Posted on 02 August 2025
Imam al-Haddad berkata dalam qashidah ‘Ainiyyah-nya:
الشيخ نور الدين ثم محمد *** ويليه عيسى ذو المحل الأرفع
"Asy-Syaikh Nuruddin, kemudian Muhammad, lalu diikuti oleh ‘Isa yang memiliki kedudukan paling tinggi."
Yang dimaksud dengan Muhammad dalam qashidah ini adalah Muhammad bin Ali Al-Uraidhi.
Asy-Syaikh al-Imam al-Kamil Muḥammad bin ʿAli bin Jaʿfar al-Ṣadiq, lebih dikenal dengan Abu ʿAbdillah Jamaluddin al-ʿUraidi, merupakan salah satu tokoh besar dari Ahlul Bait yang meniti jalan ilmu, wara', dan zuhud. Beliau merupakan cucu dari Imam Jaʿfar aṣ-Ṣadiq melalui jalur putranya, ʿAli al-ʿUraiḍi, yang juga seorang imam besar yang disegani.
Muḥammad lahir dan tumbuh di kota suci al-Madinah al-Munawwarah. Sejak kecil, ia dididik langsung oleh ayahnya yang alim dan wara', ʿAli al-ʿUraiḍi, dan berada di bawah asuhan serta bimbingan spiritualnya hingga sang ayah wafat. Beliau menyertai ayahnya menetap di Uraidh, desa kecil dekat Madinah. Kemudian setelah ayahnya wafat, beliau merasa tidak nyaman untuk tetap tinggal di Madinah, lalu beliau memilih berhijrah ke Basrah, Irak, tempat ia menetap hingga akhir hayatnya.
Beliau adalah sosok yang telah disepakati akan keimaman dan kewibawaannya, ilmunya, amalnya, kezuhudan dan keunggulannya.
Beliau adalah seorang ahli ibadah, rajin beribadah, dermawan, sempurna (akhlaknya), selalu konsisten dalam mengikuti jalan hidup yang lurus, lebih memilih hidup sederhana dan jauh dari kemasyhuran, serta meninggalkan hal-hal yang tidak berguna dari urusan dunia dan kedudukan.
Beliau termasuk tokoh yang dijadikan panutan, dan dalam perkara-perkara sulit diandalkan. Ia memiliki banyak keturunan, yang tersebar di berbagai negeri sebagai rahmat bagi umat manusia.
Keutamaan beliau tidak luput dari perhatian para ulama dan penyair. Disebutkan oleh Ibn ʿInabah, al-ʿUmari, Ibn Ḥamzah, dan lainnya dalam karya-karya seperti ʿUmdat al-Ṭalib, Baḥr al-Ansab, Zahrat al-Maqul, dan Ghayat al-Ikhtiṣar.
Salah satu ulama besar, Sayyid Nuruddin ʿAli bin Abi Bakr BaʿAlawi, mengungkapkan kekagumannya lewat bait syair:
فكم أهدى الخليقة من عماها *** وكم أرقى إلى أعلا المعالي
Betapa sering ia membimbing umat manusia keluar dari kebutaannya, Dan betapa tinggi ia angkat mereka ke derajat yang paling mulia.
بابن العريضي الذي ما مثله *** أعني الجمال محمداً نور العلا
Yakni melalui putra al-‘Uraiḍi, tiada banding baginya, Maksudku adalah yang indah Muḥammad, cahaya kemuliaan tertinggi.
Beliau (Muhammad) memiliki anak-anak lelaki, dan
dari lima orang di antaranya ia berketurunan:
Al-Hasan, al-Husayn, Ja‘far, Yahya, dan ‘Isa — dan yang terakhir inilah
yang disebut dalam bait syair tadi:
ويليه عيسى ذو المحل الأرفع
Lalu diikuti oleh ‘Isa, yang memiliki kedudukan paling tinggi.
Setelah menghabiskan hidupnya dalam ibadah,
ilmu, dan pengabdian kepada umat, al-Imam Muḥammad wafat di Basrah
sekitar tahun 230 Hijriah. Semoga Allah melimpahkan rahmat yang luas
kepadanya dan menempatkannya di surga tertinggi bersama para pendahulunya dari
keluarga Nabi ﷺ. Aamiin. Ra(*)
Sumber: Al-Masyra Ar Rawi Dan Syarah Qashidah Ainiyah.