MENYELAMI MAKNA LAILAHA ILLALLAH

Posted on 02 July 2024


La ilaha illallah, Tiada Tuhan selain Allah. Kalimat Tauhid ini memiliki makna yang sangat luas. Pada kesempatan ini, kita akan berusaha sedikit menyelami makna yang terkandung di dalamnya yang disarikan dari ucapan Habib Abdullah al Haddad dalam kitab “Ithaful Sail”.


Keluasan Lailahailallah

Penjelasan makna La ilaha illallah telah menjadi satu cabang ilmu yang dikenal dengan Ilmu Tauhid. Ilmu ini bagaikan lautan luas yang tidak ada seorang pun mampu menggapai ujungnya atau menyelam sampai ke dasarnya. Para pemikir dan ahli kalam bagaikan orang yang berenang di atasnya, sedangan para arifin telah menyelam di dalamnya dan menemukan banyak hal-hal ajaib, bernilai tinggi dan sangat agung yang tidak dapat diungkapkan.

Setelah segala usaha dikerahkan untuk memahami Ilmu Tauhid, semua sepakat bahwa tidak ada seorang pun mampu untuk mencapai puncaknya. Menguasai seluruh ilmu Tauhid memerlukan pengetahuan menyeluruh tentang Dzat Allah dan sifat-Nya, dan itu adalah hal yang disepakati mustahil terjadi baik di dunia mau pun di akhirat.

Tauhid sendiri terbagi menjadi dua yaitu yang zahir yakni pengetahuan mengenai dalil dan bukti tentang Dzat Allah dan sifat-Nya. Pengetahuan ini wajib bagi setiap mukmin seukuran yang tidak sah keimanan tanpanya. Para ahli kalam itulah yang mendalami Ilmu Tauhid Zahir ini. Mereka menyusunnya, memberikan argument, meneliti dalil dan bukti. Dari segi ini mereka lebih utama dari orang mukmin secara umum, namun keutamaan mereka hanya bersifat zahir saja.

Yang kedua adalah Ilmu Tauhid yang batin. Ilmu ini tidak dapat dipelajari dari kitab. Tapi bersumber dari pemberian ilham dengan menyaksikan secara nyata. Yang demikian itu adalah akibat dari ketakwaan, makna hidayah dan buah dari mujahadah (kesungguhan beribadah). Ilmu Tauhid Batin ini adalah rahasia antara hamba dan Tuhannya. Orang-orang yang dianugrahi ilmu ini sangat berhati-hati menjaganya agar tidak diketahui orang yang belum dapat memahaminya. Dikatakan bahwa Imam Junaid RA, jika berkehendak untuk membahas mengenai ilmu ini bersama muridnya, beliau akan mengunci pintu terlebih dahulu dan menaruh kuncinya di bawah tempat yang ia duduki. Ini adalalah bentuk rahmat kepada kaum mukmin. Seorang mumin yang belum dapat memahaminya, apabila mendengar mengenai hal ini ada kalanya ia tidak mempercayainya. Jika demikian ia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang mendustakan kebenaran ilmu yang ia tidak fahami. Ada kalanya ia mempercayainya namun dengan pemahaman keliru, jika demikian ia akan tergelicir ke dalam kesalahan pemahaman.


Makna La Ilaha Illallah

Yang akan dijelaskan di sini hanya makna Zahir saja. Kalimat La ilaha illallah artinya adalah tiada Tuhan selain Allah yang wujudnya adalah kepastian dengan sendirinya, Mahaesa dan sendiri, Maharaja dan Mahakuasa, Mahahidup dan Maha memelihara, Maha terdahulu dan Maha Azali, Mahakekal dan Abadi, Maha mengetahui segala sesuatu, Mahakuasa atas segala sesuatu, Maha melakukan apa yang dikehendaki dan menghukumi dengan apa yang diinginkan. Tidak ada sesuatu pun yang semisal-Nya. Dia Maha mendengar lagi Maha melihat, Mahasuci dan Mahatinggi dari memiliki yang serupa, yang sebanding, sekutu dan penolong. Allah tidak  dibatasi zaman dan tidak disibukan dengan sesuatu dari sesuatu yang lain, tidak dibatasi oleh arah dan tidak diliputi oleh hal-hal yang baru. Allah Mahakaya secara mutlak dari segala sesuatu dengan segala makna dan dari segala segi; Semua yang selain-Nya membutuhkan-Nya dengan kebutuhan yang tidak tergambarkan terlepasnya mereka darinya, Allah yang menciptakan semua makhluk, menciptakan amal-amal mereka yang baik dan yang buruk, Mahasuci Allah sebaik-baiknya pencipta. Allah memberi hidayah kepada orang yang dikehendaki dan menyesatkan orang yang dikehendaki,  memberi kepada orang yang dikehendaki dan mencegah pemberian dari orang yang dikehendaki, mengampuni orang yang dikehendaki dan mengadzab orang yang dikehendaki, dan Allah tidak ditanya dari apa yang dilakukan-Nya, merekalah yang akan ditanya. Allah menciptakan mereka dan memberi mereka rizki, menurunkan kitab-kitab dan mengutus para rasul untuk memberi hidayah kepada mereka sebagai bentuk kelembutan kepada mereka dan pemberian anugrah atas mereka. Wajib bagi hamba-Nya untuk mentauhidkan Allah dan taat kepada-Nya atas apa yang datang melalui lisan para rasul-Nya dan tidak wajib bagi Allah sesuatu pun sebab Allah yang Maha memiliki segala sesuatu dan Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada seorang pun yang memiliki kepemilikian bersama Allah, dan tidak ada seorang pun yang memiliki hak di sisi-Nya. Allah memberi janji untuk memberi pahala bagi orang yang berbuat baik sebagai bentuk kedermawanan, dan mengancam orang yang berbuat buruk sebagai wujud sifat adil.

Yang dikatakan ilah (Tuhan) adalah yang mengumpulkan semua sifat-sifat ini. Dan tidak ada yang mengumpulkan sifat-sifat ini selain Allah . Allah adalah Tuhan yang tidak ada tuhan selain-Nya. Tidak ada yang selain-Nya yang memiliki satu saja sifat-sifat ini, apalagi semuanya.

Siapa yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan, atau menetapan selain Allah sebagai Tuhan, atau menyekutukan Allah dengan selain-Nya, sungguh ia telah mengatakan suatu dusta yang agung, kerugian dan kecelakaan akan senantiasa meliputinya. Merekalah yang dikatakan di dalam Al-Quran:


وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ


Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS al A`rof: 179)


Dua Sisi Kalimat Tauhid

Kalimat Tauhid memiliki dua sisi, laillaha dan illallah. Yang pertama yaitu meniadakan yang kedua menetapkan. Maknanya adalah meniadaan persangkaan adanya Tuhan lain selain Allah dan meneguhkan makna tauhid yang ada di dalam hati. Maka kalimat Tauhid sangat dianjurkan untuk selalu diulang-ulang, Rasulullah  bersabda:


جَدِّدُوا إِيمَانَكُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ نُجَدِّدُ إِيمَانَنَا قَالَ أَكْثِرُوا مِنْ قَوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

“Perbaharuilah iman kalian.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana kami memperbaharui iman kami?” Beliau  menjawab, “Perbanyaklah ucapan lailahaillallah.” (HR Ahmad)

Ada bentuk syirik (penyekutuan Allah) yang samar dan halus, yang tidak selamat darinya kecuali seorang arifin yang diberi anugrah oleh Allah. Terkadang syirik yang samar ini datang kepada seorang mukmin tanpa terasa seperti ia berkeyakinan ada sesuatu selain Allah yang dapat memberikan manfaat atau menyingkirkan bahaya secara tersendiri. Dari sini muncul sifat tamak untuk berkuasa, ingin selalu unggul di atas makhluk, menyukai kebebasan dan diutamakan dalam segala sesuatu, menginginkan kedudukan, penghormatan, dan pujian di hati makhluk dan di lisan mereka.

Dalam hadits dikatakan:

أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا هَذَا الشِّرْكَ فَإِنَّهُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ                                              

Wahai manusia, waspadalah dari syirik sebab syirik itu lebih lebih samar dari langkah semut. (HR Ahmad)

Nabi  juga menamakan riya sebagai syirik kecil. Terkadang manusia mensyirikkan Allah dengan riya tanpa disadari. Maka wajib bagi setiap mukmin untuk menjaga diri dari syirik-syirik yang samar sebagaimana ia menjaga diri dari syirik jelas sekuat tenaganya. Di antara caranya adalah dengan memperbanyak mengucapak Kalimat Tauhid.

Syirik-syirik yang samar ini tidak mengeluarkan seseorang dari agamanya. Ia tidak mempengaruhi asal iman, tapi dapat merusak kesempurnaan iman.


Persangkaan orang musyrik

Keyakinan orang-orang kafir dan musyrik tidak dinamakan keyakinan melainkan “persangkaan” belaka. Sebab sumbernya berasal dari gambaran yang keliru dan pemikiran yang lemah. Bagaimana mungkin orang yang dapat melihat dan mendengar terlebih dapat berpikir dan merasakan tidak dapat menyaksikan bukti wujudnya Allah dan keesaan-Nya yang nampak jelas dalam segala sesuatu di alam ini. Tetapi orang yang Allah kehendaki sesat, maka tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepadanya.

وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ

Siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorang pun pemberi petunjuk baginya. (QS az Zumar: 36)

Mereka adalah orang yag Allah butakan mata hatinya, ditulikan pendengarannya sehingga tidak dapat melihat dan mendengar kebenaran dan terjebak dalam kegelapan kekafiran.

وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ (17) صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ

(Allah) membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). (QS al Baqarah: 17-18)

Ulama Muhaqiqin mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “illah” adalah Tuhan yang berhak disembah dengan benar. Tuhan yang berhak disembah dengan benar adalah yang menciptakan dan memberi rizki. Yang menciptakan segala sesuatu dan memberi rizki hanyalah Allah. Allah adalah Tuhan yang berhak disembah, Mahaesa tidak ada sekutu bagi-Nya.

Mustahil secara akal dan syariat adanya lebih dari satu Tuhan di alam ini. Allah  berfirman:

لَوْ كَانَ فِيهِمَا آَلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ

Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ´Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. (QS al-Anbiya: 22)

Tiada seorang pun yang mengaku sebagai tuhan seperti Namrud dan Firaun atau menuhankan makhluk seperti batu, bintang atau lainnya kecuali tanda-tanda kekurangan, kebutuhan, kelemahan dan keterpaksaan nampak dengan jelas atas tuhan yang mereka klaim itu itu.

Orang mengaku sebagai tuhan karena tertipu dengan sedikit kekuasaan yang ada pada dirinya. Namrud berpikir ia adalah tuhan, ia memberikan argument yang sangat lemah kepada Nabi Ibrahim. Ia mengatakan dapat menghidupkan dan mematikan manusia dalam artian jika ia ingin seorang hidup maka ia membiarkannya dan jika ia ingin seseorang mati maka ia akan membunuhnya.

Begitulah juga Firaun, ia pernah mengatakan:

أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي أَفَلَا تُبْصِرُونَ

"Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya). (QS az Zukhruf: 51)

Kedua orang terlaknat ini besar kemungkinan menyadari kekeliruan pengakuan mereka. Namun mereka tidak mau mengakuinya karena kesombongan dan karena telah mendapatkan tempat di hati para pengikutnya. Telah diriwayatkan bahwa ketika kaum Firaun meminta Firaun untuk mengalirkan Sungai Nil yang mengering. Firaun keluar bersama mereka kemudian mengucilkan diri. Ia memohon, mengusapkan wajah ke tanah,  menghinakan diri dan berdoa kepada Allah untuk mengalirkan Sungai Nil. Maka Allah pun mengalirkan Sungan Nil dengan Kekuasan-Nya sebagai bentuk istidraj bagi Firaun. Lantas Firaun berkata kepada kaumnya, ” Aku yang mengalirkannya untuk kalian.”


Keutamaan kalimat Tauhid

Kalimat Tauhid adalah kalimat yang sangat utama. Cukuplah sebagai bukti keutamaan kalimat ini bahwa orang kafir yang mengucapkan kalimat ini maka ia menjadi muslim. Jika selama tujuh puluh tahun ia hidup dalam kekafiran kemudian mengucapkannya dengan meyakini maknanya maka ia akan keluar dari dosanya bagaikan anak yang baru dilahirkan.

Jika seorang bertemu dengan Allah dengan membawa dosa sebesar dosa seluruh manusia sejak awal penciptaan sampai kiamat, tetapi ia tidak mensekutukan Allah, maka Allah akan mengampuninya jika Dia menghendaki, atau menyiksanya sementara untuk kemudian dimasukan ke surga. Tidak akan kekal di neraka seorang pun dari ahli tauhid. Orang yang bertauhid adalah yang meyakini makna kalimat mulia ini.

Di antara keutamannya pula disebutkan oleh Nabi :

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Siapa yang akhir ucapannya adalah Lailahaillalah maka ia akan masuk ke dalam surga. (HR Abu Dawud)

Namun perlu diperhatikan, semua faidah dan manfaat kalimat Tauhid ini baik di dunia mau pun di akhirat tidak akan didapatkan bagi orang yang tidak mempercayai salah satu dari dua kalimat syahadat: Syahadat mentauhidkan Allah dan Syahadat mengakui risalah Nabi Muhammad. Siapa yang mengakui syahadat tauhid dan mengingkari syahadat rasul maka ia bukan ahli tauhid. Sebanyak apa pun ia mengucapkan lailahailalalh maka tidak ada faidah yang akan ia dapatkan.

Adapun orang yang telah mengimani Allah dan risalah nabi, maka ia akan mendapatkan kebaikan dengan mengucapkan kalimat ini walau pun tidak dilanjutkan dengan syahadat Rasul. Wallahu a`lam. RA(*)