13 Hal Yang Perlu Diketahui Tentang Lailatul Qodar

Posted on 02 April 2024


  1. Arti Lailatul Qodar

Lailah’ artinya adalah Malam, sedangkan ‘Qodar’ artinya kemuliaan, jadi Lailatul Qodar adalah malam yang agung kemuliaannya. Imam Az-Zuhri menyebutkan bahwa malam ini dinamakan demikian karena ketaatan-ketaatan yang dilakukan di dalamnya memiliki kemuliaan yang besar dan pahala yang banyak, yaitu lebih baik dari seribu bulan.

Qodar’ juga bisa bermakna hukum atau takdir. Oleh sebab itu Imam Mujahid mengatakan: “Malam Lailatul Qodar adalah Malam ketentuan hukum, yakni malam penentuan takdir. Dinamakan demikian, sebab Allah mentakdirkan di malam ini semua yang dikehendaki untuk terjadi sampai tahun depan, baik itu berupa kematian, ajal, rizki, maupun lainnya.”

Dalam Tafsir Baghawi disebutkan bahwa Sahabat Ibnu Abbas ra berkata:

أَنَّ اللَّهَ ‌يَقْضِي ‌الْأَقْضِيَةَ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ ‌شَعْبَانَ، وَيُسَلِّمُهَا إِلَى أَرْبَابِهَا فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya Allah menetapan ketetapan-ketetapan takdir di malam Nishfu Syakban, dan menyerahkan kepada yang ditakdirkannya pada malam Lailatur Qadar.

Masih ada pendapat lain terkait arti dari Lailatul Qodar yang akan panjang jika kita sebutkan di sini.

  1. Keutamaan Malam Lailatul Qodar

Beribadah pada Malam Lailatul Qodar lebih baik dari beribadah selama seribu bulan. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (QS Al-Qadar: 3)

Siapa yang beribadah di malam lailatur Qodar dengan ikhlas maka dosa-dosanya akan diampuni. Dalam hadits, Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ ‌قَامَ ‌لَيْلَةَ ‌الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Siapa yang berdiri (menghidupkan) Malam Lailatul Qodar karena iman dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari-Muslim)

Dalam Sunan An-Nasai Al-Kubra terdapat tambahan:

‌وما ‌تأخّر

Dan dosanya yang akan datang.

Makna diampuni dosa yang akan datang adalah ia akan dilindungi dari berbuat dosa. Kalapun  suatu saat ia terjerumus dalam dosa, ia akan diberi taufiq untuk segera bertaubat sehingga dosanya diampuni.

  1. Lebih Utama Dari Seribu Bulan?

Dalam kitab Tafsir Mawardi disebutkan beberapa pendapat mengenai maksud Lailatul Qodar lebih utama dari seribu bulan, yaitu:

Pertama: Malam Lailatul Qodar lebih baik dari hidup selama seribu bulan.

Kedua: Amal di malam ini lebih baik dari beramal selama seribu bulan di malam lain.

Ketiga: Malam Lailatul Qodar lebih utama dari seribu bulan yang tidak memiliki lailatul qodar di dalamnya.

Keempat: Ada seorang dari Bani Israel yang setiap malam shalat sampai pagi, dan di siang hari berjihad sampai sore. Ia melakukan hal ini selama seribu bulan. Maka Allah ﷻ mengabarkan bahwa beribadah di malam Lailatul Qodar lebih baik dari apa yang dilakukan lelaki tersebut selama seribu bulan.

Kelima: Nabi Sulaiman as menjadi raja selama 500 bulan dan  Dzul Qornain menjadi raja selama 500 bulan. Maka jumlah lama kerajaan keduanya adalah 1000 bulan. Lantas dijadikan beramal di malam Lailatul Qodar lebih baik dari zaman kerajaan keduanya.

Ada pendapat lain yang disebutkan dalam Tafsir Qurthubi yang menyatakan bahwa beramal di malam ini lebih baik dari beramal sepanjang masa. Sebab orang Arab kadang memakai ungkapan seribu bulan untuk makna selamanya.

