Posted on 26 August 2025
Selain keindahan lahiriyah dan wibawa yang agung, Nabi Muhammad ﷺ juga dianugerahi nuraniyah (cahaya ilahi) yang menghiasi kesempurnaan beliau. Nur ini bukan sekadar sinar lahiriah, tetapi merupakan cahaya hakiki yang bersumber dari Allah ﷻ dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Asal Mula Cahaya Nabi ﷺ
Para ulama menyebut bahwa nur ini adalah cahaya pertama yang diciptakan Allah. Dalam sebuah riwayat yang masyhur disebutkan:
أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ نُورُ نَبِيِّكَ يَا جَابِرُ
"Yang pertama kali Allah ciptakan adalah cahaya Nabimu, wahai Jabir."(al-Mawahib al-Ladunniyyah, 10/1, diriwayatkan oleh ʿAbdur Razzaq ash-Shanʿani dari Jabir radhiyallahu anhu)
Al-Hafiẓ az-Zurqani menjelaskan bahwa riwayat ini tidak bertentangan dengan hadis lain:
إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ الْقَلَمُ
"Sesungguhnya yang pertama Allah ciptakan adalah pena." (HR. at-Tirmidzi)
Keduanya dapat dipadukan: “awal” dalam hadis tentang pena bermakna awal dari jenis benda, sedangkan “awal” dalam hadis nur bermakna awal dari jenis cahaya.
Kesaksian Al-Qur’an dan Hadis
Al-Qur’an menyebutkan:
قَدْ جَاءَكُمْ مِّنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُّبِينٌ
“Sungguh telah datang kepadamu dari Allah suatu cahaya dan kitab yang jelas.” (QS. al-Ma’idah: 15)
Mayoritas ulama tafsir, seperti Imam ath-THabari, Ibn Abi Hatim, dan al-Qurthubi, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “cahaya” di sini adalah Nabi Muhammad ﷺ.
Imam Qatadah berkata:
النُّورُ: مُحَمَّدٌ ﷺ
"Yang dimaksud dengan cahaya adalah Muhammad ﷺ." (Tafsir Ibn al-Jauzi, 2/317)
Selain itu, diriwayatkan dari ʿAli Zain al-ʿAbidin dari ayahnya dari kakeknya bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
كُنْتُ نُورًا بَيْنَ يَدَي رَبِّي
"Aku adalah cahaya di hadapan Tuhanku."
Hadis ini dinukil oleh al-Hafiẓ Ibn al-Qaththan—seorang ahli kritik hadis yang terpercaya.
Bukti Nuraniyah Nabi ﷺ
1. Cahaya saat kelahiran
Ketika Nabi ﷺ lahir, ibunda beliau melihat cahaya memancar hingga menerangi istana-istana Syam. (al-Mawahib, 1/12)
2. Cahaya dalam lisannya
Diriwayatkan dalam hadis Thabarani: “Kami
melihat cahaya keluar dari mulutnya ﷺ.”
Ibn ʿAbbas radhiyallahu
anhuma menuturkan:
“Apabila beliau berbicara, terlihat cahaya keluar dari sela-sela giginya.”
(disebutkan oleh at-Tirmidzi dan ad-Darimi).
3. Cahaya di wajahnya
Sahabat Hindun bin Abi Halah radhiyallahu anhu berkata dalam syama’il:
لَهُ نُورٌ يَعْلُوهُ
"Ada cahaya yang senantiasa terpancar di atas wajahnya ﷺ."
4. Cahaya dari keringatnya
Sayidah ʿA’isyah radhiyallahu anha menuturkan:
"Aku pernah melihat Rasulullah ﷺ sedang membenarkan sandal. Kening beliau berkeringat, dan keringat itu memancarkan cahaya. Aku tertegun. Beliau bertanya: 'Mengapa engkau tertegun?' Aku menjawab: 'Karena keringatmu bercahaya.' Seandainya Abu Kabir al-Hudzali melihatmu, ia pasti tahu bahwa engkau lebih pantas dengan bait syairnya:
وَمُبَرَّأٌ مِنْ كُلِّ غُبْرَةِ حَيْضَةٍ*** وَفَسَادِ مُرْضِعَةٍ وَدَاءِ مُغِيلِ
وَإِذَا نَظَرْتَ إِلَى أَسِرَّةِ وَجْهِهِ*** بَرَقَتْ بُرُوقُ الْعَارِضِ الْمُتَهَلِّلِ
“Engkau terbebas dari segala noda, dari aib seorang
wanita atau penyakit yang diwariskan.
Dan bila engkau pandang raut wajahnya, ia memancarkan cahaya
seperti kilat di langit yang cerah.”
Salah Paham tentang Makna “Cahaya”
Sebagian orang awam mengira bahwa maksud Nabi ﷺ sebagai “cahaya” adalah tubuh beliau berwujud lampu yang terus-menerus memancarkan sinar. Ini adalah kesalahpahaman besar.
Makna hakiki dari nuraniyah Nabi ﷺ adalah cahaya petunjuk, kemuliaan, dan rahmat ilahi yang Allah berikan kepada beliau. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa terkadang keluar cahaya lahiriah sebagai muʿjizat.
Hal ini bukan mustahil, sebab telah terbukti terjadi pada sebagian sahabat.
Cahaya Nabi Muhammad ﷺ adalah cahaya yang menuntun umat, cahaya yang lahir dari rahmat Allah ﷻ untuk alam semesta. Ia bukan sekadar sinar fisik, melainkan nur hakiki yang menghidupkan hati, menyingkap kegelapan, dan membawa manusia kepada Allah ﷻ. RA(*)
*Sumber: Muhammad Al-Insanul Kamil, karya Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki