Posted on 03 September 2025
Dalam perjalanan spiritual seorang hamba, salah satu ujian yang paling halus namun menyakitkan adalah gangguan pikiran (khowathir) yang datang tanpa diundang. Kadang berupa lintasan buruk, was-was, atau bayangan yang menakutkan, hingga membuat seorang pencari kebenaran cemas terhadap dirinya sendiri.
Suatu ketika, al-Faqih Muhammad bin Abdurrahman Mazru‘ menyampaikan keresahan ini kepada wali besar, al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad. Ia berkata bahwa pikirannya kerap diganggu lintasan yang membuatnya khawatir akan celaka karenanya.
Imam Al-Haddad menjawab dengan petunjuk yang menenangkan:
1. Obat Utama: Abaikan dan Lupakan
Beliau menegaskan bahwa sebaik-baik cara mengobati pikiran buruk adalah mengabaikannya dan melupakannya. Jangan dilawan dengan kegelisahan yang berlebihan, tetapi biarkan ia lewat seperti awan.
Al-Haddad memberi resep dzikir yang sederhana namun mendalam:
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْخَلَّاقِ، إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ، وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ.
Maha Suci Raja Sang Maha Pencipta. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia melenyapkan kalian dan mendatangkan makhluk baru, dan itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.
Dengan mengulang kalimat ini, seorang hamba mengingatkan dirinya bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman Allah, bukan dalam kuasa pikirannya sendiri.
2. Gangguan Pikiran adalah Ujian, Bukan Aib
Imam al-Haddad menegaskan bahwa lintasan pikiran yang memaksa itu adalah bagian dari ujian. Seorang mukmin tidak berdosa karenanya, justru ia mendapat pahala bila menanggapi dengan adab yang benar.
Allah menimpakan ujian itu agar seorang hamba kembali kepada-Nya dengan penuh kerendahan, keterdesakan, dan doa yang tulus. Pada saat itu, janji Allah berlaku:
أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ
Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan? (QS. An-Naml: 62)
3. Lintasan Bisa Bersumber dari Sebab-sebab Lahiriah
Beliau juga mengingatkan: terkadang pikiran buruk lahir dari sebab-sebab yang bersifat duniawi:
Karena itu, seorang hamba perlu melakukan muhasabah: meneliti dirinya, bertobat dari kesalahan yang ia temukan, bahkan dari dosa yang tidak ia ketahui. Tobat menyeluruh membuka jalan bagi hati untuk kembali bersih.
4. Jika Tak Ada Sebab, Itu Murni Ujian
Ada kalanya lintasan itu muncul tanpa sebab yang jelas. Dalam kondisi ini, Imam al-Haddad menyebutnya sebagai bala’ mujarrad – cobaan murni. Tugas seorang mukmin adalah bersabar hingga masa ujian itu berakhir, dengan keyakinan bahwa Allah menyiapkan pahala besar di balik kesabaran tersebut.
Relevansi untuk Zaman Kita
Di era modern, kita menyebut gangguan seperti ini dengan istilah overthinking, anxiety, atau bahkan obsessive thoughts. Psikologi modern mencari cara mengendalikan, menenangkan, atau mengalihkannya. Namun, jauh sebelum istilah-istilah ini muncul, para wali sudah menawarkan resep sederhana:
Nasihat Imam al-Haddad memberi keseimbangan antara dimensi spiritual dan psikologis. Ia mengajarkan bahwa pikiran buruk bukanlah identitas diri, melainkan gelombang ujian. Gelombang itu akan reda, sementara yang kekal adalah hati yang terus berpegang kepada Allah ﷻ. RA(*)
*Disesuaikan dari An-Nafais Al-Alawiyah