  1. Asal-Usul Malam Lailatul Qodar

Imam Malik dalam kitab “Al-Muwatha” menceritakan bahwa ketika Nabi ﷺ mikraj ke langit, beliau melihat umat-umat terdahulu memiliki umur yang sangat panjang. Maka Nabi ﷺ merasa umur umatnya terlalu pendek untuk bisa menyaingi lamanya kaum terdahulu yang berumur panjang beribadah. Maka Allah ﷻ menganugerahkan Malam Lailatul Qodar yang lebih baik dari seribu bulan agar umat ini dapat mengungguli umat terdahulu dalam beribadah.

Nabi ﷺ pernah menjelaskan tentang umur umatnya dalam suatu hadits:

أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ، ‌وَأَقَلُّهُمْ ‌مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

Umur umatku antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun. Sedikit sekali dari mereka yang dapat melampauinya. (HR Turmudzi dan Ibnu Majah)

Oleh sebab itu umat ini diberi kekhususan dengan dilipat-gandakannya pahala kebaikan sebab pendeknya umur mereka. Dikatakan bahwa umat terdahulu tidak layak diberi gelar “Al-Abid” (ahli Ibadah) kecuali jika sudah beribadah selama seribu bulan tanpa henti. Seribu bulan setara dengan delapan puluh tiga tahun lebih empat bulan. Maka Allah ﷻ menjadikan untuk umat Nabi Muhammad ﷺ satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, agar mereka dapat beribadah di dalamnya.

  1. Keselamatan Di malam Lailatul Qodar

Dalam Al-Quran di sebutkan:

سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Malam itu (penuh) kesejahteraan (salam) sampai terbit fajar. (QS Al-Qadr: 5)

Apa makna salam dalam hal ayat ini? Para ulama mengatakan maksudnya adalah salam malaikat di malam Lailatul Qodar kepada para kaum mukmin yang berada di masjid semenjak tenggelamnya Matahari sampai terbit Fajar.

Sebagian mengatakan para malaikat turun di malam itu, dan setiap kali bertemu dengan seorang mukmin atau mukminat mereka menyampaikan salam dari Allah ﷻ kepadanya.

Ada pula yang berpendapat salam di sini adalah sifat Malam Lailatul Qodar Lailatul Qodar adalah malam yang penuh keselamatan, di dalamnya tidak ada keburukan. Allah tidak mentakdirkan dan menentukkan kcuali keelamatan saja. Ada yang berpendapat malam itu adalah malam yang selamat, setan tidak mampu berbuat buruk di dalamnya atau menimbulkan gangguan sampai terbit fajar. Demikian semua pendapat ini tertera dalam Tafsir Al-Kazin.

 

  1. Kapan Malam Lailatul Qodar?

Ketika Allah ﷻ menganugerahi Malam Lailatul Qodar, Allah ﷻ telah menentukan kapan malam persisnya. Akan tetapi, penentuan malam itu diangkat dari ingatan Nabi ﷺ. Alasannya karena saat Nabi ﷺ keluar dari tempat tinggalnya yang mulia untuk mengabarkan para sahabat mengenai kapan malam Lailatul Qodar, beliau mendapati ada dua orang yang berselisih dan berdebat dengan suara meninggi. Ini mengganggu Nabi ﷺ sehingga kabar itu pun terangkat. Akan tetapi malam Lailatul Qodar tetap ada, maka Nabi ﷺ bersabda:

تَحَرَّوْا ‌لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Carilah malam Lailatul Qodar di sepuluh hari terakhir Ramadhan. (HR Bukhari)

Allah ﷻ menyamarkan waktu persisnya agar setiap orang mukmin bersungguh-sungguh beribadah setiap malam Ramadhan. Karena tidak ada yang dapat yakin mendapatkan malam Lailatul Qodar kecuali jika ia mengidupkan setiap malam Ramadhan dengan ibadah. Sebab Malam Lailatul Qadar tidak ditentukan pada malam tertentu. Ini termasuk hikmah dari Allah ﷻ untuk menambah semangat beribadah para hamba-Nya dalam mencari dan menghidupkan malam Lailatul Qadar, sehingga mereka melakukan banyak amal dan mendapatkan banyak pahala.

