Delapan Alasan Mengapa Anda Harus Ke Masjid (Bagian 2)

Posted on 14 December 2024


Pada artikel sebelumnya telah disebutkan empat dari delapan alasan mengapa Anda harus ke Masjid. Delapan alasan ini disebutkan oleh Syekh Abu Thalib Al-Makki dalam kitab Ilmul Qulub, dan dikutip oleh Al-Habib Muhammad Sa'ad Alaydrus dalam kitab An-Niyat. Berikut lanjutan dari artikel sebelumnya:

        .     Menunaikan Amanat

Pergi ke masjid untuk menunaikan shalat berjamaah adalah bentuk menunaikan amanat kepada Allah , yaitu amanat yang telah diwajibkan oleh Allah pada hari perjanjian di alam Dzur sebelum kita dilahirkan. Dengan pergi ke masjid untuk shalat jamaah, maka kita menunaikan amanat kewajiban shalat di tempat yang paling dicintai Allah , yaitu masjid. Nabi menyampaikan bahwa Allah berfirman dalam hadits qudsi:

لَايَنْجُو مِنِّي عَبْدِي إِلَّا بِأَدَاءِ مَا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِمْ

Hamba-Ku tidak dapat selamat dari-Ku, kecuali dengan menunaikan apa yang telah Aku wajibkan bagi mereka. (HR Ibnu Mubarak)

Dalam hadits qudsi lain, Allah berfirman:

ومَا ‌تَقَرَّبَ ‌إِلَيَّ ‌عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ

Tidaklah hamba-Ku mendekat (padaku-Ku) dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada menunaikan apa yang telah Aku wajibkan padanya. (HR Bukhari)

Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu apabila mendengar kumandang adzan untuk shalat, maka mukanya berubah pucat, beliau gemetar di tempatnya. Saat ditanya, beliau menjawab:

حَضَرَ وَقْتُ أَدَاءِ اْلأَمَانَةِ الْعَظِيمَةِ الَّتِي عَرَضَهَا اللهُ عَلَى السَّموَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا بِقَدْرِ الْأَمَانَةِ فَلَا نَدْرِي هَلْ نَقُومُ بِأَدَاءِ ذَلِكَ أَمْ لَا.

Telah hadir waktu untuk menunaikan amanat yang agung, yang telah Allah kemukakan amanat itu kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh tentang kadar amanat ini. Maka kami tidak tahu apakah kami dapat menunaikan amanat itu atau tidak?

Sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu anhu berkata:

مَا حَضَرَ وَقْتُ صَلاَةٍ قَطُّ إِلَّا نَادَتِ الْمَلَائِكَةُ : مَعَاشِرَ الْمُؤْمِنِينَ، قُومُوا إِلَى نَارِكُمُ الَّتِي أَشْعَلْتُمُوهَا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَأَطْفِئُوا مَا عَلَيءكُمْ بِالصَّلَاةِ.

Tidak datang waktu shalat kecuali para malaikat berseru, “Wahai orang-orang mukmin. Bangkitlah menuju neraka yang telah kalian nyalakan bagi diri kalian sendiri, lalu padamkanlah dengan melakukan shalat.”

Dikatakan bahwa ketika seorang muadzin mengumandangkan adzannya, maka seluruh binatang melata dan hewan mendengar dan tunduk khusyu atasnya segala sesuatu kecuali manusia dan jin.

Sayidina Ali Karamallahu wajhahu jika telah masuk waktu shalat beliau gemetar dan ketakutan. Ketika ditanya, beliau menjawab,

فَرِيضَةٌ مِنْ فَرَائِضِ اللهِ تَعَالَى لَا أَدْرِي أَيَتَقَبَّلُهَا مِنِّي أَمْ يَضْرِبُ بِهَا وَجْهِي

Satu kewajiban dari kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah , aku tidak tahu apakah Allah akan menerimanya dariku, atau akan melemparkannya ke wajahku.

