Adab Persiapan untuk Salat: Menyambut Waktu-Waktu Mulia

Posted on 23 October 2025


Di antara tanda kesempurnaan iman seorang hamba adalah kesungguhannya dalam mempersiapkan diri sebelum salat. Sebab salat bukan sekadar gerak lahiriah, tetapi perjumpaan rohani antara seorang hamba dengan Tuhannya. Maka setiap detik sebelum salat seharusnya menjadi persiapan hati untuk hadir di hadapan Allah.

1. Persiapan Shalat Subuh

Berusahalah untuk bangun sebelum waktu Shubuh, jadikan yang pertama kali berada di hati dan lidahmu saat bangun adalah dzikir kepada Allah . Ketika mengenakan pakaian, niatkanlah untuk menutup aurat sebagaimana perintah Allah, bukan untuk mencari pujian manusia.  Setelah bersuci, apabila waktu Subuh telah masuk, kerjakanlah dua rakaat sunnah fajar di rumah sebagaimana dilakukan Rasulullah  kemudian berangkatlah menuju masjid.

Jangan meninggalkan salat berjamaah, terlebih salat Subuh. Nabi bersabda:

صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلَاةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً

Salat berjamaah lebih utama daripada salat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.(HR Bukhari dan Muslim)

Seseorang yang malas untuk berjamaah padahal rajin menuntut ilmu, maka ilmunya belum berbuah amal.

Ketika memasuki masjid, jangan langsung duduk sebelum salat tahiyyatul masjid.  Niatkan i‘tikāf di masjid dan panjatkan doa sebagaimana yang dibaca Rasulullah sebelum Shalat Subuh. Lalu isi waktu menjelang azan dengan tafakkur, zikir, dan tilawah Al-Qur’an.

Apabila mendengar azan, hentikan apa pun yang sedang dilakukan dan jawablah seruan muazin, karena setiap lafaznya adalah panggilan dari langit.

Setelah menjawab azan, bacalah doa setelah azan dengan penuh khusyu’. Jika azan terdengar di tengah salatmu, maka selesaikanlah salatmu terlebih dahulu, lalu setelah salam bacalah jawaban azan agar tidak kehilangan fadhilahnya.

Ketika imam telah bertakbir untuk salat fardu, fokuslah sepenuhnya untuk mengikuti gerakannya dan hadirkan hatimu di hadapan Allah. Setelah salam, jangan tergesa-gesa meninggalkan masjid, tetapi lanjutkan dengan doa dan zikir yang diajarkan Nabi .

Imam Ghazali membagi waktu setelah salat Subuh menjadi empat wadzifah (perbuatan) :

  1. Berdoa.

  2. Membaca dzikir.

  3. Membaca Al-Quran.

  4. Bertafakkur.

Apabila matahari telah terbit setinggi satu tombak, kerjakan dua rakaat salat sebagai tanda syukur atas datangnya pagi. Salat ini disebut ishraq, dilakukan setelah berlalunya waktu makruh. Kemudian, ketika matahari mulai meninggi dan hari telah berjalan seperempatnya, kerjakan salat dhuha — empat, enam, atau delapan rakaat, dua rakaat-dua rakaat,  Dan tidak ada salat rawatib antara terbitnya matahari hingga zawāl kecuali salat dhuha.

2. Persiapan untuk Salat Zuhur

Hendaknya seseorang bersiap untuk salat Zuhur sebelum masuk waktunya. Jika ia terbiasa bangun malam atau begadang dalam kebaikan, maka disunnahkan tidur siang sebentar (qailulah) sebelum masuk waktu Dhuhur. Imam al-Ghazali menulis mengatakan mengenai Faedah Qailulah:

فَإِنَّ فِيهَا مَعُونَةً عَلَى قِيَامِ اللَّيْلِ، كَمَا أَنَّ فِي السُّحُورِ مَعُونَةً عَلَى صِيَامِ النَّهَارِ

Qailulah menjadi bantuan bagi orang yang ingin bangun malam, sebagaimana sahur menjadi bantuan bagi orang yang berpuasa di siang hari.

