang hal ini:

حَفِظَ الإِلَهُ كَرَامَةً لِمُحَمَّدٍ *** آبَاءَ أَمْجَادٍ صَوْنًا لِاسْمِهِ

تَرَكُوا السِّفَاحَ فَلَمْ يُصِبْهُمْ عَارُهُ *** مِنْ آدَمٍ وَإِلَى أَبِيهِ وَأُمِّهِ

“Allah menjaga kemuliaan Muhammad, dengan memuliakan para leluhurnya demi menjaga nama beliau.

Mereka semua menjauhi zina, sehingga noda itu tidak pernah menyentuhnya; sejak Nabi Adam hingga ayah dan ibunya.”

Di era modern, ketika banyak orang menyepelekan kehormatan keluarga, kisah kesucian nasab Nabi menjadi pengingat penting. Beliau bukan hanya teladan dalam ibadah, kepemimpinan, dan akhlak, tetapi juga teladan dalam menjaga kemuliaan asal-usul. Mencintai beliau berarti berusaha menjaga kesucian diri, keluarga, dan generasi kita. RA(*)

*Sumber: Insanul Kamil, Karya Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki