Sekilas Biografi Imam Bukhari Beserta Kitab Shahihnya

Posted on 03 January 2025


Beliau bernama Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah al-Ju`fi al-Bukhari. Lahir di kota Bukhara pada hari Jumat, 13 Syawal 194 H dalam keluarga yang menjunjung tinggi keilmuan dan ketakwaan. Ayah beliau dikenal sebagai ulama yang mengamalkan ilmu dan memiliki sifat waro. Dikisahkan pada masa kecil, mata beliau tertimpa kebutaan. Ibunya banyak menangis dan berdoa pada Allah, sampai akhirnya ibunya bermimpi bertemu Nabi Ibrahim as dan berkata,

إن الله تبارك وتعالى قد رد بصر ابنك بكثرة دعائك وبكائك

“Hai engkau, Allah telah mengembalikan penglihatan anakmu karena seringnya engkau menangis dan banyaknya doamu.” Di pagi hari, Allah telah mengembalikan penglihatan Imam Bukhari ra.

Beliau tumbuh dalam keadaan yatim, Sejak muda beliau telah berkeliling Dunia Islam untuk belajar ilmu terutama Ilmu Hadits. Beliau mendatangi kota Roy, Merv, Balkh, Harah, Naisabur, Mekah, Madinah, Iraq, Mesir, dan kota Islam lainnya.  Sehingga beliau mendengar hadits dari lebih dari seribu guru, dan menghafal sekitar 600 ribu hadits. Guru beliau yang paling berpengaruh adalah Ali bin Madini, Imam Bukhari mengatakan:

ما استصغرت نفسي عند أحد إلا عند علي بن المديني

“Aku tidak pernah merasa diriku kecil di sisi seorang pun kecuali di sisi Ali bin al Madini.”

Beliau juga belajar pada Imam Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahuyah, Yahya bin Main, Fadhl bin Dakin dan lainnya.

Nama Imam Bukhari ra pun terkenal luas pada masanya, diakui keilmuannya oleh para guru dan muridnya. Bahkan beliau dijuluki dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (pemimpin kaum muslimin dalam ilmu hadits), julukan tertinggi yang hanya diberikan pada orang yang benar-benar mencapai puncak dalam ilmu hadits. Banyak ulama belajar pada beliau. Dikatakan ada lebih dari 70 ribu orang yang belajar pada beliau, di antaranya adalah Imam Muslim, Imam Ibnu Khuzaimah, Imam Turmudzi dan lainnya. Imam Muslim sangat memuliakan beliau, sehingga pernah berkata:

«دعني أقبل رجليك يا أستاذ الأستاذين وسيد المحدثين وطبيب الحديث في علله.

Biarkan aku mencium kedua kakimu wahai Guru dari para guru, pemimpin para ahli hadits dan dokter hadits yang mengenal ‘penyakit-penyakitnya’. (Thabaqat al Hanbilah juz 2)

Imam Muslim pernah berkata pada Imam Bukhari:

لَا يُبْغِضَنَّكَ إِلَّا حَاسِدٌ وَأَشْهَدُ أَنْ لَيْسَ فِي الدُّنْيَا مِثْلُكَ

Tidak ada yang membencimu kecuali orang yang iri. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada di dunia ini orang yang sepertimu.

Imam Bukhari ra adalah pelopor yang pertama kali mengumpulkan hadits shahih dalam satu kitab. Para ulama sepakat bahwa Imam Bukhari lebih agung dari Imam Muslim. Bagaimana tidak, sedangkan Imam Muslim sendiri berguru pada Imam Bukhari dan mengikuti jejak Imam Bukhari dalam membuat kitabnya. Ad-Daruqutni bahkan mengatakan,

لولا البخاري لما راح مسلم ولا جاء

 “Kalau bukan karena Bukhari, maka tidak akan ada Muslim dan tidak akan datang.” (Taudhihul Afkar juz 1 hal 41)

 

 

Imam Bukhari aktif dalam menulis. Beliau mulai menulis kitabnya at Tarikh al Kabir di usia 18 Tahun di samping kubur Nabi di malam hari. Beliau melakukan shalat dua rakaat sebelum menuliskan setiap nama yang disebutkan dalam kitabnya itu. Imam Bukhari juga terkenal ahli ibadah. Di siang hari beliau menghatamkan al-Quran, dan di waktu sahur membaca sepertiga al-Quran.

Imam Bukhari wafat di malam Idul Fitri, 1 Syawal 256 H. Beliau dishalati dan dimakamka di hari Ied setelah Dzuhur. Umurnya ketika itu 62 tahun kurang 13 hari. Makam Beliau terkenal sampai sekarang di kota Samarqand. RA(*)

Tentang Shahih Bukhari

Kitab Shahih Bukhari adalah karya Imam Bukhari yang paling menumental. Imam Bukhari menghabiskan enam belas tahun untuk menyelesaikannya. Tidak heran jika kitab ini dijuluki oleh para ulama sebagai, “Kitab paling shahih setelah al-Quran.” Judul otentik kitab ini cukup panjang yaitu, “al Jami as Shahih al Musnad al Mukhtashor min Haditsi Rasulillah wa Sunanihi wa Ayamihi.” Secara bahasa artinya adalah Kitab yang mengumpulkan, shahih, musnad (bersambung sanadnya), ringkasan dari hadits Rasulullah , sunahnya dan kesehariannya. Sebagian ulama mengatakan jumlah hadits marfu di dalam kitab ini adalah 7.397 hadits.

Beliau menamai kitabnya dengan al Jami (yang mengumpulkan) karena kitab ini tidak khusus membahas suatu topik, namun mengumpulkan masalah hukum, Fadhoil (keutamaan), cerita, kisah masa lalu, masa yang akan datang serta adab dan akhlak. Kitab ini dinamakan As Shahih karena tidak ada hadits Dhaif di dalamnya. Ini dikuatkan dengan ucapan Imam Bukhari,

لم أخرج هذا الكتاب إلا صحيحا وما تركت من الصحيح أكثر

“Aku tidak memasukan dalam kitab Jami kecuali yang shahih.  Akan tetapi hadits shahih yang tidak aku sebutkan lebih banyak lagi..”

Adapun al Musnad maksudnya adalah hadits yang bersambung sanadnya sampai sahabat dari Nabi baik berupa sabda nabi, perbuatan nabi, atau taqrir (pendiaman) Nabi .

Adz-Dzhahabi mengatakan mengenai Shahih Bukhari,

وأما جامع البخاري الصحيح، فأجل كتب الإسلام، وأفضلها بعد كتاب الله تعالى

“Jami Bukhari yang shahih adalah paling agungnya kitab Islam dan paling utamanya setelah kitab Allah taala.”

Imam Bukhari menjelaskan tentang asal mula penulisan kitab adalah dorongan dari guru beliau. Imam Bukhari mengatakan,

"كنا عند إسحاق بن راهوية فقال: "لو جمعتم كتاباً مختصرا لصحيح سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم", قال: "فوقع ذلك في قلبي فأخذت في جمع الصحيح".

“Aku pernah berkumpul bersama Ishaq bin Rahuyah. Beliau berkata,  ‘Seandainya kalian mengumpulkan kitab ringkas berisi yang shahih dari sunah Rasulullah .‘ Perkataan ini menancap dalam hatiku. Maka aku mulai menyusun kitab ini.”

Selain itu sebab yang mendorong menulis kitab Shahih adalah mimpi beliau. Imam Bukhari berkata:

رأيت النبي صلى الله عليه وسلم وكأني واقف بين يديه وبيدي مروحة أذب بها عنه, فسألت بعض المعبرين فقال لي: "أنت تذب عنه الكذب فهو الذي حملني على إخراج الجامع الصحيح

Aku bermimpi melihat Nabi , seakan aku berdiri di hadapannya sedangkan di tanganku terdapat kipas yang aku jadikan untuk mengusir lalat agar menjauh dari Beliau . Maka aku bertanya kepada sebagian ahli ta’bir mimpi. Ia berkata: “Engkau akan menyingkirkan perkataan dusta (hadits maudhu) yang dari Nabi .” Itulah yang mendorongku untuk mengeluarkan kitab Jami As Sahih

Dalam Shahih Bukhari dikumpulkan sekitar tujuh ribu lima ratus hadits shahih yang dipilih dari sekitar 600 ribu hadits yang dihafal oleh Imam Bukhari. Ini karena Imam Bukhari sangat teliti dalam menuliskan hadits shahih dalam kitabnya.   Imam Bukhari berkata:

"ما وضعت في كتابي الصحيح حديثا إلا اغتسلت قبل ذلك وصليت ركعتين"

Tidaklah aku menulis dalam kitab Shahihku ini satu hadits kecuali aku mandi sebelumnya dan shalat dua rakaat

Dalam kesempatan lain beliau berkata:

"ما أدخلت فيه (يعني الجامع الصحيح) حديثا إلا بعد ما استخرت الله تعالى وصليت ركعتين وتيقنت صحته"

Aku tidak memasukan di dalam kitab Shahih ini satu hadits kecuali setelah aku beristikharah kepada Allah , shalat dua rakaat, dan benar benar yakin atas keshahihannya

Beliau juga berkata:

: "صنفت كتابي الصحيح لست عشرة سنة خرجته من ستمائة ألف حديث وجعلته حجة فيما بيني وبين الله تعالى".

Aku menulis kitab Shahihku ini dalam enam belas tahun. Aku ringkas kitab ini dari 600.000 hadits, dan aku jadikan hadits ini sebagai hujjahku di hadapan Allah kelak

Telah diriwayatkan bahwa ahli sejarah, bahwasanya imam Bukhari setelah selesai dari menuliskan kitab Shahih Bukhari, beliau menyodorkan kitabnya kepada para pembesar ulama seperti Ahmad bin Hanbal, Ali bin al Madini, Yahya bin Main dan mereka semua menguji Beliau terlebih dahulu, kemudian mereka menyaksikan shahihnya isi kitab Shahih Bukhari. Barulah setelah itu, umat pun menerima secara luas.

Isi inti yang berada di dalam Shahih Bukhari adalah hadits shahih saja. Imam Bukhari memang berkomitmen untuk hanya menyebutkan hadits shahih dalam kitabnya ini. Sebagai pelengkap Imam Bukhari ra kadang menuliskan hadits yang tidak bersanad (mua`laq), hadits ucapan sahabat (mauquf) dan penjelasan bab. Ini tidak menafikan tujuan asal pembuatan kitab ini, yaitu untuk mengumpulkan hadits-hadits yang Shahih saja.

Di antara keistimewaan Shahih Bukhari adalah standar shahih yang tinggi. Di samping sejaman, Imam Bukhari juga mensyaratkan agar perawi hadits terbukti bertemu dengan perawi di atasnya walau hanya sekali. Berbeda dengan Imam Muslim yang hanya mensyaratkan harus sejaman saja. Syarat Imam Bukhari ini lebih kuat dan lebih teliti.

Demikian sekilas tentang Imam Bukhari dan Kitab Shahihnya, semoga kita mendapatkan keberkahan beliau dan kitabnya itu dan dapat mengamalkan sunah-sunah yang disebutkan di dalamnya. Aamiin ya rabbal alamiin. RA(*)