Malam yang paling memiliki kemungkinan merupakan Malam Lailatul Qadar adalah 10 malam terakhir Ramadhan, terurama di malam ganjilnya. Nabi ﷺ bersabda:

هِيَ فِي رَمَضَانَ الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ؛ فَإِنَّهَا وِتْرٌ: فِي إِحْدَى وَعِشْرِينَ، أَوْ ثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ، أَوْ خَمْسٍ وَعِشْرِينَ، أَوْ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ، أَوْ تِسْعٍ وَعِشْرِينَ، أَوْ فِي آخِرِ لَيْلَةٍ، فَمَنْ قَامَهَا إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ‌وَمَا ‌تَأَخَّرَ

Ia ada di dalam Ramadhan, carilah di sepu;uh hari terakhir, sebab ia berada di malam ganjil. Carilah di malam ke-21 atau 23 atau 25 atau 27 atau 29 atau di malam terakhir. Siapa yang berdiri (beribadah)  di malam itu karena iman dan mengharapkan pahala maka akan diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. (HR Ahmad)

  1. Sebagian Pendapat Ulama tentang penentuan Malam Laiatul Qodar

 Disebutkan dalam Kitab Faidhul Qodir bahwa ada 40 pendapat yang berbeda  mengenai kapan tepatnya malam Lailatul Qodar.

Jumhur ulama berpendapat Lailatul Qadar berada di Bulan Ramadhan. Kapan waktunya tepatnya? Ada beberapa pendapat, yaitu:

Pertama: Sepuluh malam terakhir, terutama malam ganjilnya. Ini pendapat shahih dan masyhur mayoritas fuqaha. Yang paling kuat dalam Madzhab Maliki, malam ke 27.

Kedua:  Ada di salah satu malam Ramadhan tidak terbatas pada 10 malam terakhir Ramadhan. Ini pendapat Imam Ibnu Abidin.  Mayoritas berpendapat malam ke 27, ini adalah pendapat Ibnu Abbas.

Ketiga: Di salah satu dari sepuluh malam terakhir, malamnya tetap tidak berpindah pindah sampai hati kiamat. Namun disamarkan. Yang paling diharapkan menurut Imam Syafii adalah malam ke 21 atau ke 23.

Keempat: Malam Pertama Ramadhan. Ini pendapat Abu Rozin seorang sahabat karena sahabat Anas ra berkata “Lailatul Qadr adalah malam pertama Ramadhan.”

Kelima: Malam ke-17. Ini diriwayatkan dari Sahabat Ibnu Mas’ud sebab pagi setelah malam ini terjadi perang Badar.

Keenam: Disamarkan di sepuluh malam pertengahan. Ini pendapat sebagian yafiiyah dan satu pendapat Malikiyah dinisnatkan kepada Utsman bin Abi Ash dan Hasan Al-Bashri

Ketujuh: Malam ke 19, Abdur Razak menisbatkannya kepada Sahabat Ali bin Abi Thalib ra.

Kedelapan: Ia berpindah-pindah di malam-malam 10 terakhir, tapi di sebagian tahun pindah ke selain malam-malam ini.

Kesembilan: Berada di separuh terakhir Ramadhan

Imam Haddad berkata dalam Nashaiih: “Aku dapati diriku condong kepada pendapat yang mengatakan bahwa Malam Lailatul Qodar berpindah di setiap malam Ramadhan. Aku berpendapat malam itu terkadang berada di selain Sepuluh Malam terakhir, walaupun umumnya jatuh pada sepuluh malam terakhir, sebagaimana pendapat jumhur ulama.”

  1. Rumus Mengetahui Malam Lailatul Qodar

Rumus Imam Ghazali dan yang sependapat dengan beliau. Malam Lailatul Qodar bisa diketahui dari kapan malam pertama Ramadahan,

Jika malam pertama malam Ahad atau Rabu maka Lailatul Qodar adalah Malam ke 29

Jika malam pertama malam Senin maka Lailatul Qodar adalah Malam ke 21

Jika malam pertama malam Selasa atau Jumat maka Lailatul Qodar adalah Malam ke 27

Jika malam pertama malam Kamis maka Lailatul Qodar adalah Malam ke 25

Jika malam pertama malam Sabtu maka Lailatul Qodar adalah Malam ke 23

Syaikh Abul Hasan berkata, “Sejak saya menginjak usia dewasa, saya tidak pernah tertinggal malam Lailatul Qodar dengan kaidah ini.” (Disebutan dalam Ianatut Thalibin)

Rumus kedua, dinukilkan dari para ulama oleh Imam Al-Bujairumi dalam kitabnya

Jika malam pertama malam Jumat maka Lailatul Qodar adalah Malam ke 29

Jika malam pertama malam Sabtu maka Lailatul Qodar adalah Malam ke 21

Jika malam pertama malam Ahad maka Lailatul Qodar adalah Malam ke 27

Jika malam pertama malam Senin maka Lailatul Qodar adalah Malam ke 29

Jika malam pertama malam Selasa maka Lailatul Qodar adalah Malam ke 25

Jika malam pertama malam Rabu maka Lailatul Qodar adalah Malam ke 27

Jika malam pertama malam Kamis maka Lailatul Qodar adalah Malam ke 21

  1. Kapan Umumnya Malam Lailatul Qodar Terjadi?

Malam Lailatul Qodar berpindah setiap tahun di malam-malam Ramadhan. Umumnya berada di separuh terakhir Ramadhan. Umumnya dari separuh itu, Lailatul Qodar berada di sepuluh hari terakhirnya. Umumnya dari sepuluh terakhir itu, Malam Lailatul Qodar berada di malam-malam ganjil. Umumnya dari malam-malam ganjil itu, Malam Lailatul Qodar jatuh pada malam ke-21 atau 27 atau 29. Dalam Hadits Shahih disebutkan:

خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ، فَتَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ، وَإِنَّهَا رُفِعَتْ، وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ، فَالْتَمِسُوهَا ‌فِي ‌التاسعة ‌والسابعة والخامسة

Aku keluar untuk mengabarkan kalian (tentang kapan Malam Lailatul Qodar) akan tetapi fulan dan fulan berselisih sehingga pengetahuan mengenainya terangkat. Semoga itu baik buat kalian. Carilah malam itu di malam ke sembilan (dua sembilan), ke tujuh dan ke lima. (HR Bukhari)

Umumnya di antara tiga hari ini, malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ke 27 atau 29. Umumnya dari dua malam ini, malam lailatul Qodar jatuh pada malam ke 27.

Imam Syafii berpendapat, malam yang paling diharapkan sebagai malam Lailatul Qodar adalah malam ke 21 Ramadhan.

  1. Derajat Menghidupkan Malam Lailatul Qodar

Seorang tidak bisa yakin mendapatkan malam Lailatul Qadar kecuali jika ia beribadah di semua malam Ramadhan dari malam pertama sampai malam terakhir. Ibadahnya bisa dilakukan dengan segala macam ibadah seperti Tarawih, membaca Al-Quran, itikaf bagi lelaki, dan lainnya.

Dalam menghidupkan malam Lailatul Qodar terdapat tiga derajat:

Derajat paling rendah: melakukan Shalat Maghrib, Isya, Tarawih, dan Shalat Shubuh dengan berjamaah.

Derajat paling tinggi: menghabiskan seluruh malamnya untuk ibadah.

Derajat pertengahan: menghabiskan sebagian besar malam untuk ibadah.

