Posted on 02 February 2025
Malam Nishfu Syakban (Malam kelima belas Syakban) merupakan malam yang sangat mulia. Banyak hadits dan atsar yang menjelaskan mengenai kemuliaan malam ini. Berikut ini adalah sebagiannya.
Nabi ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
Sesungguhnya Allah bertajali di malam nishfu Syakban dan mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan yang menyimpan permusuhan. (HR Ibnu Majah)
Dalam redaksi lain:
يَطَّلِعُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِعِبَادِهِ إِلَّا لِاثْنَيْنِ: مُشَاحِنٍ، وَقَاتِلِ نَفْسٍ
Allah ﷻ bertajali pada makhluk-Nya di malam Nishfu Syakban dan mengampuni semua hamba-Nya kecuali dua : Orang yang menyimpan permusuhan, serta pembunuh. (HR Ahmad)
Sayidah Aisyah radhiyallahu anha menuturkan:
فَقَدْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ، فَخَرَجْتُ أَطْلُبُهُ، فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ رَافِعٌ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ. فَقَالَ: «يَا عَائِشَةُ أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ؟» قَالَتْ، قَدْ قُلْتُ: وَمَا بِي ذَلِكَ، وَلَكِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ، فَقَالَ: «إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعَرِ غَنَمِ كَلْبٍ
Suatu malam, aku tidak mendapati Nabi ﷺ, maka aku keluar mencarinya dan mendapatinya di pemakaman Baqi sedang menengadahkan kepala ke langit. Nabi ﷺ bertanya padaku: “Apa engkau khawatir Allah dan Rasul-Nya berbuat tidak adil padamu”.
Sayidah Aisyah berkata, “Tidak, tetapi aku mengira engkau mendatangi salah satu istrimu.” Maka Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya (rahmat) Allah ﷻ turun di malam Nishfu Syakban ke langit dunia dan mengampuni lebih dari jumlah bulu kambing Suku Kalb.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, Turmudzi )
Suku Kalb adalah suku yang paling banyak memelihara kambing.
Dari sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda:
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا، فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا، فَيَقُولُ: أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا، حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
Apabila tiba malam Nishfu Syakban, maka bangkitlah kalian (untuk beribadah) pada malam harinya, dan berpuasalah pada siang harinya. Sebab rahmat Allah turun di malam itu hingga terbenamnya matahari sampai ke langit dunia. Dan Allah berseru, “Siapakah yang ingin memohon ampun, Aku akan mengampuninya? Siapakah yang ingin memohon rizki, Aku akan memberinya? Siapakah yang terkena ujian, Aku akan memberinya afiyah? Siapakah.. Siapakah.....” Sampai terbitnya Fajar. (HR Ibnu Majah, baihaqi)
إِذَا كَانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ اطَّلَعَ اللَّهُ إِلَى خَلْقِهِ، فَيَغْفِرُ لِلْمُؤْمِنِينَ وَيُمْلِي لِلْكَافِرِينَ، وَيَدَعُ أَهْلَ الْحِقْدِ بِحِقْدِهِمْ حَتَّى يَدْعُوَهُ
Apabila tiba malam Nishfu Syakban, Allah bertajalli kepada makhluk-Nya, lalu mengampuni orang-orang mukmin, membiarkan orang-orang kafir, dan meninggalkan orang-orang yang memiliki kedengkian dengan kedengkian mereka sampai mereka meninggalkannya. (HR Baihaqi)
Nabi ﷺ bersabda:
إِذَا كَانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ نَادَى مُنَادٍ: هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ؟ هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَأُعْطِيَهُ؟ فَلَا يَسْأَلُ أَحَدٌ شَيْئًا إِلَّا أُعْطِي إِلَّا زَانِيَةً بِفَرْجِهَا أَوْ مُشْرِكًا
Apabila tiba malam Nishfu Syakban, terdengar seruan Penyeru : “Adakah yang meminta ampun, maka Aku akan mengampuninya? Adakah yang meminta sesuatu, Aku akan memberinya?” Maka tidaklah seorangpun meminta kepada, kecuali ia akan diberi selain wanita yang berzina dengan kemaluannya, serta orang musyrik. (HR Baihaqi)
Sayidah Aisyah menuturkan:
لَمَّا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ انْسَلَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ مِرْطِي فَخَشِيتُ أَنْ يَكُونَ أَتَى بَعْضَ نِسَائِهِ فَقُمْتُ أَلْتَمِسُهُ فِي الْبَيْتِ فَيَقَعُ قَدَمِي عَلَى قَدَمَيْهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَحَفِظْتُ مِنْ قَوْلِهِ وَهُوَ يَقُولُ
Pada suatu Malam Nishfu Syakban, Rasulullah ﷺ keluar dari selimutku. Aku khawatir Beliau mendatangi salah seorang istrinya, maka aku bangkit mencarinya di rumah. Lantas telapak kakiku menyentuh dua telapak kaki Beliau yang sedang bersujud. Aku mengingat sebagian ucapan Beliau saat sujud, yaitu:
سَجَدَ لَكَ سَوَادِي وَخَيَالِي، وَآمَنَ لَكَ فُؤَادِي، وَأَبُوءُ لَكَ بِالنِّعَمِ، وَأَعْتَرِفُ بِالذُّنُوبِ الْعَظِيمَةِ، ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، أَعُوذُ بِعَفْوِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِرَحْمَتِكَ مِنْ نِقْمَتِكَ، وَأَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Bersujud pada-Mu tubuhku serta pikiranku. Hatiku beriman pada-Mu. Aku kembali pada-Mu dengan membawa anugerah-anugerah-Mu. Aku akui dosa-dosa yang besar. Aku telah menganiaya diriku sendiri, maka ampunilah aku. Sebab tiada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau saja. Aku berlindung dengan ampunan-Mu dari hukuman-Mu. Aku berlindung dengan rahmat-Mu dari siksa-Mu. Aku berlindung dengan keridaan-Mu dari kemurkaan-Mu. Aku berlindung dengan-Mu dari-Mu. Aku tidak dapat menghitung pujian pada-Mu, sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri.
Sayidah Aisyah radhiyallahu anha kembali menuturkan:
فَمَا زَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي قَائِمًا وَقَاعِدًا حَتَّى أَصْبَحَ، فَأَصْبَحَ وَقَدِ اضْمَعَدَتْ قَدَمَاهُ، فَإِنِّي لَأَغْمِزُهَا، وَقُلْتُ: بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي، أَتْعَبْتَ نَفْسَكَ، أَلَيْسَ قَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ؟ أَلَيْسَ قَدْ فَعَلَ اللَّهُ بِكَ؟ أَلَيْسَ أَلَيْسَ؟
Rasulullah ﷺ terus melanjutkan shalatnya, berdiri dan duduk, sampai waktu Shubuh tiba. Saat Shubuh datang, kedua telapak kakinya telah bengkak, aku memijitnya. Aku berkata pada Beliau : “Ayah dan ibuku menjadi tebusan untukmu. Engkau telah memayahkan dirimu. Bukankah Allah telah mengampuni atas segala dosamu yang terdahulu maupun yang kemudian? Bukankah Allah telah menganugerahimu ini dan itu?
Nabi ﷺ menjawab:
بَلَى يَا عَائِشَةُ، أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا؟ هَلْ تَدْرِينَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ؟»
Benar wahai Aisyah. Tetapi apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang selalu bersyukur. Apakah engkau tahu apa yang terdapat pada malam ini?
Sayidah Aisyah radhiyallahu anha berkata:
مَا فِيهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟
Apakah yang terdapat pada malam ini?
Nabi ﷺ menjawab:
فِيهَا أَنْ يُكْتَبَ كُلُّ مَوْلُودٍ مِنْ بَنِي آدَمَ فِي هَذِهِ السَّنَةِ، وَفِيهَا أَنْ يُكْتَبَ كُلُّ هَالِكٍ مِنْ بَنِي آدَمَ فِي هَذِهِ السَّنَةِ، وَفِيهَا تُرْفَعُ أَعْمَالُهُمْ، وَفِيهَا تَنْزِلُ أَرْزَاقُهُمْ،
Di malam ini, dicatat siapa saja yang akan dilahirkan dari Bani Adam selama setahun. Di malam ini dicatat siapa saja yang akan mati dari Bani Adam selama setahun. Di malam ini amal-amal mereka diangkat. Di malam ini, rizki-rizki mereka diturunkan.” (HR Baihaqi)
Sahabat Anas radhiyallahu anhu menuturkan:
بَعَثَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى مَنْزِلِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فِي حَاجَةٍ، فَقُلْتُ لَهَا: أَسْرِعِي فَإِنِّي تَرَكْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُهُمْ عَنْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ،
Nabi ﷺ mengutusku menuju kediaman Sayidah Aisyah untuk suatu keperluan. Aku berkata pada beliau (Sayidah Aisyah), “Tolong untuk cepat, sebab saat aku tinggalkan, Rasulullah ﷺ sedang menerangkan kepada para sahabat tentang Malam Nishfu Syakban.”
Sayidah Aisyah radhiyallahu anha berkata kepadanya:
يَا أُنَيْسُ اجْلِسْ حَتَّى أُحَدِّثَكَ بِحَدِيثِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، إِنَّ تِلْكَ اللَّيْلَةَ كَانَتْ لَيْلَتِي مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَخَلَ مَعِي فِي لِحَافِي، فَانْتَبَهْتُ مِنَ اللَّيْلِ فَلَمْ أَجِدْهُ، فَقُمْتُ فَطُفْتُ فِي حُجُرَاتِ نِسَائِهِ فَلَمْ أَجِدْهُ فَقُلْتُ لَعَلَّهُ ذَهَبَ إِلَى جَارِيَتِهِ مَارِيَةَ الْقِبْطِيَّةِ فَخَرَجْتُ فَمَرَرْتُ فِي الْمَسْجِدِ فَوَقَعَتْ رِجْلِي عَلَيْهِ وَهُوَ سَاجِدٌ وَهُوَ يَقُولُ
Wahai Anas kecil! Duduklah hingga aku dapat ceritakan padamu kabar tentang malam Nishfu Syakban. Malam itu adalah malam giliran Rasulullah ﷺ menginap di sisiku. Beliau ﷺ datang padaku dan masuk dalam selimutku. Tetapi saat aku terbangun di malam hari, aku tidak mendapati Beliau. Aku pun bangkit mencari beliau di kediaman istri-istri Beliau, namun aku tidak menemukannya. Aku berpikir mungkin Beliau pergi menuju sahaya beliau yang bernama Mariyah Al-Qibthiyah, aku pun keluar. Saat melewati masjid, kakiku menyentuh tubuh Beliau yang sedang bersujud seraya berdoa:
سَجَدَ لَكَ سَوَادِي وَخَيَالِي، وَآمَنَ بِكَ فُؤَادِي، وَهَذِهِ يَدِي جَنَيْتُ بِهَا عَلَى نَفْسِي، فَيَا عَظِيمُ، هَلْ يَغْفِرُ الذَّنْبَ الْعَظِيمَ إِلَّا الرَّبُّ الْعَظِيمُ، فَاغْفِرْ لِي
Bersujud pada-Mu tubuhku serta pikiranku. Hatiku beriman pada-Mu. Inilah tanganku yang dengannya aku aniaya diriku sendiri. Wahai Yang Maha Agung, adakah yang mengampuni dosa yang agung selain Tuhan Yang Maha Agung? Maka ampunilah aku.
ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ وَهُوَ يَقُولُ: «اللَّهُمَّ هَبْ لِي قَلْبًا تَقِيًّا نَقِيًّا مِنَ الشَّرِّ، بَرِيًّا لَا كَافِرًا وَلَا شَقِيًّا
Lantas, Nabi ﷺ mengangkat kepalanya dari sujud dan berdoa, “ Ya Allah, anugerahkan padaku hati yang bertakwa lagi suci dari keburukan, bebas dari dosa tidak kufur dan tidak pula celaka.”
ثُمَّ عَادَ فَسَجَدَ، وَهُوَ يَقُولُ: " أَقُولُ لَكَ كَمَا قَالَ أَخِي دَاوُدُ عَلَيْهِ السَّلَامُ: أُعَفِّرُ وَجْهِي فِي التُّرَابِ لِسَيِّدِي وَحُقَّ لِوَجْهِ سَيِّدِي أَنْ تُعَفَّرَ الْوُجُوهُ لِوَجْهِهِ "
Lalu, Nabi ﷺ kembali bersujud dan berdoa, “ Aku katakan pada-Mu sebagaimana perkataan saudaraku Dawud alaihissalam, ‘Aku lumuri wajahku di tanah (bersujud) kepada Tuanku, dan sudah selayaknya wajah-wajah bersujud melumurinya dengan tanah untuk Tuanku.”
Sayidah Aisyah berkata:
ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقُلْتُ: بِأَبِي وَأُمِّي أَنْتَ
Kemudian Beliau mengangkat kepalanya. Lalu aku berkata, “Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu.”
Rasulullah ﷺ menjawab:
يَا حُمَيْرَاءُ، أَمَا تَعْلَمِينَ أَنَّ هَذِهِ اللَّيْلَةَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ؟ إِنَّ لِلَّهِ فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ عُتَقَاءَ مِنَ النَّارِ بِقَدْرِ شَعْرِ غَنَمِ كَلْبٍ»
Wahai Humaira (panggilan untuk Sayidah Aisyah). Tidakkah engkau tahu bahwa ini adalah malam Nishfu Syakban? Di malam ini, Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka sebanyak bulu kambing Suku Kalb.
Sayidah Asiyah radhiyallahu anha bertanya:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا بَالُ شَعْرِ غَنَمِ كَلْبٍ؟
Wahai Rasulullah, kenapakah dengan bulu kambing Suku Kalb?
Rasulullah ﷺ menjawab:
لَمْ يَكُنْ فِي الْعَرَبِ قَبِيلَةُ قَوْمٍ أَكْبَرَ غَنَمًا مِنْهُمْ، لَا أَقُولُ سِتَّةُ نَفَرٍ: مُدْمِنُ خَمْرٍ، وَلَا عَاقٌّ لِوَالِدَيْهِ، وَلَا مُصِرٌّ عَلَى زِنًا، وَلَا مُصَارِمٌ، وَلَا مُضرِّبٍ، وَلَا قَتَّاتٌ "
Tidak ada satu suku Arab yang memiliki kambing lebih banyak dari mereka. Aku tidak menyertakan enam golongan yaitu: peminum minuman keras, orang yang durhaka pada kedua orang tuanya, yang terus berbuat zina, yang memutus hubungan silaturahim, penghasud serta pengadu domba. (HR Baihaqi)
Diriwayatkan dari Imam Ali radhiyallahu anhu:
إِنَّ أَرْبَعَ لَيَالٍ فِي الْعَامِ يَسُحُّ اللهُ فِيهِنَّ الْخَيْرَ سَحَّاً، وَهِيَ: لَيْلَةُ الْقَدْرِ ، وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ ، وَلَيْلَةُ عَرَفَةَ ، وَلَيْلَةُ التَّرْوِيَةَ
Sesungguhnya ada empat malam dalam setahun di mana Allah mengalirkan kebaikan dengan deras di dalamnya. Yaitu : Malam Lailatul Qodar, Malam Nishfu Syakban, Malam Arofah (9 Dzulhijjah), dan Malam Tarwiyah (8 Dzulhijjah). (HR Turmudzi dengan sanad mursal)
Sahabat Ibnu Umar radhiyallahu anhuma menurunkan:
خَمْسُ لَيَالٍ لَا يُرَدُّ فِيهِنَّ الدُّعَاءُ: لَيْلَةُ الْجُمُعَةِ، وَأَوَّلُ لَيلَةٍ مِنْ رَجَبٍ، وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، وَلَيْلَتِي الْعِيدَيْنِ
Lima malam, tidak ditolak di dalamnya doa: Malam Jumat, malam pertama Bulan Rajab, Malam Nishfu Syakban, dan dua malam hari raya. (Mushonaf Abdurrazaq)
Imam Syafii radhiyallahu anhu menuturkan:
وبَلَغَنا أنَّه كان يُقالُ: إنَّ الدُّعاءَ يُستَجابُ في خَمسِ لَيالٍ؛ في لَيلَةِ الجُمُعَةِ، ولَيلَةِ الأضحَى، ولَيلَةِ الفِطرِ، وأَوَّلِ لَيلَةِ مِن رَجَبٍ، ولَيلَةِ النِّصفِ مِن شَعبانَ
Sampat berita kepadaku bahwa doa diijabahi di lima malam: Malam Jumat, Malam Idul Adha, Malam Idul Fitri, Malam pertama Bulan Rajab, dan Malam Nishfu Syakban. (Al-Umm)
Nabi ﷺ bersabda:
تُقْطَعُ الْآجَالُ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى شَعْبَانَ، حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْكِحُ، وَيُولَدُ لَهُ وَقَدْ خَرَجَ اسْمُهُ فِي الْمَوْتَى
Diputuskan ketetapan ajal dari Syakban menuju Syakban, sehingga seorang lelaki menikah dan memiliki anak, sedangkan namanya telah keluar dalam catatan orang mati. (HR Ibnu Abiddunya)
Atho bin Yasar radhiyallahu anhu menuturkan :
تُنْسَخُ فِي النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ الْاجَالُ، حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ لَيَخْرُجُ مُسَافِرًا وَقَدْ نُسِخَ مِنَ الْأَحْيَاءِ إِلَى الْأَمْوَاتِ، وَيَتَزَوَّجُ وَقَدْ نُسِخَ مِنَ الأحيَاءِ إِلَى الأَمْوَاتِ.
Pada malam Nishfu Syakban, disalin catatan ajal. Maka ada seorang yang keluar untuk bepergian, sedangkan namanya telah berpindah dari catatan orang-orang hidup menuju catatan orang-orang mati. Ada pula yang menikah, sedangkan namanya telah dipindah dari catatan orang-orang hidup menuju catatan orang-orang mati. (Mushonaf Abdurrazaq)
Said bin Jubair berkata:
سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ يَقُولُ: إِنَّ الرَّجُلَ لَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ، وإِنَّ اسْمَهُ لَفِي الْمَوْتَى
Aku mendengar Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata: Sesungguhnya seorang lelaki sedang berjalan di pasar-pasar padahal namanya sudah tercatat pada golongan orang mati. (Mushonaf Abdurrazaq)
Ikrimah mengatakan mengenai ayat:
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (QS Ad Dukhan: 4)
Beliau berkata:
لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، يُدَبَّرُ أَمْرُ السَّنَةِ، وَتُنْسَخُ الْأَمْوَاتُ مِنَ الْأَحْيَاءِ، وَيُكْتَبُ الْحَاجُّ، فَلَا يَنْقُصُ مِنْهُمْ وَلَا يَزِيدُ فِيهِمْ أَحَدٌ
Di malam Nishfu Syakban, diatur segala urusan selama setahun, dicatat orang-orang yang akan mati dari orang yang hidup, ditulis pula yang akan berhaji, tidak ada yang kurang dari catatan itu dan tidak pula satu pun yang lebih. (Fadhailu Ramadhan, Ibnu Abiddunya)
Demikian sebangian hadits dan atsar yang datang mengenai malam Nishfu Syakban, maka marilah kita hidupkan malam ini dengan ibadah dan kebaikan. Jangan biarkan malam ini lewat dengan sia-sia, agar kita tidak menjadi orang yang merugi kelak di akhirat. RA(*)