Kecerdasan dan Kewaspadaan Nabi ﷺ

Posted on 06 September 2025



Salah satu aspek agung dalam kehidupan Rasulullah adalah kesempurnaan akalnya yang tercermin dalam kewaspadaan (يقظة). Kecerdasan beliau bukan hanya pada tataran teori, tetapi terlihat nyata dalam strategi menghadapi musuh, mengantisipasi makar, serta menjaga keamanan umat.

Belajar Bahasa Musuh: Antisipasi dan Proteksi

Diriwayatkan bahwa Rasulullah memerintahkan sahabat Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu untuk mempelajari tulisan dan bahasa Yahudi. Tujuannya jelas: mengantisipasi makar dan tipu daya mereka. Dari sinilah muncul ungkapan terkenal:

من تعلم لغة قوم أمن مكرهم

“Barang siapa mempelajari bahasa suatu kaum, ia akan aman dari makar mereka.”

Langkah ini menunjukkan bahwa Islam sejak awal mendorong umatnya untuk terbuka terhadap ilmu, termasuk mempelajari bahasa asing, bukan sekadar demi komunikasi, melainkan juga sebagai strategi perlindungan dan kekuatan.

Intelijen dalam Perang

Pada Perang Badar dan Khandaq (al-Aḥzab), Nabi mengutus orang untuk menyelidiki jumlah pasukan musuh dan perlengkapan mereka. Hal ini membuktikan bahwa kewaspadaan beliau bukanlah sikap paranoid, melainkan strategi matang berbasis informasi akurat.

Bahkan dalam Perang Khandaq, beliau mengutus Nu‘aim bin Mas‘ud al-Asyja‘i radhiyallahu anhu untuk memecah belah barisan musuh. Rasulullah bersabda kepadanya:

خَذِّلْ عَنَّا إِنِ اسْتَطَعْتَ، فَإِنَّ الْحَرْبَ خُدْعَةٌ

“Lemahkan kekuatan mereka sejauh yang engkau mampu, karena perang itu adalah tipu daya.”

Di sini tampak jelas strategi Nabi : bukan hanya menghadapi musuh dengan senjata, tetapi juga dengan kecerdikan, diplomasi, dan siasat.

Menyembunyikan Strategi demi Menjaga Darah Umat

Nabi kerap menyamarkan rencana perangnya agar musuh tidak dapat membaca strategi beliau. Langkah ini bukan sekadar tipu muslihat, melainkan upaya untuk meminimalisasi korban jiwa. Dengan cara ini, banyak peperangan dapat dimenangkan dengan kerugian minimal di pihak kaum muslimin.

Kewaspadaan Rasulullah mengajarkan kepada umat Islam hari ini bahwa iman tidak berarti lengah. Tauhid sejati justru menuntut kita untuk bertindak cerdas, penuh strategi, dan waspada terhadap ancaman. Dalam bahasa kontemporer, beliau bukan hanya seorang nabi, tetapi juga pemimpin strategis, ahli intelijen, dan komunikator ulung yang memadukan iman dengan kecerdasan praktis.

Di era global dengan persaingan ideologi, ekonomi, hingga teknologi, semangat yaqazah Nabi menuntun kita untuk:

  • Menguasai bahasa asing dan teknologi, demi perlindungan dan kekuatan.

  • Mengedepankan strategi berbasis informasi, bukan sekadar semangat emosional.

  • Menggunakan kecerdasan diplomasi untuk meredam konflik dan menyelamatkan nyawa.

Semua ini menunjukkan bahwa kesempurnaan akal Rasulullah tidak hanya terwujud dalam ilmu dan hikmah, tetapi juga dalam kewaspadaan dan strategi nyata menghadapi musuh. Beliau adalah teladan abadi dalam memadukan iman dengan kecerdikan, spiritualitas dengan strategi, dan cinta damai dengan kesiapan menghadapi ancaman.

ويتجلى كمال عقله الشريف ﷺ في يقظته مع المتعدين له بالعداوة وأخذه بأنواع الحذر منهم...

“Kesempurnaan akal mulia Nabi tampak dalam kewaspadaan beliau menghadapi para musuh, dengan mengambil segala bentuk kehati-hatian dari makar mereka.RA(*)

*Disadur dari kitaلا Al-Insanul Kamil, karya Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki