Posted on 26 August 2025
Ketampanan Nabi Muhammad ﷺ adalah sebuah keindahan yang tidak dapat ditandingi. Beliau tidak hanya diberi kesempurnaan rupa, tetapi juga dihiasi dengan dua mahkota agung: (1) wibawa yang penuh keagungan (الهيبة الجلالية), dan (2) cahaya yang memancar terang (النور الضيائي).
Itulah sebabnya, meski beliau memiliki keindahan paripurna, tidak ada yang terjerumus dalam fitnah syahwat karena melihatnya. Berbeda dengan Nabi Yusuf alaihissalam, yang meskipun hanya dianugerahi setengah dari keindahan, para wanita Mesir tak kuasa menahan diri hingga melukai tangannya sendiri:
﴿وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ﴾
Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: 'Maha Sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia (QS. Yusuf: 31)
Seorang penyair bahkan berkata:
وصَحْبُ زليخا لو رَأَيْنَ جَبِينَهُ *** لآثَرْنَ تَقْطِيعَ القلوبِ على الأيدي
“Seandainya sahabat-sahabat Zulaikha melihat kening Nabi Muhammad ﷺ, niscaya mereka lebih rela mengiris-iris hati mereka daripada tangan mereka.”
Wibawa dan Keagungan Nabi ﷺ
Ketika menggambarkan sosok Nabi, Hindun bin Abi Halah berkata:
كانَ ﷺ فَخْماً مُفَخَّماً
“Beliau ﷺ adalah sosok yang agung dan diagungkan.”(HR. At-Tirmidzi, asy-Syama’il)
Sayyiduna ʿAli radhiyallahu anhu juga menuturkan:
مَن رآهُ بَدِيهَةً هَابَهُ
“Barangsiapa melihat beliau secara tiba-tiba, niscaya akan diliputi rasa segan.” (HR. at-Tirmidzi, asy-Syama’il)
Sahabat Amr bin al-‘Aṣh radhiyallahu anhu bahkan berkata penuh kekaguman:
"Tidak pernah aku sanggup menatap beliau lekat-lekat karena begitu besar wibawanya. Andaikan aku diminta menggambarkan beliau, aku tidak akan mampu. Karena aku tidak pernah sepenuhnya menatap beliau." (HR. Muslim)
Begitulah keadaan para sahabat. Mereka tidak kuasa menatap Rasulullah ﷺ dengan penuh, sehingga yang mampu melukiskan rupa beliau hanyalah mereka yang sejak kecil hidup dekat bersamanya, seperti Hindun bin Abi Halah atau Sayyiduna ʿAli radhiyallahu anhu.
Lembut di Tengah Keagungan
Meski beliau dilingkupi wibawa luar biasa, Nabi ﷺ tidak membuat orang yang duduk di hadapannya merasa tertekan. Justru beliau menenangkan hati mereka dengan kelembutan dan senyum penuh kasih.
Disebutkan dalam sebuah riwayat dari Qilah binti Makhramah radhiyallahu anha:
"Ketika aku melihat Rasulullah ﷺ duduk dengan khusyuk dalam posisi qurfusha’ (duduk menekuk lutut sambil merapatkan tangan), tubuhku gemetar karena takut. Lalu ada seorang lelaki berkata: 'Wahai Rasulullah, perempuan ini gemetar ketakutan.' Maka Rasulullah ﷺ bersabda, tanpa menoleh kepadaku, 'Wahai wanita, tenanglah, tenanglah.' Demi Allah, seketika itu juga hilang seluruh rasa takut dari hatiku."
Dalam riwayat lain dari Abu Masʿud al-Badri radhiyallahu anhu:
"Suatu ketika aku tengah memukul budakku, tiba-tiba aku mendengar suara dari belakang: 'Ketahuilah, wahai Aba Masʿud!' Karena marah, aku tak menoleh. Tiba-tiba bayangan menutupi diriku, ternyata itu Rasulullah ﷺ. Seketika cambuk terjatuh dari tanganku karena wibawa beliau. Beliau bersabda: 'Ketahuilah, wahai Aba Masʿud, Allah lebih mampu berkuasa atas dirimu daripada engkau berkuasa atas budakmu.' Maka aku pun berkata: 'Ya Rasulullah, demi Allah, setelah hari ini aku tidak akan pernah lagi memukul seorang budak pun.'" (HR. Muslim)
Begitulah pesona Nabi Muhammad ﷺ. Beliau adalah perpaduan menakjubkan antara kesempurnaan rupa, wibawa yang menggetarkan, dan kelembutan yang menenteramkan.
Keindahan beliau bukan hanya membuat mata terpana, tetapi juga menundukkan hati dan jiwa. Sehingga siapa pun yang melihatnya, hatinya akan dipenuhi rasa cinta, segan, dan hormat yang mendalam. RA(*)
*Sumber: Muhammad Al-Insanul Kamil, karya Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki