Posted on 28 December 2025
Penataan apa saja yang harus dilakukan dalam setiap waktu merupakan dasar dari keteraturan. Keadaan seorang murid, begitu pula keadaan penuntut ilmu, baik laki-laki maupun Perempuan, pada seluruh tingkatan, tidak akan menjadi baik kecuali dengan menata tugas-tugas yang dilakukan di setiap waktu, serta menempatkan setiap waktu pada tugas tersebut, baik dalam bentuk ibadah maupun kebiasaan yang baik.
Para ulama suluk menyatakan bahwa sepatutnya seorang mukmin membagi waktunya dalam satu hari menjadi empat bagian:
Pembagian Tugas Waktu Menurut Imam al-Ghazali
Imam al-Ghazali rahimahullah membagi tugas-tugas yang dilakukan di setiap waktu dalam kitabnya Bidayatu al-Hidayah ke dalam beberapa bagian adab, yaitu:
Buah Takwa dan Cahaya Ma‘rifat
Setiap adab dari adab-adab tersebut memiliki perincian, syarat, dan aturan yang jelas, yang dijelaskan secara luas oleh Imam al-Ghazali. Dalam penjelasannya, beliau memberikan dorongan yang kuat dan peringatan keras, seraya berkata—dalam makna ucapannya:
“Apabila engkau telah memakmurkan batin hatimu dengan ketakwaan, maka saat itulah tabir-tabir antara dirimu dan Tuhanmu akan terangkat. Pengetahuan-pengetahuan hakiki akan tersingkap bagimu, mata air hikmah akan memancar dari dalam hatimu, rahasia-rahasia alam kerajaan (al-mulk) dan alam malakut akan menjadi jelas bagimu. Namun apabila engkau mencari ma‘rifat hanya melalui perdebatan, pertengkaran kata, dan polemik, maka sungguh betapa besar kerugian dan kehampaan yang engkau alami.”RA(*)
*Sumber: Mabadius Suluk, karya Al-Habib Abubakar Adni bin Ali Al-Masyhur