        6.     Memakmurkan Masjid

Pergi memakmurkan masjid dengan melaksanakan shalat, merupakan bukti keimanan atas janji dan ancaman Allah . Dengan demikian ia akan menjadi hamba yang tunduk dan dekat kepada Allah sebagaimana disabdakan oleh Nabi :

إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَعْتَادُ الْمَسْجِدَ فَأَشْهِدُوا لَهُ بِالْإِيمَانِ

Jika kalian melihat seorang yang terbiasa ke masjid maka bersaksilah baginya bahwa ia memiliki keimanan.

Karena Allah berfirman:

نَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian. (QS At-Taubah: 18)  (HR Turmudzi)

Nabi bersabda:

 إِنَّ عُمَّارَ بُيُوتِ اللهِ هُمْ أَهْلُ اللهِ

Orang-orang yang memakmurkan rumah-rumah Allah adalah orang-orang terdekat dengan Allah

Sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu berkata:

يُنَادِي الْمُنَادِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ : أَيْنَ رُعَاةُ الشَّمْسِ ؟ فَيُؤْتَى بِالْمُؤَذِّنِينَ ثُمَّ يُنَادِي : أَيْنَ جِيرَانِي ؟ فَيَقُولُ الْمَلَائِكَةُ : وَمَنْ يَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ جَارًا؟ فَيَقُول : أَيْنَ عُمَّارُ مَسَاجِدِي ؟ فَيُغَشَّوْنَ النُّورَ وَيَجْلِسُونَ عَلَى مَنَابِرَ مِنَ النُّورِ .

Pada Hari Kiamat, ada seruan dari “Siapa yang selalu memperhatikan matahari?”

Maka dihadirkan para muadzin. Lalu terdapat seruan, “Siapa orang-orang yang berdampingan dengan-Ku.”

“Siapakah yang pantas untuk berdampingan dengan-Mu,” tanya para malaikat.

“Ke manakah orang-orang yang memakmurkan masjid-Ku?”

Maka mereka diliputi cahaya dan duduk di mimbar-mimbar cahaya.

Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Nabi bersabda:

إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُولُ : إِنِّي لَأَهِمُّ بِعَذَابِ خَلْقِي فَإِذَا نَظَرْتُ إِلَى عُمَّارِ بُيُوتِي وَالْمُتَحَابِّينَ فِيَّ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ أَصْرِفُ عَنْهُمُ الْعَذَابَ

Sungguh Allah berfirman, “Sungguh Aku akan mengadzab makhluk-Ku, tetapi saat memandang kepada orang-orang yang memakmurkan rumah-rumah-Ku, serta mereka yang saling mencintai kerena Aku, dan orang-orang yang memohonkan ampun menjelang fajar, maka Aku palingkan adzab-Ku dari mereka.

Dalam riwayat lain, disebutkan dalam hadits qudsi:

إِذَا نَظَرْتُ إِلَى عُمَّارِ الْمَسَاجِدِ بِذِكْرِي وَجُلَسَاءِ الْقُرْآنِ وَوِلْدَانِ اْلِإسْلَامِ سَكَنَ عِنْدَ ذَلِكَ غَضَبِي

Ketika Aku memandang kepada orang-orang yang memakmurkan masjid-Ku dengan berdzikir kepada-Ku, serta orang-orang yang duduk dengan Al-Quran, dan anak-anak kecil muslimin, maka kemurkaan-Ku pun reda.

Dalam riwayat lain:

فَإِذَا نَظَرْتُ إِلَى أَهْلِ الْجُوعِ وَالْعَطَشِ مِنْ أَجْلِي صَرَفْتُ عَنْهُمُ الْعَذَابَ

Ketika Aku memandang kepada orang yang kelaparan dan kehausan untuk-Ku, maka aku palingkan adzab dari mereka.

