Kalam Salaf : Seni Berinteraksi Dengan Kerabat dan Orang Lain

Posted on 11 August 2025


Berdasarkan nasihat Habib ‘Ali bin Hasan al-‘Aththas dalam kitab al-‘Athiiyyah al-Haniyyah wal-Washiyyah al-Mardhiyyah

 

1. Bersabar Menghadapi Sikap Manusia

Al-Habib Ali bin Hasan menuturkan dalam kitabnya tersebut:

وَعَلَيْكَ بِالصَّبْرِ عَلَى جَفَاءِ الجَافِينَ، وَإِحْفَاءِ المُحَافِّينَ، لَا سِيَّمَا القَرَابَةُ، ثُمَّ الأَصْهَارُ، ثُمَّ الجَارُ، ثُمَّ المُعَامِلُ، ثُمَّ المَعَارِفُ، ثُمَّ صَاحِبُ البَلَدِ؛ فَإِنَّكَ تَرَى مِنْ هَؤُلَاءِ فِي غَالِبِ الأَحْوَالِ مَا لَا يَسُرُّكَ، فَافْعَلْ أَنْتَ مَعَهُمْ مَا لَا يَضُرُّكَ، بَلْ يَزِيدُ فِي رِفْعَةِ قَدْرِكَ، خُصُوصًا العَشِيرَةَ، وَالأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ مِنَ الحُمَّةِ النَّسَبِ، فَإِنِ اسْتَطَعْتَ المُزَاوَرَةَ دُونَ المُجَاوَرَةِ فَافْعَلْ، فَبِهَذَا وَرَدَ الحَدِيثُ.

Habib ‘Ali menasihatkan agar kita bersabar atas kekasaran orang-orang yang bersikap keras, dan juga terhadap mereka yang berlebihan dalam meminta. Ujian ini sering datang dari orang-orang terdekat: mulai dari kerabat, ipar, tetangga, rekan kerja, kenalan, hingga sesama penduduk negeri. Seringkali kita akan menemui hal yang tidak menyenangkan hati. Balaslah dengan sesuatu yang tidak merugikanmu, bahkan akan mengangkat derajatmu di sisi Allah dan manusia.

Khususnya terhadap keluarga besar dan kerabat sedarah, usahakan menjaga silaturahmi dengan cara yang sehat—bila perlu kunjungi tanpa harus tinggal berdekatan, agar kasih sayang tetap terjaga dan gesekan dapat dihindari.

 

2. Menghindari Perkumpulan yang Memicu Perselisihan

وَوَرَدَ أَيْضًا: اجْتَنِبُوا مَجَالِسَ العَشِيرَةِ

فَإِنِ ابْتُلِيتَ بِالمُزَاحَمَةِ دُونَ المُرَاحَمَةِ، فَعَلَيْكَ ثُمَّ عَلَيْكَ بِالصَّبْرِ، وَهُوَ الحِلْمُ عَنِ الزَّلَّاتِ، وَالعَفْوُ عَنِ العَثَرَاتِ، وَلُزُومُ المُدَارَاةِ، وَتَرْكُ المُمارَاةِ وَالمُبَارَاةِ.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, "Jauhilah perkumpulan keluarga besar", karena sering kali di dalamnya timbul perkumpulan tanpa tanpa kasih sayang. Namun jika terpaksa berada di dalamnya, bersabarlah: tahan amarah saat melihat kekeliruan, maafkan kesalahan, dan tetaplah bersikap ramah. Tinggalkan perdebatan dan adu gengsi, karena hal itu hanya merusak hati.

 

3. Hikmah tentang Seni Bergaul

مَا دُمْتَ حَيًّا فَدَارِ النَّاسَ كُلَّهُمْ *** فَإِنَّمَا أَنْتَ فِي دَارِ المُدَارَاةِ
مَنْ يَدْرِ دَارَى وَمَنْ لَمْ يَدْرِ سَوْفَ يُرَى *** عَمَّا قَلِيلٍ قَرِينًا لِلنَّدَامَاتِ

Selama engkau hidup, bersikaplah ramah pada semua orang, Karena dunia ini adalah tempatnya bersikap ramah.

Siapa yang pandai bergaul akan bersikap ramah. Sedang yang tak pandai akan segera menjadi sahabat penyesalan.

Penjelasan:
Bergaul dengan baik adalah seni yang membutuhkan kesabaran dan kelapangan dada. Orang yang mampu bersikap bijak akan selamat dari banyak permusuhan, sedangkan yang keras hati akan terjerumus dalam penyesalan.

 

4. Tabayyun: Menahan Diri dari Sikap Gegabah

وَإِذَا بَلَغَكَ عَنْ إِنْسَانٍ أَمْرٌ، وَنُقِلَ إِلَيْكَ مِنْهُ قَوْلٌ مِمَّا يُؤْذِيكَ أَوْ يَنْقُصُكَ؛ فَلَا تُبَادِرْ إِلَى المُكَافَأَةِ وَصُدُورِ المُجَافَاةِ مِنْ غَيْرِ تَثَبُّتٍ، فَإِنَّ الغَالِبَ عَلَى غَالِبِ النَّاسِ فِي هَذَا الزَّمَانِ التَّزْوِيرُ وَالبُهْتَانُ، وَنَقْلُ مَا شَانَ دُونَ مَا زَانَ.

Jika sampai kepadamu berita tentang seseorang, atau ucapan yang dinisbatkan kepadanya yang menyakitimu, jangan tergesa membalas atau memutus hubungan tanpa memastikan kebenarannya. Di zaman ini, fitnah dan kebohongan lebih sering disebarkan daripada kebenaran; kesalahan lebih sering diberitakan daripada kebaikan. Karena itu, seorang mukmin wajib berhati-hati.

 

5. Dalil Al-Qur’an tentang Tabayyun

وَقَدْ قَالَ المَلِكُ الدَّيَّانُ يُخَاطِبُ أَهْلَ الإِيمَانِ:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

"Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka telitilah (tabayyun), agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum karena kebodohan, yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu." (QS. Al-Hujurat: 6)

Ayat ini adalah pedoman agar kita tidak gegabah dalam bertindak berdasarkan kabar yang belum jelas, demi menjaga kehormatan orang lain dan keselamatan diri kita dari penyesalan.RA(*)