Posted on 11 August 2025
Lisan adalah nikmat yang agung dari Allah ﷻ, tetapi ia juga merupakan ujian besar bagi manusia. Dengan lisan, seseorang dapat meraih derajat tinggi di sisi Allah dan mendapatkan cinta manusia. Namun, dengan lisan pula, seseorang dapat terjerumus ke dalam kehinaan di dunia dan azab di akhirat.
Betapa banyak orang yang terhormat menjadi hina karena ucapannya, dan betapa banyak persaudaraan yang hancur hanya karena satu kata. Karena itulah para ulama senantiasa mengingatkan agar kita menjaga lisan dari dusta dan ucapan sia-sia. Berikut ini adalah nasihat-nasihat terkait menjaga lisan yang disarikan dari kitab Al-Athiyah Al-Haniyah karya Al-Habib Ali bin Hasan Alathas.
1. Hindari Dusta
قال الحبيب علي بن حسن العطاس في كتابه العطية الهنية:
وَالحَذَرُ كُلُّ الحَذَرِ مِنَ الكَذِبِ؛ فَإِنَّ الكَاذِبَ مَلْعُونٌ بِنَصِّ الكِتَابِ.
Habib ‘Ali mengingatkan: berhati-hatilah, sebaik-baiknya berhati-hati, dari perbuatan dusta. Allah ﷻ telah melaknat para pendusta sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an.
Dusta merusak kehormatan seorang muslim. Orang yang terbiasa berdusta akan hilang keadilannya, ucapannya tidak dipercaya, martabatnya jatuh, kabarnya dianggap bohong, dan dia akan menjadi hina di hadapan manusia.
2. Dusta yang Diremehkan
Habib ‘Ali menegaskan agar kita menghindari segala bentuk dusta, baik serius maupun bercanda, baik saat terjaga maupun dalam mimpi. Termasuk berdusta dengan berkata, “Aku melihat ini”, padahal tidak melihatnya.
Dalam hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ كَذَبَ عَلَى عَيْنِهِ بِمَا لَمْ تَرَهُ كُلِّفَ أَنْ يُعْقِدَ بَيْنَ شَعِيرَتَيْنِ مِنْ نَارٍ
"Siapa yang berdusta pada matanya dengan mengatakan melihat sesuatu yang tidak dilihatnya, maka ia akan dibebani untuk mengikat dua butir gandum dari api."
Beliau ﷺ juga bersabda:
وَمَنْ اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيثِ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ، صُبَّ فِي أُذُنَيْهِ الآنُكُ - وَهُوَ الرَّصَاصُ المُذَابُ
"Barangsiapa mendengar pembicaraan suatu kaum yang mereka tidak menyukainya, akan dituangkan ke dalam telinganya timah cair."
3. Jangan Menjadi Penyebar Berita Dusta
Habib ‘Ali menasihatkan: jangan menceritakan ucapan para pendusta. Sebab, itu akan membuatmu dianggap sama dengan mereka, dan aibnya akan kembali kepadamu.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits shahih riwayat Muslim:
كَفَى بِالمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
"Cukuplah seseorang dianggap berdusta jika ia menceritakan semua yang ia dengar."
Ulama berkata: jika berita datang dari orang terpercaya, orang akan menerimanya; tetapi jika datang dari pendusta, ucapannya akan ditolak, meskipun isinya benar. Maka, pilihlah jalan yang engkau inginkan: jalan kebenaran atau jalan dusta.
4. Diam Lebih Baik daripada Bicara Sembarangan
Habib ‘Ali berkata, secara umum, diam adalah pilihan terbaik dalam banyak keadaan.
Nabi ‘Isa alaihissalam pernah berkata:
إِذَا كَانَ الكَلَامُ مِنْ فِضَّةٍ كَانَ الصَّمْتُ مِنْ ذَهَبٍ
"Jika perkataan itu perak, maka diam itu emas."
Betapa banyak orang celaka karena lisannya. Penyair berkata:
يَمُوتُ الفَتَى مِنْ عَثْرَةٍ بِلِسَانِهِ *** وَلَيْسَ يَخَافُ المَوْتَ مِنْ عَثْرَةِ الرَّجُلِ
فَعَثْرَتُهُ فِي القَوْلِ تَذْهَبُ رَأْسَهُ *** وَعَثْرَتُهُ بِالرِّجْلِ تَبْرَأُ عَلَى مَهَلٍ
"Seorang
pemuda bisa binasa karena tergelincir lisannya,
Sedang ia tak takut mati karena tergelincir kakinya.
Tergelincir dalam ucapan dapat menghilangkan kepalanya,
Sedang tergelincir kaki akan sembuh perlahan."
Dan penyair lain berkata:
اِحْفَظْ لِسَانَكَ أَيُّهَا الإِنسَانُ *** لَا يَلْدَغَنَّكَ إِنَّهُ ثُعْبَانُ
كَمْ فِي المَقَابِرِ مِنْ قَتِيلِ لِسَانِهِ *** كَانَتْ تَهَابُ لِقَاءَهُ الشُّجْعَانُ
"Jagalah
lisanmu, wahai manusia,
Jangan sampai ia menggigitmu, sesungguhnya ia bagaikan ular.
Betapa banyak penghuni kubur yang mati karena lisannya,
Padahal para pemberani pun segan menghadapinya."
5. Lisan: Kecil Bentuknya, Besar Dosanya
Penyair lainnya berkata:
إِنَّ اللِّسَانَ صَغِيرٌ جِرْمُهُ وَلَهُ *** جُرْمٌ كَبِيرٌ كَمَا قَدْ جَاءَ فِي المَثَلِ
فَكَمْ نَدِمْتُ عَلَى مَا كُنْتُ قُلْتُ بِهِ *** وَمَا نَدِمْتُ عَلَى مَا لَمْ أَكُنْ أَقُلِ
"Sesungguhnya
lisan itu kecil ukurannya, tetapi dosanya besar, sebagaimana dalam pepatah.
Betapa sering aku menyesal atas ucapan yang pernah kukatakan,
Namun aku tak pernah menyesal atas apa yang tidak kukatakan."
Rasulullah ﷺ bersabda:
وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
"Bukankah yang menjerumuskan manusia ke dalam neraka di atas wajah mereka adalah hasil panen dari ucapan lisannya?" (HR. Tirmidzi)
Sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu’ anhu pernah meletakkan kerikil di mulutnya untuk menahan diri dari bicara, seraya berkata: "Inilah yang menjerumuskanku ke berbagai kebinasaan", sambil menunjuk lisannya.
6. Hindari Ucapan Yang Sia-Sia
Suatu ketika, ada yang berkata kepada Rasulullah ﷺ bahwa seseorang gugur sebagai syahid dan masuk surga. Beliau ﷺ menjawab:
"Bagaimana kamu tahu? Barangkali dia berbicara tentang hal yang tidak berguna baginya, dan kikir terhadap sesuatu yang tidak merugikannya."
Rasulullah ﷺ juga bersabda dalam hadits yang menjadi kaidah agung dalam Islam:
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
"Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya." (HR. Tirmidzi)
Lisan adalah amanah. Satu kata dapat mengangkat derajatmu di sisi Allah, namun satu kata pula bisa menjerumuskanmu ke neraka. Karena itu, jagalah ucapanmu, jauhi dusta, jangan sembarangan menyebar berita, dan lebih banyaklah diam kecuali untuk kebaikan.RA(*)
* Disarikan nasihat Habib ‘Ali bin Hasan al-‘Aththās dalam kitab al-‘Athiyyah al-Haniyyah