        7.     Amar Makruf dan Nahi Munkar Di Masjid

Seorang yang pergi ke masjid hendaknya tidak lupa untuk meniatkan melakukan amar aa’ruf dan nahi munkar di masjid. Dengan demikian ia  akan menjadi hamba yang membaktikan hidupnya untuk mendapatkan keridhoan Allah . Ia menjadi pantas untuk mendapatkan kabar gembira yang telah difirmankan dalam Al-Quran:

التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ

Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu. (QS At-Taubah : 112)

Saat berada di masjid ia bisa melakukan amar ma’ruf dengan meminta saudaranya yang berada di masjid untuk merapatkan dan merapikan shaf, menyempurnakan rukun dan sujud, maju ke shaf yang berada di depannya, menjaga kebersihan, meletakkan sandal di tempatnya, mendahulukan kaki kanan ketika masuk, dan adab-adab lainnya. Ia juga bisa melakukan Nahi Munkar dengan menegur mereka yang menoleh dalam shalatnya, mereka yang terlalu keras dalam membaca Al-Qur’an sehingga membuat orang lain terganggu, atau yang tidak khusyu, atau yang melangkahi leher orang, atau yang mengumumkan barang hilang di masjid, atau berbincang urusan duniawi, tertawa, bercanda, merendahkan, melakukan jual-beli, merendahkan orang, atau kemunkaran lainnya.

Jika ia melakukan hal ini di masjid, maka ia mendapatkan bagian sempurna yang didapat oleh orang-orang yang melakukan amar makruf nahi munkar. Nabi bersabda:

جَنِّبُوا مَسَاجِدَكُمْ صِبْيَانَكُمْ، وَمَجَانِينَكُمْ، وَشِرَاءَكُمْ، وَبَيْعَكُمْ، وَخُصُومَاتِكُمْ، وَرَفْعَ أَصْوَاتِكُمْ، ‌وَإِقَامَةَ ‌حُدُودِكُمْ، وَسَلَّ سُيُوفِكُمْ، وَاتَّخِذُوا عَلَى أَبْوَابِهَا الْمَطَاهِرَ، وَجَمِّرُوهَا فِي الْجُمَعِ

Jauhkan masjid-masjid kalian dari anak-anak kecil (yang dapat mengganggu), orang gila, jual beli, perselisihan, suara keras kalian, melaksanakan hukuman had, dan menghunuskan pedang. Jadikan di dekat pintunya tempat untuk bersuci, dan wangikan dengan dupa di hari Jumat.” (HR Ibnu Majah)

Rasulullah melarang untuk mengumumkan barang hilang di masjid, dan mengumandangkan syair  yang tidak pantas. Nabi bahkan memerintahkan kita berkata kepada orang yang mengumumkan barang hilang di masjid:

لَا رَدَّ اللهُ ضَالَتَكَ

Semoga Allah tidak mengembalikan barang hilangmu

Dan berkata kepada orang yang mengumandangkan syair yang tidak pantas di masjid:

فَضَّ اللهُ فَاكَ

Semoga Allah merusak mulutmu

Diriwayatkan bahwa Nabi Isa bin Maryam alaihissalam mendapati kaum yang berjual-beli di masjid, maka beliau menjadikan kain ridanya menjadi jalinan dan datang pada mereka seraya berkata :

يَا أَبْنَاءَ الْأَفَاعِي اتَّخَذْتُمْ مَسَاجِدَ اللهِ أَسْوَاقًا هِيَ سُوقُ الآخرة

Kalian seperti keturnan ular, apakah kalian menjadikan masjid Allah pasar duniawi, sedangkan itu adalah pasar untuk akhirat?

Nabi bersabda:

  لَا يَتَّقِي هَذِهِ الْمَسَاجِدَ إِلَّا مَنْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ  وَمَنْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ  فَلَهُ الْجَنَّةُ . وَسَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يَتَخَلَّقُونَ فِي مَسَاجِدِهُمْ وَلَيْسَ هِمَّتُهُمْ إِلَّا ذِكْرُ الدُّنْيَا فَإِذَا كَانَ ذَلِكَ الزَّمَانُ فَلَا تُجَالِسُوهُمْ فَإِنَّهُ لَيْسَ لِلهِ فِيهِمْ حَاجَةٌ

Tidak ada yang menjaga masjid-masjid ini kecuali orang yang diridhoi oleh Allah. Siapa yang diridhoi oleh Allah, maka ia akan mendapatkan surga. Akan datang pada manusia suatu zaman, mereka membuat kumpulan di masjid-masjid mereka, akan tetapi mereka tidak memiliki tujuan kecuali untuk membicarakan masalah duniawi. Jika telah datang zaman itu, janganlah kalian duduk bersama mereka sebab Allah tidak memiliki urusan dengan mereka.  

