Meredam Adu Domba

Posted on 16 August 2024


Devide et Impera, politik adu domba, itulah ramuan rahasia penjajah sehingga bisa menancapkan kuku di Nusantara sampai tiga setengah abad lamanya. Memang benar, cara terbaik untuk menguasai suatu bangsa adalah dengan memprovokasi sesama anak bangsa untuk saling berselisih dan bermusuhan sehingga menjadi lemah. setelah itu, jatuhnya negara dalam cengkraman asing hanya tinggal menunggu waktu saja.

Ada kisah menarik yang sering dibawakan ulama dalam kitab-kitab klasik mereka untuk menggambarkan dahsyatnya bahaya adu domba. Syahdan, ada seorang budak yang dijual murah. Tubuhnya sempurna, pekerjaannya baik hanya saja ia memiliki satu cacat mental: senang mengadu domba.

Seorang lelaki yang menganggap remeh cacat ini membelinya karena harga yang murah. Selang beberapa hari ia puas melihat pekerjaan budak itu yang sangat baik dan sempurna. Setelah merasa dipercaya, si Budak memulai aksi provokasinya. Ia mendatangi nyonya rumah dan berkata,

 “Nyonya, tahukan Anda bahwa tuan ingin mengambil istri baru? Ia sudah tidak mencintai nyonya. Tapi jika nyonya mau, saya bisa mengembalikan cintanya kepada nyonya sehingga ia akan mengurungkan niatnya. Kalau tuan sudah tidur, ambilah pisau cukur. Potong beberapa helai janggutnya, dan simpan itu selalu bersama nyonya, maka cintanya akan selalu ada bersama nyonya. Kalau bisa segera lakukan malam ini sebelum tuan berpaling dari Nyonya.”

Wanita polos itu percaya saja dengan ucapan si Budak dan berencana untuk melakukannya segera.  Setelah itu, Si Budak mendatangi tuannya, “Tuanku. Aku membawakan kabar buruk. Selama ini ternyata nyonya telah berselingkuh dengan lelaki lain. Ia sangat cinta kepadanya, dan berkehendak membunuh anda agar bisa hidup dengan kekasihnya.”

Tidak mungkin.” Jawab tuannya.

Jika anda tidak percaya, cobalah untuk berpura-pura tidur malam ini, dan lihatlah apa yang akan dilakukan istri tuan.”

Malamnya ia berpura-pura tidur. Istrinya datang mengendap-endap dengan membawa pisau cukur. Suami yang melihat pisau itu, berpikir istrinya hendak membunuhnya. Saat si istri hendak meletakkan pisau ke janggut suaminya, ia segera bangun, merebut pisau itu dan membunuh istrinya.

Mendengar keributan, keluarga istri mendatangi kamar itu. Saat melihat mayat si istri, mereka pun membunuh si suami. Semenjak saat itu terjadi perang yang sangat sengit dan berkepanjangan antara kabilah suami dan istri. Ini semua adalah sebab adu domba dari budak itu.


Selalu berhasil

Politik adu domba adalah politik selalu sukses untuk mengacaukan suatu kaum. Sebelum Islam datang, kaum Yahudi memanfaatan pertikaian antara dua suku terbesar di Madinah, Aus dan Khazraj. Keduanya sebenarnya adalah saudara, akan tetapi karena suatu masalah akhirnya saling berselisih sampai ratusan tahun. Kaum Yahudi dapat memonopoli perdagangan di Madinah dengan selalu memanas-manasi kedua kaum itu agar selalu bertikai tanpa henti sehingga tidak terpikir untuk memajukan bisnis perdagangan.

Setelah Islam datang, Aus dan Khazraj berdamai. Mereka menjadi para sahabat Nabi yang dijuluki Kaum Anshor. Pertikaian pun terhenti, tentu  itu membuat kaum Yahudi berang karena merugi. Suatu hari, Kaum Yahudi yang tidak suka melihat mereka saling berdamai menyusupkan satu orang kepada kerumunan. Si Yahudi menyebut-nyebut perang-perang dahulu yang terjadi antara dua kaum itu dan memprovokasi mereka agar menjadi fanatik kepada sukunya masing-masing. Para sahabat Anshor terprovokasi, mulai saling mengejek, saling membanggakan suku, dan pada akhirnya saling mengangkat senjata dan menentukan tempat untuk berperang.

Mendengar hal ini, Rasulullah segera menemui mereka dan menegur keras sikap mereka. Rasulullah bersabda:

أبِدَعْوَى الجَاهِلِيَّةِ وأَنَا بَيْنَ أظْهُرِكُمْ؟

Apa kalian hendak kembali megajak pada ajakan jahilitah, sedangkan aku masih berada di antara kalian?

Lantas Nabi membacakan firman Allah :

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آَيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS Ali Imran: 130)

Mendengar ini, kaum anshor tersadar dan menyesali perbuatannya. Mereka saling berpelukan dan melemparkan senjata yang tadinya akan digunakan berperang.

Demikianlah bahaya provokasi adu domba. Para sahabat yang memiliki iman yang begitu kuat, masih bisa terpengaruh dan hampir saja berperang satu sama lain karena hasutan seorang Yahudi. Beruntung, Rasulullah masih ada bersama mereka dan mendamaikan mereka semua.

Lebih dahsyat lagi apa yang terjadi pada perang Jamal. Perang pertama yang melibatkan para tokoh sahabat. Pihak Sayyidina Ali berhadapan dengan Pihak Sayyidah Aisyah, Thalhah, dan Zubair, kesemuanya adalah sahabat yang dijanjikan masuk surga oleh Rasulullah . Semua memiliki niat yang sangat mulia, menegakkan syariat Islam dan mendamaikan antara kaum yang bertikai. Namun, karena ada provokasi dari pihak musuh yang tidak mengghendaki perdamaikan, akhirnya terjadilah perang yang tidak diinginkan. Perang yang disesali oleh semua pihak setelah terjadi. Semua itu adalah karena adu domba.


Penjajahan

Di masa Kolonial, khususnya Kolonial Belanda melalui VOC. Senjata ampuh mereka untuk memonopoli perekonomian adalah adu domba. Apabila ada sultan atau pihak yang menentang keras dan memerangi VOC, maka mereka akan mencari keluarga raja yang berambisi untuk mendapatkan kekuasaan. VOC berjanji membantu raja penuh ambisi itu untuk mencapai puncak kekuasaan tapi dengan syarat jika kelak ia menang, VOC harus diberi izin istimewa untuk memonopoli perdagangan di kerajaan itu. Politik ini dilakukan berulang-ulang dengan hasil yang sangat memuaskan penjajah.

Contoh nyatanya terjadi Di Banten di abad ke 17, abad mula-mula VOC menancapkan cakarnya di Nusantara. Ketika itu Sultan Ageng Tirtayasa sangat anti kepada penjajah. Ia memerangi VOC di mana pun berada. Namun, putranya Sultan Haji memiliki ambisi besar untuk segera mendapatkan kerajaan ayahnya. Sultan Haji meminta bantuan VOC untuk mengalahkan ayahnya sendiri. Tentu, VOC tidak menyiakan kesempatan emas ini. Ia membantu Sultan Haji sehingga akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa pun tertangkap pada tahun 1683. Setahun setelah kemenangan, Sultan Haji ditekan mengadakan perjanjian yang sangat merugikan, Banten harus menyerahkan Cirebon kepada VOC, VOC mendapatkan hak monopoli lada, Dan Banten harus menyingkirkan pedagang Persia, Arab, China dan India.

Kasus yang hampir sama terjadi di Kerajaan Gowa-Tallo. Sultan  Hasanudin yang anti penjajah berseteru dengan Aru Palaka, raja Bone yang sebenarnya adalah bawahan kerajaan Makassar. Aru Palaka meminta bantuan VOC untuk mengalahkan Hasanudin. Sultan Hasanudin pun kewalahan dan dipaksa untuk menandatangani pengakuan kekalahannya dalam perjanjian Bongaya pada tahun 1667 yang intinya menyerahkan hak monopoli perdagangan di Sulawesi kepada VOC dan mengukuhkan Aru Palaka sebagai Raja Bone.

Berulang kali kaum Penjajah menjalanan taktik yang sama. Di kerajaan Mataram Islam, VOC memanfaatkan konflik intern kerajaan sehingga dapat memberi pengaruh kuat di istana dan memaksa mereka menandatangani Perjanjian Gianti dan perjanjian Salatiga yang membuat kerajaan Mataram terbagi menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Perang Padri yang dipimpin oleh Muhammad Sahab atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Bonjol berhasil ditaklukan dengan mengadu domba antara kaum padri dan kaum adat Minangkabau. Belanda menyusupi perang itu untuk mengadu domba, sampai akhirnya Imam Bonjol tertangkap dan diasingkan.


Hati-hati

Sampai saat ini politik devide et impera masih sangat ampuh untuk melemahkan ekonomi dan ketahanan umat Islam. Hanya saja permainanya menjadi lebih samar dan cantik sehingga terkadang umat tidak sadar bahwa mereka sedang diadu domba.

Moment-moment emas selalu dimanfaatkan musuh untuk memprovokasi bangsa melalui adu domba. Seperti moment pemilihan umum misalnya. Betapa jelas terlihat berbagai usaha adu domba dan provokasi yang dampaknya masih terasa sampai saat ini.  Para ulama diprovokasi untuk memusuhi ulama lain, politisi melawan politisi lain, pendukung yang satu melawan pendukung yang lain. Tanpa sadar tangan tangan musuh tengah berusaha menguasai ekonomi negara, dan menjalankan rencana-rencana busuk tanpa terendus.

Betapa banyak biaya yang dikeluarkan musuh Islam, untuk menebarkan fitnah, adu domba, dan berbagai hasutan agar kita selalu memusuhi sesama dan fanatik dengan golongan, ormas, ras, atau bahkan pilihan politik. Ketika kita sudah terkotak-kotak dalam fanatisme, maka saat itu kekuatan kita telah hilang. Bukanlah di dalam Al-Quran disebutkan:

وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ

Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu. (QS al-Anfal: 46)

Lalu apa yang harus kita lakukan?

Sebenarnya Al-Quran sudah menyebutkan satu kunci ampuh menghadapi provokasi, yaitu jangan ditanggapi. Semua orang, siapa pun itu, yang menyebarkan keburukan seorang muslim dengan tujuan agar kita membencinya, maka ia adalah seorang pendosa. Sama saja baik berita yang dibawa adalah benar atau salah.  Jika salah maka ia tukang fitnah, dan jika benar berarti ia tukang ghibah, fitnah dan ghibah sama sama dosa besar.

Pernah seorang lelaki datang kepada  Sayyidina Umar bin Abdul Aziz untuk memprovokasi agar memusuhi seseorang.  Mendengar itu, Beliau berkata:

Aku akan memberikan kepadamu dua pilihan:

Pilihan pertama, aku akan menyelidiki ucapanmu itu. Jika engkau berdusta, berarti engkau termasuk orang fasik yang diberitakan Allah dalam firmannya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS al-Hujurat: 6)

Dan apabila ternyata engkau benar, berarti engkau termasuk tukang adu domba yang telah diberitakan Allah dalam firman-Nya:

هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ

Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah. (QS al-Qalam: 11)

Pilihan kedua adalah aku memaafkanmu.

Dengan segera orang itu pun berkata: “Aku memilih maafmu wahai Amirul Mukminin, aku tidak akan pernah lagi berbuat demikian.”

Demikian sikap yang harus kita ambil setiap kali melihat media apapun atau tokoh siapa pun mengeluarkan statemen yang memprovokasi kita untuk membenci pribadi seorang muslim, apalagi ulama. Jangan sampai kita ikut membenci dan ikut terprovokasi. Benar atau dusta, keduanya tercela. Tidak pantas seorang muslim menyebutkan keburukan muslim lain hanya dengan tujuan menebar kebencian dan permusuhan, walaupun benar.

Provokasi harus dilawan, tetapi bukan dengan provokasi lainnya, melainkan dengan ishlah, usaha mendamaikan. Semakin gencar musuh menebar provokasi dan adu domba, umat muslim harus lebih gencar lagi untuk menebar perdamaian dan berusaha meredakan pertikaian.  Rasulullah bersabda:

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصِّيَامِ وَالصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ قَالُوا بَلَى قَالَ صَلَاحُ ذَاتِ الْبَيْنِ فَإِنَّ فَسَادَ ذَاتِ الْبَيْنِ هِيَ الْحَالِقَةُ

Apakah kalian ingin aku kabarkan mengenai amalan yang lebih utama daripada keutamaan puasa, shalat dan sedekah?” Para sahabat menjawab, “Tentu saja.” Maka Nabi bersabda, “Yaitu mendamaikan dua kelompok yang bertikai, sedangkan merusak hubungan dua kelompok yang bertikai adalah perbuatan yang dapat merusak agama.” (HR Turmudzi). Red

Dahulu Rasulullah bisa meredam hasutan dan adu domba yang digencarkan musuh-musuh Islam dengan gerakan ishlah, mendamaikan antara umat Islam. Semestinya kini, para ulama yang notabene adalah pewaris Nabi menjadi pelopor pertama dalam meneruskan gerakan Ishlah ini. Melihat keadaan bangsa yang tercabik-cabik fitnah. Allah telah berjanji jika dua juru damai memang menghendaki ishlah, dalam mendamaikan suatu rumah tangga, maka pasti Allah akan membuat rumah tangga itu utuh kembali. Dalam Al-Quran disbeutkan:

إِنْ يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُمَا

Jika kedua orang juru damai itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. (QS An-Nisa: 35)

Sebagian ulama mengatakan ini bukan hanya dalam urusan rumah tangga saja, dalam setiap pertikaian, apabila dua pihak juru damai memang berniat ikhlas meredakan pertikaian maka perdamaian akan terwujud. Maka mari kita galakkan gerakan ishlah ini, mau menunggu apa lagi?. RA(*)