Kesempurnaan dan Keindahan Paras Rasulullah ﷺ

Posted on 25 August 2025



Imam al-Bushiri rahimahullah berkata:

فَهُوَ الَّذِي تَمَّ مَعْنَاهُ وَصُورَتُهُ *** مُنَزَّهٌ عَنْ شَرِيكٍ فِي مَحَاسِنِهِ

ثُمَّ اصْطَفَاهُ حَبِيبًا بَارِئُ النَّسَمِ *** فَجَوْهَرُ الْحُسْنِ فِيهِ غَيْرُ مُنْقَسِمِ

“Dialah yang sempurna makna dan rupanya. Disucikan dari sekutu dalam keindahannya.
Kemudian Sang Pencipta jiwa memilihnya sebagai kekasih, dan inti keelokan tak terbagi ada padanya.”

Imam al-Qurṭubi berkata:
"Tidak tampak kepada kita seluruh keelokan beliau , karena jika seluruh keindahannya tampak, niscaya mata kita tak akan mampu menatapnya."

Banyak hadis dan atsar menegaskan betapa sempurnanya ciptaan Rasulullah dan betapa indah rupanya. Termasuk kesempurnaan iman kepada beliau adalah meyakini bahwa Allah menganugerahkan kepada Nabi-Nya jasad yang tidak pernah ada bandingannya, baik sebelum maupun sesudahnya.

Wajah Rasulullah

Beliau adalah manusia paling indah wajahnya. Dalam riwayat disebutkan:

  • Sahabat Ali radhiyallahu anhu berkata: “Beliau tidak gemuk dan tidak pula bulat penuh wajahnya, namun ada sedikit bulatan yang menambah eloknya.” (HR Turmudzi)

  • Sayidah Aisyah radhiyallahu anha berkata: “Jika Rasulullah bergembira, berseri-seri wajah beliau bagaikan potongan bulan.”

  • Sahabat Abu Bakr Shiddiq dan  sahabat Ka‘ab bin Malik radhiyallahu anhuma  menggambarkan: “Wajah Rasulullah seperti purnama yang bundar.”

  • Sahabat Abu Thufail berkata: “Beliau berkulit putih, wajahnya indah, bila senang tampak bagai cermin, bahkan bagaikan bulan purnama.” (HR Muslim)

  • Sahabat Jabir radhiyallahu anhu menuturkan: “Beliau bagaikan matahari dan bulan, wajahnya bulat.”(HR Muslim)

  • Sayidina Hasan bin Ali radhiyallahu anhuma meriwayatkan dari pamannya Halah bin Abi Halah berkata: “Wajah beliau berkilau seperti cahaya bulan di malam purnama.” (HR Turmudzi)

  • Sahabat Jabir bin Samurah berkata: “Aku melihat beliau di malam bulan purnama. Aku bandingkan wajahnya dengan bulan, ternyata wajah beliau lebih indah daripada bulan.” (HR Tumudzi)

  • Sahabat Wanita  Ar-Rubayyi‘ binti Mu‘awwidz berkata: “Wahai anakku, andai engkau melihat beliau, engkau akan melihatnya bagai matahari terbit.”(HR Tumudzi dan Baihaqi)

  • Ummu Ma‘bad mendeskripsikan: “Aku melihat seorang lelaki bercahaya wajahnya, indah perawakannya, elok rupanya, menawan dipandang.” (HR Baihaqi dan Hakim)

  • Seorang wanita dari Hamdan berkata: “Aku berhaji bersama Rasulullah . Belum pernah aku melihat sebelum maupun sesudahnya seorang yang serupa. Beliau bagaikan bulan purnama di malamnya.”(HR Tumudzi dalam Syamail)

 

Pipi Rasulullah

Pipi beliau mulus memanjang, tidak menonjol tulang pipinya. Inilah yang disebut asil al-khaddayn.

 

Mata Rasulullah

Allah menggambarkan pandangan beliau dalam firman-Nya:

مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى

"Penglihatannya (Nabi) tidak menyimpang dan tidak melampaui batas.”  (QS An-Najm: 17)

Dalam hadis sahih disebutkan: beliau mampu melihat dalam gelap sebagaimana melihat dalam terang, bahkan melihat di belakang sebagaimana melihat di depan.

Dalam riwayat Ibn Abi Halah disebutkan: "Apabila beliau menoleh, beliau menoleh sepenuhnya (bukan sekadar melirik). Beliau menundukkan pandangan, lebih sering memandang ke bumi daripada ke langit. Kebanyakan pandangan beliau adalah al-mulahadzah (sekilas pandang).” (HR Tummudzi) Al-mulahadzah yaitu pandangan dengan sudut mata bagian samping yang dekat dengan pelipis.

Sahabat Ali radhiyallahu anhu  berkata: “Beliau bermata besar, bulu matanya lebat, dan ada semburat kemerahan di putih matanya.” (HR Baihaqi)

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa beliau "ad‘aju al-‘ainain" (kedua matanya sangat hitam ). Dalam riwayat lain disebutkan "asykalu al-‘aynayn" (kedua matanya memiliki syaklah). Adapun syaklah (الشَّكْلَةُ) ialah warna kemerah-merahan yang muncul pada bagian putih mata. Hal itu merupakan sifat yang terpuji dan disenangi. Sedangkan syahlah (الشَّهْلَةُ) ialah warna kemerahan yang terdapat pada bagian hitam mata

Dahi dan Kepala Rasulullah

Adapun dahi beliau yang mulia, maka beliau memiliki dahi yang jelas dan tampak bersinar. Itulah maksud ucapan Sayyidina ‘Alī: “ṣalt al-jabin” (dahi yang terang dan lapang). Dalam riwayat lain disebutkan: “wasi‘ al-jabin” (dahi yang lebar), dan dalam riwayat lain lagi: “‘aẓim al-jabhah” (dahi yang besar). Semuanya menunjuk pada makna yang sama.

Beliau juga memiliki kepala yang besar dan mulia. Inilah yang dimaksud oleh Sayyidina ‘Ali dengan ungkapannya: “ḍakhm ar-ra’s” (kepala yang besar).

Beliau memiliki alis yang tipis memanjang dengan indah (azajj al-ḥawajib). Kata azajj berarti alis yang halus dan panjang. Kedua alis beliau sempurna, penuh, dan panjang, namun tidak bertemu (tidak menyatu di tengah), melainkan terpisah rapi.

Hidung Rasulullah

Hidung beliau mancung, bagian atasnya tinggi dan tengahnya agak menonjol, dengan lubang hidung sempit, menambah keanggunan parasnya.

Mulut dan Gigi Rasulullah

Mulut beliau agak besar, yang menurut bangsa Arab merupakan tanda kemuliaan. Giginya rapi, agak renggang, putih bercahaya. Nafasnya harum, tutur katanya jernih, senyumnya menenangkan jiwa.

Penutup

Demikianlah para sahabat menggambarkan Rasulullah : wajah bercahaya bagaikan matahari, indah bagai cahaya bulan purnama, bahkan lebih indah dari keduanya. Keindahan itu bukan hanya pada rupa, tetapi juga pada akhlak, tutur kata, dan kepribadian beliau.

Maka, mencintai Rasulullah berarti meyakini kesempurnaan fisik, akhlak, dan risalahnya. Semoga Allah menanamkan dalam hati kita cinta sejati kepada beliau, sehingga kelak kita dikumpulkan bersama beliau di surga-Nya. Aamiin ya robbal alamiin. RA(*)

*Sumber: Muhammad Al-Insanul Kamil karya Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki