Kesempurnaan Akal Nabi Muhammad ﷺ

Posted on 03 September 2025



Dalam sejarah manusia, tidak ada anugerah yang lebih mulia daripada akal. Akal adalah sumber kebijaksanaan, asal dari segala akhlak yang luhur, dan cahaya yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Melalui akal, lahir budi pekerti, terpelihara kehormatan, dan terbimbing jalan menuju kebenaran.

Akan tetapi, jika seluruh akal manusia dari awal hingga akhir zaman dikumpulkan, tetap tidak akan sebanding dengan kesempurnaan akal Nabi Muhammad .

Akal yang Menyelamatkan

Dalam hadis tentang keislaman Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu, Nabi menyambutnya dengan wajah berseri, lalu bersabda:

الحمدُ للهِ الذي هداك، قد كنتُ أرى لك عقلاً رجوتُ أن لا يُسْلِمَكَ إلا إلى الخير

“Segala puji bagi Allah yang telah memberimu hidayah. Aku dahulu melihat padamu akal yang sehat, dan aku berharap akal itu tidak akan menyeretmu kecuali kepada kebaikan.”

Hadis ini menegaskan bahwa akal adalah kendaraan menuju iman, dan Nabi adalah teladan akal yang menyelamatkan.

Fitrah yang Tersinari Wahyu

Diriwayatkan oleh at-Thabarani dari Qurrah bin Hubairah radhiyallahu ‘anhu, ketika ia mengisahkan bagaimana kaumnya dahulu menyembah tuhan-tuhan selain Allah, Nabi menjawab:

قد أفلحَ مَن رُزِقَ لُبًّا

“Sungguh beruntung orang yang dikaruniai akal yang jernih.”

Di sini, Rasulullah menegaskan bahwa keberuntungan sejati tidak diukur dengan kekayaan atau kekuasaan, melainkan dengan akal yang sehat yang mampu membedakan kebenaran dari kesesatan.

Sumpah Ilahi atas Kesempurnaan Akal Nabi

Allah sendiri menegaskan kemuliaan akal Nabi dalam firman-Nya:

نٓ وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ * مَا أَنتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ

Nun, demi kalam (pena) dan apa yang mereka tulis. Berkat ni’mat Rabbmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. (QS. Al-Qalam: 1–2)

Allah bersumpah dengan pena – simbol ilmu dan catatan wahyu – bahwa Nabi Muhammad bukanlah gila, sebagaimana dituduhkan kaum kafir. Sebaliknya, beliau adalah pemilik akal paling sempurna, pemikiran paling jernih, dan kebijaksanaan paling luhur.

Bagaimana mungkin beliau dianggap gila, sementara justru kepadanya diturunkan wahyu yang merangkum seluruh ilmu, hikmah yang melampaui segala hikmah, serta risalah yang menjadi penutup semua risalah?

Kesaksian Ulama Salaf

Seorang tabi‘in terkemuka, Wahb bin Munabbih, yang dikenal sebagai ahli kitab-kitab terdahulu, berkata:

“Aku membaca dalam tujuh puluh satu kitab, dan aku mendapati di semuanya: sesungguhnya Allah tidak memberikan kepada seluruh manusia sejak awal hingga akhir zaman akal yang lebih sempurna dibanding akal Muhammad .”

Ini adalah pengakuan bahwa kesempurnaan akal Nabi diakui bukan hanya dalam tradisi Islam, tetapi juga dalam jejak pewahyuan sebelumnya.

Jejak Kesempurnaan Akal Nabi

Kesempurnaan akal Rasulullah nyata dalam berbagai peristiwa:

1.     Mendidik dengan logika yang lembut

Seorang pemuda datang meminta izin berzina. Nabi tidak menegurnya dengan kasar, tetapi bertanya:

“Apakah engkau rela jika ibumu, saudaramu, atau anak perempuanmu diperlakukan demikian?”

Pemuda itu menjawab: “Tidak.” Maka Nabi berkata: “Begitu pula orang lain tidak rela.” Seketika pemuda itu bertobat.

2.     Meredakan konflik kabilah dalam sengketa Hajar Aswad

Ketika kabilah-kabilah Quraisy hampir berperang karena berebut kehormatan meletakkan Hajar Aswad, Nabi menyelesaikannya dengan solusi sederhana: meletakkannya di atas kain, lalu meminta setiap kabilah memegang sisi kain itu, dan beliau sendiri meletakkannya di tempatnya. Sebuah keputusan yang memadamkan api pertumpahan darah.

3.     Memenangkan debat dengan hujjah rasional.

Beliau menghadapi Yahudi, Nasrani, dan penyembah berhala dengan argumentasi tajam, adil, dan rasional. Beliau bukan hanya seorang yang diberi wahyu, tetapi juga pemilik akal yang cemerlang untuk menyampaikannya.

Kesempurnaan akal Nabi adalah jaminan bagi risalahnya. Beliau tidak mungkin membawa wahyu yang mencakup segala ilmu jika tidak ditopang akal yang jernih, sehat, dan agung. Oleh sebab itu, Allah menegaskan:

مَا أَنتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ

Berkat ni’mat Rabbmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. (QS. Al-Qalam: 2)

Kalimat ini bukan sekadar bantahan terhadap tuduhan orang kafir, tetapi pengakuan Ilahi bahwa Nabi Muhammad adalah pemilik akal paling sempurna dalam sejarah manusia.RA(*)

*Sumber Al-Insanul Kamil karya Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki