Samudera Nama Nabi ﷺ

Posted on 28 August 2025



Para ulama menyebutkan bahwa banyaknya nama adalah tanda atas keagungan dan ketinggian derajat yang dinamai.

Sebagian ulama berkata: “Bagi Nabi terdapat sembilan puluh sembilan nama, sesuai jumlah Asma’ul Husna.” Syaikh Ibn Dihyah (w. 633 H/1235 M) bahkan menghitungnya hingga mencapai tiga ratus nama.

Al-Qadhi Abu Bakr ibn al-‘Arabi (w. 543 H/1148 M) dalam syarh Sunan at-Tirmidzi menyebut bahwa Nabi memiliki seribu nama, sebagian disebut dalam Al-Qur’an dan hadis, sebagian lainnya terdapat dalam kitab-kitab terdahulu.

Hadis-Hadis tentang Nama Nabi

Riwayat dari Imam Malik (w. 179 H/795 M), Ahmad bin Hanbal (w. 241 H/855 M), ad-Darimi (w. 255 H/869 M), al-Bukhari (w. 256 H/870 M), Muslim (w. 261 H/875 M), at-Tirmidzi (w. 279 H/892 M), dan ath-Thabarani (w. 360 H/971 M) melalui jalur az-Zuhri (w. 124 H/742 M), dari Muhammad bin Jubair bin Muth‘im (w. 100 H/718 M), dari ayahnya Jubair bin Muth‘im (w. 59 H/678 M), bahwa Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya aku memiliki beberapa nama: aku adalah Muhammad, aku adalah Ahmad, aku adalah al-Mahi (Sang penghapus) yang dengan (perantaraanku) Allah menghapus kekufuran, aku adalah al-Hasyir (Yang mengumpulkan) yang manusia dikumpulkan di hadapanku, dan aku adalah al-‘Aqib.”

Az-Zuhri ketika ditanya oleh Ma‘mar (w. 154 H/770 M) mengenai arti al-‘Aqib, menjawab: “Dialah yang tidak ada nabi setelahnya.”


Penjelasan Para Ulama

  • Al-‘Azfi (w. 633 H/1236 M) berkata: “Sabda Nabi : ‘Aku memiliki lima nama’ adalah sebelum Allah memperlihatkan kepadanya nama-nama lainnya.”

  • Al-Qadhi ‘Iyadh (w. 544 H/1149 M) berkata: “Maknanya ialah nama-nama itu telah disebut dalam kitab-kitab terdahulu dan dikenal oleh orang-orang berilmu dari umat-umat sebelumnya.”

  • Ibn ‘Asakir (w. 571 H/1176 M) dalam Mubhamat al-Qur’an menegaskan: “Penyebutan angka tertentu tidak bermaksud pembatasan, tetapi hanya menonjolkan beberapa nama yang lebih masyhur atau agung.”

Variasi Riwayat Jumlah Nama Nabi

1.    Dalam riwayat Malik hanya disebut lima nama.

2.    Dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Abu Dawud ath-THayalisi (w. 204 H/819 M), Ahmad, Ibn Sa‘d (w. 230 H/845 M), dan al-Bayhaqi (w. 458 H/1066 M), disebut enam nama: Muhammad, Ahmad, al-Hasyir, al-Mahi, al-Khatim, dan al-‘Aqib.

3.    Riwayat dari Jabir bin ‘Abdillah (w. 78 H/697 M) menyebut tambahan sifat Nabi sebagai pemegang Liwa’ al-Hamd (Panji Pujian) dan pemimpin syafaat.

4.    Riwayat dari ‘A’isyah (w. 58 H/678 M), Ibn ‘Abbas (w. 68 H/687 M), Usamah bin Zaid (w. 54 H/674 M), Anas bin Malik (w. 93 H/711 M), ‘Ali bin Abi THalib (w. 40 H/661 M), dan lainnya menyebut sepuluh nama termasuk: Rasul ar-Rahmah (Rasul pembawa rahmat), Rasul at-Tawbah (Rasul pembawa taubat), Rasul al-Malahim (Rasul peperangan), al-Muqaffi (yang mengikuti), dan al-Qutsm (al-Qutsm: orang yang sempurna dan menghimpun sifat-sifat mulia).

5.    Riwayat Abu Musa al-Ash‘ari (w. 42 H/662 M) menyebut: “Beliau menamai dirinya dengan nama-nama, sebagian kami ingat, sebagian tidak: Muhammad, Ahmad, al-Muqaffi, al-Hasyir, Nabiyyur-Rahmah, Nabiyyut-Tawbah, Nabiyyul-Malahim.”

6.    Riwayat Hudzayfah (w. 36 H/656 M) menambah sifat Nabi sebagai Nabiyyur-Rahmah dan Nabiyyut-Tawbah.

7.    Riwayat dari Ibn ‘Abbas, Abu Thufayl (w. 100 H/719 M), dan ‘Awf bin Malik (w. 74 H/693 M) menunjukkan variasi tambahan nama: al-Fatih (penakluk), Abu al-Qasim, Yasin, dan Thaha.


Dari berbagai riwayat dan penjelasan ulama di atas dapat disimpulkan bahwa nama-nama Nabi sangat banyak, tidak terbatas pada lima atau sepuluh saja. Penyebutan angka tertentu dalam hadis tidak bermakna pembatasan, melainkan penekanan pada nama-nama yang lebih agung, masyhur, atau relevan dengan konteks penyampaian.

Semoga kita tergolong umat yang senantiasa mengingat dan mengagungkan nama-nama beliau, serta meneladani akhlak dan risalahnya. RA(*)