Posted on 06 September 2025
Rumah tangga bukan sekadar ikatan lahir, tetapi perjalanan panjang membangun keluarga dengan segala dinamika dan ujian di dalamnya. Perselisihan, perbedaan pandangan, bahkan pertengkaran—semua itu bukan tanda kegagalan, melainkan ruang belajar untuk saling memahami.
Namun, agar konflik tidak menjadi bara yang membakar rumah tangga, ia perlu dikelola dengan hikmah dan kesabaran.
1. Saat Marah: Kendalikan Lisan, Jaga Sikap
Nabi ﷺ mengingatkan: “Bukanlah orang kuat itu yang pandai bergulat, tetapi orang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya saat marah.” (HR. Bukhari & Muslim).
Karena itu, ketika emosi memuncak, tahan lisanmu. Jika perlu, keluarlah sejenak untuk menenangkan diri. Kata-kata yang diucapkan dalam marah sering kali menjadi luka yang sulit sembuh.
2. Keluarga Didirikan dengan Kerendahan Hati
Seorang laki-laki sejati bukan yang selalu menang dalam perdebatan, melainkan yang rela mengalah demi tegaknya keluarga. Mengalah bukan berarti kalah, tapi justru kemenangan terbesar—menjaga rumah tangga tetap utuh dan anak-anak tetap bernaung dalam kasih sayang.
3. Gagal Memahami Makna “Kejantanan” Sejati
Banyak pernikahan hancur sebelum genap setahun karena suami gagal memahami makna ar-rijalah (kejantanannya). Jika “kejantanan” dipahami sebatas otoritas dan dominasi, maka rumah tangga akan runtuh. Tetapi jika ia dipahami sebagai kepemimpinan penuh tanggung jawab, kasih sayang, dan keteladanan, maka keluarga akan tegak kokoh.
4. Jangan Biarkan Anak Menjadi ‘Yatim’ Saat Orang Tuanya Masih Hidup
Betapa banyak anak yang tumbuh seperti yatim padahal ayah-ibunya masih hidup—karena ego orang tua lebih besar daripada cinta pada keluarga. Perceraian yang dipicu hal-hal kecil sering kali meninggalkan luka mendalam pada anak. Ingatlah: setiap keputusan emosional bisa meninggalkan jejak panjang bagi generasi penerus kita.
5. Membangun Ulang Tatanan Keluarga
Saatnya kita saling bekerjasama—suami, istri, orang tua, bahkan masyarakat—untuk menata kembali konsep keluarga.
Rumah tangga adalah amanah besar. Ia bisa menjadi taman surga di dunia, atau sebaliknya, neraka sebelum neraka. Semua tergantung bagaimana kita mengelola konflik, mengendalikan ego, dan menumbuhkan kasih sayang.
Maka, mari kita jaga keluarga dengan kesabaran, cinta, dan tanggung jawab, agar anak-anak tumbuh dalam pelukan orang tua yang utuh dan bahagia. RA(*)