Keagungan Nama "Allah" Nama Teragung yang Tidak Tertandingi

Posted on 05 August 2025



Nama "Allah" adalah nama yang paling utama di antara seluruh Asmaul Husna. Banyak ulama terkemuka dan para imam yang mulia telah menegaskan bahwa nama ini adalah Ismullah al-A‘dzam —Nama Allah Yang Teragung— yang apabila digunakan dalam doa, akan dikabulkan, dan apabila digunakan dalam permohonan, akan diberi.

Namun perlu dicatat: jika suatu doa dengan menyebut nama "Allah" belum juga dikabulkan, maka bukan karena nama itu kurang mulia, tetapi karena doa tersebut belum memenuhi syarat-syarat diterimanya doa. Di antaranya Adalah makanan yang halal, serta hati harus sepenuhnya tertuju kepada Allah tanpa menyimpan keterikatan pada selain-Nya.

Oleh sebab itu, salah seorang ulama pernah terkait Ismullah al-A‘dzam, ia menjawab:

هو الله بشرط ان تذكر الله و ليس فى قلبك الا الله

" Ismullah al-A‘dzam Adalah Allah, tapi dengan syarat ketika engkau menyebut-Nya, tidak ada di hatimu kecuali Allah semata."

Perkataan ini menunjukkan bahwa ikhlas dan pengosongan hati dari selain Allah adalah salah satu syarat dikabulkannya doa.

Nama "Allah" dalam Al-Qur’an dan Keistimewaannya

Sebagian ulama mengatakan bahwa nama "Allah" disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 2.360 kali, lebih banyak dari seluruh nama lainnya. Keagungannya terletak pada hakikat bahwa nama ini adalah ‘alam (penunjuk Dzat), bukan sekadar nama yang menunjukkan sifat. Semua Asmaul Husna yang lain, seperti Ar-Rahman, Al-‘Alim, Al-Ghafur, adalah nama-nama sifat, sedangkan "Allah" adalah nama Dzat.

Perbedaan ini sangat besar: nama sifat bisa dimiliki lebih dari satu dzat, tetapi "Allah" hanya dimiliki oleh satu Dzat, dan tidak bisa dibagi atau disematkan pada yang lain.

Rahasia Huruf-Huruf dalam Nama "Allah"

Nama "Allah" juga memiliki keunikan yang luar biasa dalam susunan huruf-hurufnya. Bahkan jika huruf-hurufnya dihapus satu per satu, maknanya tetap mengacu kepada Allah. Inilah keistimewaan yang tidak dimiliki oleh nama-nama lainnya. Perhatikan rahasia berikut:

  • Jika alif dihapus, maka yang tertinggal adalah "لله" (lillāh) — artinya: "milik Allah".

  • Jika salah satu huruf lam dihapus, maka terbentuk kata "إله" (ilah) — artinya: "tuhan".

  • Jika kedua huruf lam dihapus, maka menjadi "آه" — ini adalah salah satu Nama Allah menurut sebagian ulama.

  • Jika alif dan lam pertama dihapus, maka yang tertinggal adalah "له" (lahu) — artinya: "milik-Nya".

  • Jika alif dan kedua lam dihapus, maka tersisa "هو" (huw) — salah satu nama Allah yang berarti "Dia".

Dengan segala bentuknya, lafaz "الله" tetap merujuk kepada Dzat Yang Maha Suci dan tidak bisa dipalingkan ke makna selain-Nya.

Seorang ulama besar, Syekh Muhammad Wafa’ Afandi Ar-Rifa‘I rahimahullah, mengungkapkan dalam bait-bait indahnya:

تَناسَقَتْ أَحْرُفُ الْجَلَالَةِْ *** أَرْبَعَةٌ لِلْبُدُورِ هَالَهْ

 

Tersusun indah huruf-huruf Jalalah. Empat huruf, bagai cahaya yang mengitari purnama.

فَوَاحِدًا إِنْ حَذَفْتَ صَارَتْ*** لِلَّهِ فِي الرَّسْمِ لَا مَحَالَهْ

Jika kau hapus satu huruf darinya.  Tersisa "Lillah", (Nama itu tetap) untuk Allah dalam tulisan—tanpa keraguan..

وَثَانِيًا إِنْ حَذَفْتَ تَبْقَى *** لَهُ وَقَدْ أَثْبَتَتْ كَمَالَهْ

Jika huruf kedua kau hilangkan. Tersisa “Lahu”,dan lafaz itu pun tetap menegaskan kesempurnaan-Nya.

وَثَالِثًا إِنْ حَذَفْتَ كَانَتْ *** هُوِيَّةً حَقَّقَتْ جَلَالَهْ

Jika huruf ketiga kau hapus. Tersisalah “Huw”— yang meetapkan keagungan-Nya.

اللَّهُ، اللَّهُ، لَا سِوَاهُ*** فَدِنْ بِذَا، فَالْجَمِيعُ آلَهْ

Allah... Allah... tiada tuhan selain-Nya.Berpeganglah padanya, semua hanyalah hamba-Nya.

Nama yang Tidak Dimiliki Selain Allah

Satu keistimewaan lain dari nama "Allah" adalah bahwa tidak satu pun makhluk pernah diberi nama ini. Bahkan Allah sendiri mengkhususkan nama ini hanya untuk-Nya. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا

"Adakah engkau mengetahui ada yang serupa dengan-Nya (yang bernama seperti-Nya)?" (QS Maryam: 65)

Imam Fakhruddin Ar-Razi menjelaskan bahwa maksud ayat ini adalah:

ٱلْمُرَادُ أَنَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَيْسَ لَهُ شَرِيكٌ فِي ٱسْمِهِ

Yang dimaksud adalah bahwa Dia subhanahu wa ta’ala tidak memiliki sekutu dalam nama-Nya.

 

Meskipun kata “tuhan (ilah)” bisa saja digunakan oleh kaum musyrik untuk menyebut berhala mereka. Tapi mereka tidak pernah menyebutnya dengan "Allah".

Maka, "Allah" bukan hanya nama tapi adalah satu-satunya nama diri Dzat yang berhak disembah, Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Nama yang mencakup semua nama, dan memayungi semua sifat kesempurnaan. RA(*)


sumber: Kitab Dhous Syams