Posted on 14 October 2025
Al-Qur’an adalah cahaya yang tidak pernah padam, keajaiban yang tak tertandingi, dan tali penghubung antara langit dan bumi. Ia bukan hanya bacaan, tetapi Kompas kehidupan, penuntun hati, dan pengangkat derajat.
Imam an-Nawawi membuka kitab At-Tibyan menyebutkan beberapa sisi dari keutamaan membaca Al-Qur’an, mengajarkan serta menghafalnya. Berikut ini beberapa keutamaan yang disebutkan:
1. Al-Qur’an sebagai Perdagangan yang Tak Pernah Rugi
Imam an-Nawawi memulai dengan firman Allah Ta‘ala:
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ * لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ ۚ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah, mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami karuniakan kepada mereka, baik secara sembunyi maupun terang-terangan, mereka itulah yang mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi. Allah akan menyempurnakan bagi mereka pahala dan menambah karunia-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS Fathir: 29-30)
2. Sebaik-baik Umat Ini: Mereka yang Mengajarkan Al-Qur’an
Diriwayatkan dari Sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya. (HR. al-Bukhari)
Hadis ini menunjukkan bahwa tidak ada amal yang menyamai kedudukan orang yang menyibukkan dirinya dengan Al-Qur’an, baik belajar, mengajar, maupun menerapkannya dalam kehidupan.
3. Dua Golongan Pembaca Al-Qur’an
Dari Sayidah Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah ﷺ bersabda:
الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
Orang yang membaca Al-Qur’an dan mahir di dalamnya, maka ia bersama para malaikat yang mulia dan taat; sedangkan orang yang membaca dengan terbata-bata dan terasa berat baginya, ia mendapatkan dua pahala. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Satu pahala karena membaca, dan satu lagi karena kesungguhannya melawan kesulitan.
4. Perumpamaan Orang Beriman dengan Al-Qur’an
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْأُتْرُجَّةِ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ، وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ، لَا رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ، لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ
· Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an itu seperti buah utrujjah (semacam jeruk), aromanya harum dan rasanya lezat.
· Sedangkan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti kurma, tidak memiliki aroma, namun rasanya manis.
· Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an seperti buah raihanah (tanaman yang wangi), aromanya harum, tetapi rasanya pahit.
· Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah hanzhalah (pahit labu padang pasir), tidak beraroma dan rasanya pahit. (HR al-Bukhari dan Muslim)
Perumpamaan ini indah: keimanan tanpa Al-Qur’an ibarat buah tanpa aroma, sementara Al-Qur’an tanpa iman ibarat harum yang menipu lidah pahitnya.
5. Al-Qur’an: Pengangkat Derajat
Dari Sahabat Umar bin al-Khaṭṭab radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكَلَامِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
Sesungguhnya Allah meninggikan derajat suatu kaum dengan (Al-Qur’an) ini, dan merendahkan yang lain dengannya. (HR. Muslim)
Al-Qur’an adalah timbangan kehormatan. Siapa yang mengamalkannya, Allah akan angkat derajatnya; dan siapa yang berpaling, maka Allah akan hinakan.
6. Al-Qur’an sebagai Syafaat di Hari Kiamat
Dari Sahabat Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
اقْرَؤُوا الْقُرْآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari Kiamat memberi syafaat bagi para pembacanya. (HR. Muslim)
7. Dua Jenis Manusia Yang Pantas Membuat Iri
Dari Sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ، فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا، فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ
Tidak boleh ada rasa iri (yang terpuji)
kecuali terhadap dua orang:
(1) seseorang yang dianugerahi oleh Allah Al-Qur’an, lalu ia membacanya dan
mengamalkannya di waktu malam dan siang;
(2) dan seseorang yang dianugerahi oleh Allah harta, lalu ia menginfakkannya di
waktu malam dan siang.(HR.
al-Bukhari dan Muslim)
Yang dimaksud “hasad/iri” di sini adalah ghibthah, yaitu keinginan untuk memiliki kebaikan yang sama tanpa berharap nikmat itu hilang dari saudaranya.
8. Setiap Huruf Bernilai Sepuluh Pahala
Dari Sahabat Ibnu Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى فَلَهُ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ: الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلَامٌ حَرْفٌ، وَمِيمٌ حَرْفٌ
Barang siapa membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur’an), maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif lam mim itu satu huruf, tetapi: alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf. (HR. at-Turmudzi, hadits hasan shahih)
9. Al-Qur’an Lebih Utama dari Segala Dzikir
Dari Sahabat Abu Sa‘id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: مَنْ شَغَلَهُ الْقُرْآنُ وَذِكْرِي عَنْ مَسْأَلَتِي أَعْطَيْتُهُ أَفْضَلَ مَا أُعْطِي السَّائِلِينَ، وَفَضْلُ كَلَامِ اللَّهِ عَلَى سَائِرِ الْكَلَامِ كَفَضْلِ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ
Allah ta’ala berfirman: “Barang siapa yang disibukkan oleh (membaca) Al-Qur’an dan mengingat-Ku hingga tidak sempat berdoa dan meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya sesuatu yang lebih utama daripada apa yang Kuberikan kepada para peminta. Dan keutamaan kalām Allah (Al-Qur’an) dibandingkan seluruh perkataan makhluk adalah seperti keutamaan Allah atas seluruh ciptaan-Nya (HR. at-Turmudzi, hadits hasan gharib)
Mereka yang sibuk dengan Al-Qur’an hingga lupa berdoa, akan diberi oleh Allah sesuatu yang lebih baik dari doa itu sendiri.
10. Jiwa Akan Menjadi Kosong Tanpa Al-Qur’an
Dari Sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi ﷺ bersabda:
إِنَّ الَّذِي لَيْسَ فِي جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ كَالْبَيْتِ الْخَرِبِ
Sesungguhnya orang yang di dalam hatinya tidak ada sedikit pun dari Al-Qur’an, bagaikan rumah yang hancur. (HR. at-Turmudzi, hasan shahih)
Hati tanpa Al-Qur’an adalah hati kosong, tak ada kehidupan, tak ada cahaya.
11. Kemuliaan Bagi Penghafal Al-Qur’an di Akhirat
Dari Sahabat Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi ﷺ bersabda:
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ: اقْرَأْ وَارْقَ، وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا، فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
Akan dikatakan kepada orang yang bersahabat dengan Al-Qur’an (yakni yang membaca, menghafal, dan mengamalkannya): “Bacalah (Al-Qur’an), dan naiklah (ke derajat-derajat surga), serta bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu (di surga) berada pada ayat terakhir yang engkau baca.” (HR. Abu Dawud, at-Turmudzi, al-Nasa’I, hadits hasan shahih)
Semakin banyak hafalannya, semakin tinggi derajatnya di surga, hingga berhenti di ayat terakhir yang mampu ia baca.
12. Mahkota untuk Orang Tua Penghafal Al-Qur’an
Dari Sahabat Mu‘adz bin Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَعَمِلَ بِمَا فِيهِ أَلْبَسَ اللَّهُ وَالِدَيْهِ تَاجًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ضَوْؤُهُ أَحْسَنُ مِنْ ضَوْءِ الشَّمْسِ فِي بُيُوتِ الدُّنْيَا، فَمَا ظَنُّكُمْ بِالَّذِي عَمِلَ بِهَذَا
“Barang siapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya, maka Allah akan mengenakan kepada kedua orang tuanya mahkota pada hari kiamat, yang cahayanya lebih indah daripada sinar matahari yang menyinari rumah-rumah di dunia. Maka bagaimana menurut kalian tentang kemuliaan orang yang benar-benar mengamalkan Al-Qur’an itu sendiri? (HR. Abu Dawud)
Kemuliaan Al-Qur’an tak hanya bagi pembacanya, tapi juga bagi orang tua yang menanamkan kecintaan terhadapnya.
13. Hati yang Hafal Al-Qur’an Tidak Akan Diazab
Dari Sahabat Abdullah bin Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
اقْرَؤُوا الْقُرْآنَ، فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُعَذِّبُ قَلْبًا وَعَى الْقُرْآنَ، وَإِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ مَأْدُبَةُ اللَّهِ، فَمَنْ دَخَلَ فِيهِ فَهُوَ آمِنٌ، وَمَنْ أَحَبَّ الْقُرْآنَ فَلْيُبْشِرْ
Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Allah tidak akan menyiksa hati yang telah menghimpun Al-Qur’an. Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah jamuan (hidangan) Allah. Maka siapa yang memasukinya (mengambil bagian darinya) berarti ia berada dalam keamanan. Dan siapa yang mencintai Al-Qur’an, maka bergembiralah ia. (HR ad-Darimi)
Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah pernah ditanya:
“Mana yang lebih engkau sukai, orang yang berperang di jalan Allah atau yang membaca Al-Qur’an?”
Beliau menjawab:
“Yang membaca Al-Qur’an. Karena Nabi ﷺ telah bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Demikianlah keagungan para penghimpun al-Qur’an yakni pembawa, penghafal, dan pengamal Kalamullah. Semoga kita dijadikan hamba yang selalu dekat dengan Al-Quran dan mengamalkan isinya dengan sempurna. Aamiin ya robbal alamiin. RA(*)