Kalam Salaf : Ridho Menjadikan Allah ﷻ sebagai Tuhan, Islam Sebagai Agama, Dan Muhammad ﷺ Sebagai Nabi
Posted on 03 August 2024
Rasulullah ﷺ bersabda:
ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا
Telah merasakan nikmatnya keimanan seorang yang rela menjadikan Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul. (HR Muslim)
Menjadikan Allah ﷻ sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Nabi Muhammad ﷺ sebagai rasul merupakan dasar kokohnya Iman. Oleh sebab itu perkataan ini termasuk ucapan mula-mula diajarkan para salaf kepada anak-anak yang baru bisa berbicara.
Akan tetapi perkataan tersebut tidak akan banyak memberikan manfaat kecuali bagi orang yang meyakini dengan sebenar-benarnya dan menjalani tuntutan dari ucapan tersebut.
Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab Nashaihud Diniyah menjelaskan apa saja sifat yang harus dimiliki oleh mereka yang meyakini dengan sungguh-sungguh perkataan tersebut.
Kriteria Mukmin Yang Rela Menjadikan Allah sebagai Tuhannya
Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad berkata:
اعلموا معاشر الإخوان أنه من رضي بالله رباً: لزمه أن يرضى بتدبيره واختياره له، وبمرِّ قضائه ، وأن يقنع بما قسمه له من الرزق، وأن يداوم على طاعته، ويحافظ على فرائضه، ويجتنب محارمه، ويكون صابراً عند بلائه، شاكراً لنعمائه، محبَّاً للقائه، راضياً به وكيلاً وولياً وكفيلاً، مخلصاً له في عبادته، ومعتمداً عليه في غيبته وشهادته. لايفزع في المهمات إلا إليه ،ولا يعول في قضاء الحاجات إلا عليه سبحانه وتعالى
Ketahuilah, wahai saudara! Siapa yang telah rela menjadikan Allah ﷻ sebagai Tuhan maka ia wajib memiiki sifat:
- · Rela dengan aturan dan pilihan-Nya
- · Menerima ketentuan takdir-Nya yang pahit
- · Menerima ketentuan pembagian rizki-Nya
- · Selalu taat pada-Nya
- · Menjaga semua yang diwajibkan oleh-Nya
- · Menghindari hal-hal yang diharamkankan-Nya
- · Sabar atas ujian dari-Nya
- · Bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya
- · Rindu untuk bejumpa dengan-Nya
- · Ridho untuk menjadikan Allah sebagai wakil (yang diserahkan segala urusan) penolong serta yang menanggung semua urusannya.
- · Ikhlas dalam beribadah pada-Nya
- · Selalu bersandar pada-Nya baik ketika sendiri maupun saat disaksikan orang lain
- · Tidak berserah secara total dalam segala urusan kecuali kepada-Nya
- · Tidak bersandar dalam memenuhi semua keperluan kecuali kepada -Nya subhanahu wa ta’ala
Kriteria Mukmin Yang Rela Menjadikan Islam sebagai agamanya
Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad melanjutkan:
ومن رضي بالإسلام ديناً: عظَّم حرماتِه وشعائِرَهُ ، ولم يزل مجتهداً فيما يؤكَّده ويزيده رسوخاً واستقامة من العلوم والأعمال ويكون به مغتبطاً،ومن سلبه خائفاً، ولأهله متحرماً ، ولمن كفر به مبغضاً ومعادياً.
Siapa yang rela menjadikan Islam sebagai agamanya maka ia akan memiliki sifat :
- · Mengagungkan semua yang dihormati oleh agama
- · Mengagungkan syiar-syiar agama
- · Selalu berusaha sungguh-sungguh melakukan apa yang dapat memantapkan dan menambah kokoh dalam beragama dan keistiqamahannya baik dengan mempelajari ilmu maupun dengan beramal
- · Sangat sayang kepada agamanya
- · Sangat takut kehilangan agamanya
- · Memuliakan sesama pemeluk agamanya
- · Membenci dan memusuhi orang yang mendustaka agamanya
Kriteria Mukmin Yang Rela Menjadikan
Nabi Muhammad ﷺ
sebagai rasul
Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad melanjutkan:
ومن رضي بمحمد صلَّى الله عليه وآله وسلَّم نبياً :كان به متقدياً ،و بهديه مهتدياً، ولشرعه متبعاً ، وبسنته متمسكاً ولحقه معظماً، ومن الصلاة و السلام عليه مكثراً، ولأهل بيته وأصحابه محباً، وعليهم منرضياً ومترحماً، وعلى أمته مشفقاً ولهم ناصحاً.
Siapa yang rela menjadikan Muhammad ﷺ sebagai nabinya maka ia akan memiliki sifat :
- · Meneladaninya
- · Mengikuti petunjuknya
- · Mengikuti syariatnya
- · Berpegang teguh dengan sunahnya
- · Mengagungkan kemuliaannya
- · Memperbanyak shalawat dan salam kepadanya
- · Mencintai ahlul bait (keluarga) serta sahabatnya, serta mendoakan keridoan dan rahmat bagi mereka
- · Kasih sayang kepada umatnya
- · Mengharapkan kebaikan bagi umatnya
Penutup
Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad menutup pembahasan hal ini dengan ucapan beliau:
فينبغي لك أيها المؤمن : أن تطالب نفسك بتحقيق هذه المعاني التي ذكرناها في معنى قولك : ((رضيت بالله رباً ، وبالإسلام ديناً، وبمحمد نبياً)) وكلف نفسك الاتصاف بها، ولا تقع منها بمجرد القول، فإنه قيل الجدوى، وأن كان لا يخلو عن منفعة. وكذلك فافعل في جميع ما تقوله من الأذكار والأدعية ونحوها
Maka hendaknya engkau sebagai mukmin menuntut dirimu untuk menerapkan hakikat makna-makna yang telah kami sebutkan terkait makna “Aku rela menjadikan Allah sebagai tuhan, Islam sebagi agama, dan Muhammad sebagai Nabi.”
Paksa dirimu untuk menerapkan sifat-sifat itu, jangan sekedar mengucapkan saja, sebab ucapan belaka sedikit manfaatnya, walau tidak kosong dari manfaat.
Demikian pula yang harus engkau lakukan dalam semua ucapanmu berupa dzikir, doa dan semisalnya.
وطالب نفسك بحقائقها والاتصاف بمعانيها، مثل ذلك: أن تكون عند قولك ((سبحان الله)) ممتلئ القلب بتنزيه الله وتعظيمه، وعند قولك ((الحمد لله))ممتلئ القلب بالثناء على الله تعالى وشكره ، وعند قولك ((ربِّ اغفر لي)) ممتلئاً من الرجاء في الله أن يغفر لك، ومن خوفه أن لا يغفر لك ، فقس على ذلك .
Tuntut dirimu untuk menjalani hakikat-hakikat makna tersebut dan menerapkan sifat makna-maknanya.
Misalnya saat kau berkata, “Subhanallah” Mahasuci Allah, hatimu penuh dengan mensucikan Allah dan pengagungannya.
Ketika kau berkata, “Alhamdulillah” Segala puji bagi Allah, hatimu penuh dengan pujian kepada Allah ﷻ dan syukur.
Ketika kau berkata, “Rabbigh Fir li” Tuhan, Ampuni aku. Hatimu penuh dengan harapan Allah akan mengampunimu, dan takut Allah tidak mengampunimu.
Demikian samakankah dzikir lain.
واجتهد في الحضور مع الله، وتدبر معاني ما تقوله، واجتهد في الاتصاف بما يحبه الله منك والاجتناب لما يكرهه .
واصرف نيَّتك إلى أمر القلب والباطن ، فقد قال عليه الصلاة والسلام : ) إن الله لا ينظر إلى صور كم وأعمالكم، وإنما ينظر إلى قلوبكم ونياتكم (
فحقِّق قولك بعملك، وعملك بنيتك وإخلاصك، ونيتك وإخلاصك بتصفيه ضميرك وإصلاح قلبك، فإن القلب هو الأصل وعليه المدار
Berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk menghadirkan hati bersama Allah, dan mentadaburi makna-makna yang kau ucapkan. Berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk bersifat dengan apa yang disukai oleh Allah darimu, dan menghindari apa yang tidak disukai Allah.
Arahkan niatmu untuk memperbaiki urusan hati dan batin. Nabi ﷺ telah bersbda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk fisik dan amal perbuatan kalian, akan tetapi hanya melihat kepada isi hati serta niat-niat kalian.
Raihlah hakikat ucapanmu melalui amalmu, amalmu dengan niatmu, niatmu dengan ikhhlasmu, dan niat serta ikhlasmu dengan membersihkan hatimu dan memperbaiki hatimu, sesungguhnya hati meruoakan inti dan pusatnya. RA(*)