Posted on 13 August 2025
Berbakti kepada orang tua adalah salah satu kewajiban agung dalam Islam, yang tidak dapat dipungkiri oleh hati yang masih memiliki akal sehat. Tidak ada pemberi nikmat setelah Allah ﷻ yang lebih besar jasanya bagi seorang hamba selain kedua orang tuanya.
Seorang ibu telah menanggung beban berat selama mengandung, menghadapi rasa sakit yang luar biasa saat melahirkan, berjaga di malam hari demi anaknya, mengorbankan kesenangan pribadinya, bahkan mendahulukan kepentingan anak di atas dirinya dalam segala keadaan.
Ayah pun turut memiliki andil besar, mulai dari menjadi sebab keberadaan anak, mencurahkan kasih sayang, mendidik, mencari nafkah, hingga melindungi dan menafkahinya.
Seorang yang berakal tentu memahami hak orang yang berbuat baik kepadanya, lalu berusaha membalas kebaikan itu. Mengabaikan jasa pemberi nikmat adalah sifat tercela, terlebih jika dibalas dengan keburukan.
Namun, hendaknya setiap anak sadar: seberapa besar pun ia berbakti, ia tidak akan mampu melunasi hak kedua orang tuanya.
Diriwayatkan bahwa seorang lelaki datang kepada Sayyidina ‘Umar radhiyallahu ‘anhu dan berkata:
"Wahai Amirul Mukminin, ibuku telah tua renta. Ia tidak dapat memenuhi kebutuhannya kecuali di atas punggungku. Aku memandikannya, mengurus kebutuhannya, dan menundukkan pandanganku darinya. Apakah aku telah membalas jasanya?"
Sayidina ‘Umar menjawab: "Tidak."
Lelaki itu berkata: "Bukankah aku telah memikulnya di punggungku dan menahan diriku untuknya?"
Sayidina ‘Umar berkata: "Dia dahulu melakukan itu untukmu sambil berharap engkau tetap hidup, sedangkan engkau melakukannya sambil berharap ia segera tiada."
Demikian pula Sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah ditanya oleh seorang lelaki yang telah menggendong ibunya dari Khurasan hingga menunaikan manasik haji:
"Apakah aku telah membalas jasanya?"
Beliau menjawab: "Tidak, bahkan tidak setara dengan satu kali sakit saat melahirkannya."
Perintah Al-Qur’an untuk Berbakti
Allah ﷻ berfirman:
وَقَضى رَبُّكَ أَلّا تَعبُدُوا إِلّا إِيّاهُ وَبِالوَالِدَينِ إِحساناً إِمّا يَبلُغَنَّ عِندَكَ الكِبَرَ أَحَدُهُما أَو كِلاهُما فَلا تَقُل لَهُما أُفٍّ وَلا تَنهَرهُما وَقُل لَهُما قَولاً كَريماً وَاخفِض لَهُما جَناحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحمَةِ وَقُل رَبِّ ارحَمهُما كَما رَبَّياني صَغيراً
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua. Jika salah satu di antara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah membentak mereka. Ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang, dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’"(QS Al-Isra’: 23-24)
Ayat ini menunjukkan bahwa birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) adalah kewajiban langsung setelah tauhid. Allah ﷻ bahkan memerintahkan untuk berbicara dengan lemah lembut, tidak mengeluarkan ucapan yang menyakitkan hati, apalagi membentak.
Hadis-Hadis Nabi ﷺ tentang Berbakti
1. Ketaatan kepada orang tua lebih utama daripada jihad tanpa izin mereka
Ketika seorang lelaki meminta izin kepada Nabi ﷺ untuk berjihad, beliau bertanya:
أحي والداك؟ قال: نعم. قال: « ففيهما فجاهد
"Apakah kedua orang tuamu masih hidup?" Lelaki itu menjawab: "Ya." Beliau bersabda: "Maka pada keduanya engkau berjihad." (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Amal yang paling dicintai Allah
Sahabat ‘Abdullah bin Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
سَأَلْتُ رَسولَ اللَّهِ ﷺ: أَيُّ العَمَلِ أَحَبُّ إِلى اللَّهِ؟ قالَ: الصَّلاةُ علَى وَقْتِها. قُلتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قالَ: بَرُّ الوالِدَيْنِ. قُلتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قالَ: الجِهادُ في سَبيلِ اللَّهِ »
Aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ: Amalan apakah yang paling dicintai Allah?
Beliau menjawab: ‘Shalat tepat pada waktunya.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian
apa?’ Beliau menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi:
‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab: ‘Jihad di jalan Allah.’"
(HR. Bukhari dan Muslim)
3. Berbakti menambah umur dan rezeki
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ، وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ، وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung silaturahmi."(HR. Ahmad)
Hikmah Berbakti kepada Orang Tua
Berbakti kepada orang tua bukan sekadar kewajiban syariat, tetapi ia juga merupakan jalan menuju keberkahan hidup, ketenteraman hati, dan kesuksesan dunia-akhirat. Rasulullah ﷺ mengaitkan keridaan Allah dengan keridaan orang tua.
Dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
«رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
"Keridaan Allah tergantung pada keridaan orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan orang tua."(HR. Tirmidzi)
Hadits ini mengajarkan bahwa setiap langkah hidup seorang anak akan diberkahi jika ia membuat orang tuanya ridha. Sebaliknya, durhaka kepada mereka berarti menutup pintu keberuntungan dan membuka pintu musibah.
Bahkan, doa kedua orang tua kepada anaknya adalah doa yang mustajab — bisa menjadi berkah atau bencana yang menimpa, tergantung sikap sang anak.
Hubungan Birrul Walidain dan Keberkahan Hidup
Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa berbakti kepada orang tua bukan hanya berpahala besar di akhirat, tetapi juga membawa keberkahan nyata di dunia. Beliau ﷺ bersabda:
مَنْ بَرَّ وَالِدَيْهِ طُوبَى لَهُ، زَادَ اللهُ فِي عُمْرِهِ
Siapa yang berbakti kepada kedua orang tuanya, maka beruntunglah ia, dan Allah akan menambah umurnya." (HR. Al-Hakim)
Dalam riwayat lain:
لَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ، وَلَا يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلَّا الدُّعَاءُ
"Tidak ada yang dapat menambah umur kecuali berbakti (kepada orang tua), dan tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa." (HR. Ibnu Majah)
Para ulama menjelaskan bahwa penambahan umur yang dimaksud bisa bermakna secara hakiki — Allah benar-benar menambah umur seseorang — atau secara maknawi — Allah memberkahi hidupnya sehingga ia mampu melakukan banyak kebaikan dalam waktu yang diberikan.
Berbakti kepada orang tua adalah ibadah yang menggabungkan hak Allah dan hak manusia. Ia adalah amalan yang bisa membuka pintu surga, bahkan tanpa melewati medan jihad, selama dilaksanakan dengan ikhlas. Rasulullah ﷺ bersabda:
الوَالِدُ أوْسَطُ أبْوَابِ الجَنّةِ" فَإن شِئْتَ فَأضِعْ ذلكَ البابَ أو احفَظْهُ
Orang tua adalah pintu-pintu paling baik menuju surga. Jika engkau mau, sia-siakanlah pintu itu, dan jika engkau mau, jagalah pintu itu. (HR. Tirmidzi)
Maka, siapa yang ingin menggapai keberkahan hidup, umur yang panjang, rezeki yang lapang, dan akhir yang bahagia — hendaklah ia menjadikan birrul walidain sebagai jalan hidupnya. Sebab, ridha orang tua adalah ridha Allah, dan doa mereka adalah kunci segala kebaikan. RA(*)