  1. Tanda-tanda malam lailatul qodar

Pada malam Lailatul Qodar para malaikat turun ke bumi sehingga bumi pun penuh dengan malaikat-Nya. Ada banyak tanda malam Lailatul Qodar. Di antaranya:

  • Suhu malam sedang, tidak panas dan dingin
  • Manusia merasakan ketenangan rohani di malam itu
  • Malam itu bersih dan bercahaya
  • Matahari di paginya terbit tanpa sinar terik (karena terhalang malaikat sedang kembali ke langit)
  • Orang tertentu yang diperlihatkan malam itu akan melihat segala sesuatu sujud
  • Ia akan melihat cahaya benderang di segala tempat, bahkan di tempat gelap
  • Ia akan mendengar salam dan pembicaraan para malaikat
  • Mustajabnya doa
  • Malaikat Jibril turun ke bumi di malam Lailatul Qadar dan menjabat tangan sebagian golongan manusia. Ciri orang yang dijabat tangannya oleh Malaikat Jibril adalah merasakan bulu kulitnya berdiri, hatinya menjadi lembut dan meneteskan air mata
  • Dikatakan bahwa di malam itu tidak terdengar gonggongan anjing, dan air asin menjadi tawar.
  1. Lima Hal Yang Disembunyikan Allah

Dikatakan bahwa kitab Gunyah bahwa Allah menyembunyikan lima hal dalam lima hal lainya

Pertama: Menyembunyikan keridhoan-Nya dalam ketaatan. (Yakni kita tidak tahu ketaatan mana yang bisa menyebabkan Allah ridho, sehingga kita melakukan berbagai ketaatan dengan harapan salah satunya membuat ridho)

Kedua: Menyembunyikan kemurkan-Nya dalam maksiat. (Yakni kita tidak tahu maksiat mana yang bisa menyebabkan Allah murka, sehingga kita harus meninggalkan semua  kemaksiatan karena khawatir salah satunya mendatangkan kemurkaan Allah)

Ketiga: Menyembunyikan Shalat Wushtoh di antara shalat lima waktu. (Shalat Wushto adalah shalat yang paling utama)

Keempat: Menyembunyikan wali di antara makhluk-Nya. (Maka kita harus berhusnudzon kepada semua orang karena bisa jadi ia adalah wali Allah).

Kelima: Menyembunyikan malam Lailatul Qodar di bulan Ramadahan

  1. Doa Dan Amalan Malam Lailatul Qodar

Sayidah Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang doa yang semestinya dipanjatkan di Malam Lailatul Qodar, maka Nabi ﷺ bersabda:

قُولي: اللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فاعْفُ عَنِّي

Katakanlah: Ya Allah sesungguhnya engkau Maha Pemaaf, engkau menyukai maaf, maka maafkanlah aku. (HR Turmudzi)

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Kaab al Ahbar mengatakan,

“Siapa yang membaca di malam Lailatul Qadar:

لا إله إلا الله

Tiada tuhan selain Allah

tiga kali. Maka Allah akan mengampuninya dengan yang pertama, menyelamatkannya dari neraka dengan yang kedua, dan memasukanya ke surga dengan yang ketiga.”

Hendaknya seorang mukmin bersungguh-sunggu beribadah dengan melakukan shalat, dan ibadah lainnya. Imam Sufyan Atsauri mentakan, “Doa di malam itu lebih disukai daripada shalat.” Jika ia membaca Al-Quran dan berdoa maka itu lebih baik.

Nabi ﷺ  bersemangat di malam-malam bulan Ramadhan, membaca AL-Quran dengan tartil, tidak melewati ayat rahmat kecuali berdoa meminta rahmat dan tidak membaca ayat adzab kecuali berdoa meminta perlindungan.

Menurut Ibnu Rajab yang lebih bagus adalah mengumpulkan antara shalat, membaca Al-Quran, doa, dan bertafakkurr. Nabi ﷺ melalukan itu semua terutama di sepuluh malam terakhir Ramadhan. Wallahu A’lam.RA(*)