MENGHARGAI SYAIR YANG BAIK

Posted on 24 April 2024



Sebagian orang terlalu keras dalam menghindari syair dengan berhujjah dari hadits Nabi :

لَأَنْ يَمْتَلِئَ جَوْفُ رَجُلٍ قَيْحًا يَرِيهِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَمْتَلِئَ شِعْرًا

Penuhnya hati seorang dari kalian dengan nanah itu lebih baik daripada penuh dengan syair. (HR Bukhari)

Sebenarnya hadits ini bukan untuk melarang segala jenis syair, buktinya dalam hadits lain Rasulullah  bersabda:

إِنَّ مِنْ الشِّعْرِ حِكْمَةً

Sesungguhnya sebagian dari syair itu adalah kebijaksanaan. (HR Bukhari)

Imam Ibnu Hajar al Atsqolani mengatakan dalam Fathul Bari tentang hadits pertama:

ظَاهِره الْعُمُوم فِي كُلّ شِعْر ، لَكِنَّهُ مَخْصُوص بِمَا لَمْ يَكُنْ مَدْحًا حَقًّا كَمَدْحِ اللَّه وَرَسُوله وَمَا اِشْتَمَلَ عَلَى الذِّكْر وَالزُّهْد وَسَائِر الْمَوَاعِظ مِمَّا لَا إِفْرَاط فِيهِ

Zahir hadits ini bermakna umum dalam semua syair akan tetapi sebenarnya (larangan) itu khusus untuk syair yang tidak berisi pujian bagi kebenaran seperti pujian kepada Allah atau Rasul-Nya dan syair yang mengandung dzikir, ajakan berzuhud dan nasihat nasihat lain yang tidak melampaui batas....”

Islam tidak mengabaikan syair yang baik bahkan memposisikannya sesuai dengan posisinya. Islam meninggikan kedudukan syair yang baik melalui lisan Nabi , ketika Beliau    bersabda  kepada Sahabat Hassan bin Tsabit salah satu penyair Rasulullah :

اهْجُ الْمُشْرِكِينَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ مَعَكَ

Celalah kaum musyrik (dengan syairmu) sebab Jibril ada bersamamu. (HR Bukhari)

Bahkan Nabi  menyediakan mimbar khusus bagi Hassan bin Tsabit di Masjid.

Islam tidak melarang syair terlebih jika syair itu mengandung dakwah dan mengajak kepada akhlak akhlak yang baik. Beberapa sahabat merupakan penyair seperti Hassan bin Tsabit, Kaab bin Zuhair, Abdullah bin Rawahah dan semisalnya.

Sayyidah Aisyah RA pernah berkata bahwa Rasulullah  pernah ditanya mengenai Syair, maka beliau bersabda:

هُوَ كَلاَمٌ فَحَسَنُهُ حَسَنٌ وَقَبِيحُهُ قَبِيحٌ

Ia sama dengan pembicaraan, yang isinya baik adalah baik, dan yang isinya buruk adalah buruk. (HR Baihaqi)..

Bahkan saat Kaab bin Zuhair melantunkan syair pujian kepada Nabi yang terkenal dengan nama kasidah Banat Su’ad , maka  Beliau dengan spontan memberinya hadiah burdah (kain) untuknya. Ini menunjukkan bahwa memberi penghargaan kepada syair yang baik isinya tidak dilarang, bahkan dicontohkan oleh Rasulullah . Oleh sebab itu marilah kita adil dalam menilai syair dan penyair. Perkataan yang paling tepat  mengenai syair dan penyair adalah firman Allah :

وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ (224) أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ (225) وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ (226) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا وَانْتَصَرُوا مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ (227)

Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)? Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (QS As-Syuaro: 224-227) Wallahu a’lam..RA (*)