Usahakan bangun sebelum masuk waktu dhuhur, lalu berwudhu, berangkat ke masjid, dan salat tahiyyatul masjid. Setelah itu tunggulah azan, sambutlah dengan jawaban, kemudian kerjakan empat rakaat setelah masuknya waktu Zuhur. Rasulullah bersabda:

هَذَا وَقْتٌ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ لِي فِيهِ عَمَلٌ صَالِحٌ

Inilah waktu ketika pintu-pintu langit terbuka; maka aku suka amal salehku diangkat pada saat itu.

Empat rakaat sebelum Zuhur ini merupakan sunnah muakkadah.  Kemudian setelah melakukan shalat Zuhur Bersama imam, lakukanlah shalat sunah Bakdiyah dua rakaat. Jika ia melakukannya empat rakaat maka itu lebih baik.

3. Waktu antara Zuhur dan Asar

Jangan biarkan waktu antara Zuhur dan Asar berlalu tanpa makna. Gunakan untuk menuntut ilmu, membaca Al-Qur’an, membantu sesama, atau bekerja untuk menunjang ibadah. Sebelum Asar, lakukan empat rakaat sunnah sebagaimana sabda Nabi :

«رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً صَلَّى أَرْبَعًا قَبْلَ الْعَصْرِ

Semoga Allah merahmati orang yang salat empat rakaat sebelum Asar.

4. Menyambut Salat Magrib

Ketika matahari mulai terbenam, kembalilah ke masjid dan sibukkan diri dengan tasbih serta istighfar. Sebab Allah berfirman:

﴿وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا﴾

Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya. (QS. Ṭāhā: 130)

Bacalah sebelum matahari terbenam empat surah pendek: Ash-Shams, Al-Lail, Al-Falaq, dan An-Nās. Biarkan matahari tenggelam sementara lisanmu sibuk memohon ampunan.  Kemudian salat Magrib berjamaah, lanjutkan dengan dua rakaat rawatib, atau empat rakaat setelahnya dengan khusyu’, sebagaimana dikerjakan Rasulullah .

5. Antara Magrib dan Isya: Waktu Cahaya dan Taubat

Jika memungkinkan, niatkan i‘tikāf antara Magrib dan Isya. Gunakan waktu ini untuk salat dan zikir. Rasulullah bersabda tentang ayat:

تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ

“Mereka yang lambungnya jauh dari tempat tidur. (QS As-Sajdah:16)

Beliau menjelaskan:

هِيَ الصَّلَاةُ مَا بَيْنَ الْعِشَاءَيْنِ؛ فَإِنَّهَا تَذْهَبُ بِمَلَاغَاتِ النَّهَارِ

Itulah salat di antara Magrib dan Isya; ia menghapus dosa-dosa kecil di siang hari.

6. Menutup dengan Isya dan Witir

Ketika waktu Isya tiba, kerjakan empat rakaat sebelum fardu, sebab antara azan dan iqamah terdapat waktu mustajab doa. Setelah salat Isya dan dua rakaat rawatib, bacalah surah As-Sajdah dan al-Mulk, atau Yāsīn dan Ad-Dukhān, sebagaimana diriwayatkan dari Nabi .

Kemudian tutup dengan salat witir, tiga rakaat dengan dua atau satu salam. Rasulullah membaca dalamnya surah Al-A‘la dalam rakaat pertama, Al-Kafirun dalam rakaat kedua, dan surat Al-Ikhlaṣ, an-Naas, dan Al-Falaq digabung dalam rakaat terakhir.

Jika ia bertekad bangun malam, maka akhirkan witir hingga akhir malam agar menjadi penutup seluruh salat. Sebelum tidur, sibukkan diri dengan ilmu atau menelaah kitab, bukan dengan kelalaian, karena setiap amal tergantung kepada penutupnya. RA(*)

*Sumber: Bidayatul Hidayah