Sayidina Umar bin Khathab radhiyallahu anhu mendengar suatu kaum yang berbincang tentang bisnis mereka di masjid. Maka beliau berkata:

إِنَّمَا بُنِيَتْ هَذِهِ الْمَسَاجِدُ لِذِكْرِ اللهِ ، فَإِذَا ذَكَرْتُمْ تِجَارَتَكُمْ وَدُنْيَاكُمْ فَاخْرُجُوا إِلَى الْبَقِيعِ

Masjid-masjid ini dibangun hanya untuk berdzikir kepada Allah. Jika kalian ingin bicara tentang bisnis dan urusan dunia kalian, maka pergilah ke pekuburan baqi!

        8.     Menyepi Dari Kelalaian Dunia

Di antara tujuan pergi masjid adalah lari dari kesibukan dunia untuk menyibukan diri dengan akhirat. Lari dari memenuhi hawa nafsu menuju menunaikan ketakwaan. Lari dari ‘pasar’ yang merugikan menuju ‘pasar’ keridhoan. Lari dari pecinta dunia menuju para saudaranya yang mencintai akhirat. Allah berfirman :

فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ

Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. (QS Adz-zariyat: 50)

Sebagian ulama tafsir mengatakan mengenai firman Allah :

وَمَن دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا

Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; (QS Ali Imran: 97)

Maksudnya adalah bukan hanya masjidil haram tetapi adalah semua masjid, memang pendapat yang masyhur yang dimaksud dalam ayat ini adalah Makkah atau Masjidil Haram. Ada pula yang mengatakan yang dimaksud adalah surga, sebab setiap manusia tidak akan selamat dari resiko, dan tidak ada yang dapat selamat dari kebinasaan kecuali jika kedua telapak kakinya telah berada di surga.

Nabi bersabda:

خَيْرُ الْبِقَاعِ الْمَسَاجِدُ ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَهْلُهَا ، أَوَّلُهُمْ دُخُولًا وَآخِرُهُمْ خُرُوجًا

Tanah terbaik adalah masjid-masjid. Manusia terbaik adalah yang memakmurkannya, yaitu yang paling pertama masuk masjid dan paling akhir keluarnya.

Sebagian ulama mengatakan bahwa makna ayat di atas adalah siapa yang masuk masjid, maka ia akan selamat. Yakni ia akan selamat dari fitnah Iblis dan para tentaranya. Mereka tidak mampu menjerumuskannya kepada kemaksiatan yang akan menyebabkannya binasa. Iblis hanya dapat membisikkan waswas bagi orang yang telah berada di masjid. Jika ia dapat menghalaunya dan bersegera, maka ia akan mendapatkan keutungan yang besar.

Dikatakan bahwa benteng seorang mukmin dari Iblis ada empat hal, yaitu: masjid, membaca Al-Qur’an dengan merenungi maknanya, shalat, dan melihat kepada wajah ulama yang zuhud dari dunia. Yang terbaik dari keempat hal itu adalah melihat ulama yang zuhud ketika terjadi waswas. Ketika membaca Al-Quran hampir saja seorang mukmin tidak selamat dari waswas.

Salah seorang ahli hikmah berkata, “Jika seorang hamba keluar dari masjid, kemudian meletakkan kakinya di atas tempat kebatilan maka akan menyebar manisnya kecintaan pada dunia pada 360 urat dalam tubuhnya. Itu lebih beracun dari sengatan racun pada tubuhnya. Tidak ada yang dapat menyaksikan itu kecuali ahli makrifat Billah.” Demikian dikutip dari kitab Ilmul Qulub karya Abu Thalib Al-Makki. RA(*)