Posted on 03 August 2025
Sayyid ‘Isa bin Muḥammad merupakan tokoh terkemuka dari Ahlul Bait yang mulia. Ia adalah cucu dari Imam Ja‘far as-Sadiq melalui jalur putranya, Ali al-‘Uraidhi, yang menurunkan banyak tokoh besar dalam sejarah Islam. Nasab beliau adalah:‘Isa bin Muhammad bin ‘Ali al-‘Uraidhi bin Ja‘far as-Sadiq bin Muhammad al-Baqir bin ‘Ali Zainal ‘Abidin bin al-Husain bin ‘Ali bin Abi Talib, radhiyallāhu ‘anhum ajma‘īn.
Kedudukannya sebagai keturunan langsung dari Sayyid al-Syuhada al-Husain bin ‘Ali, menjadikan beliau dihormati dalam berbagai kalangan—baik ulama, penguasa, maupun masyarakat umum.
Julukan dan Gelar
Beberapa julukan melekat pada diri beliau:
Dalam kitab ‘Umdat al-Ṭhalib, Sayyid Ibn ‘Inabah menegaskan:
كان عيسى بن محمد نقيب الأشراف، أي المقدم عليهم
“‘Īsa bin Muḥammad adalah naqib al-asyraf, yaitu pemimpin tertinggi dari kalangan mereka.”
Gelar "an-Naqīb" merupakan sebuah gelar penting dalam tradisi Ahlul Bait. Gelar naqīb bukan sekadar simbol, tetapi posisi yang memiliki tanggung jawab besar, sebagaimana dijelaskan:
النقيب هو شاهد القوم وناطرهم وضمينهم
Naqib adalah saksi kaum, pengurus mereka, dan penjamin urusan mereka.
Menariknya, gelar an-Naqib juga pernah disematkan kepada Rasulullah ﷺ sendiri. Ketika naqib Bani Najjar, yaitu Abu Umamah As‘ad bin Zurarah, wafat, Rasulullah ﷺ sedih dan tidak menunjuk naqib lain untuk mereka, beliau bersabda kepada mereka:
أنا نقيبكم
Akulah naqib kalian.
Sabda Nabi ini menjadi satu dari kebanggaan kaum Najjar.
Kedalaman Ilmu dan Akhlak
Sayyid ‘Isa dikenal sebagai seorang imam yang sempurna, yang memadukan antara ilmu, akhlak, dan keutamaan. Ia banyak menyertai ayahnya, Muḥammad bin Ali al-‘Uraidhi, dan menyerap ilmu langsung darinya.
Beliau bukan hanya ahli dalam ilmu agama, tetapi juga dikenal karena kelapangan dada, kedermawanan, kemuliaan budi pekerti, serta jiwa merdeka dan kesatria. Ulama sejarah menggambarkan dirinya sebagai “مجمع الفضائل” gudangnya segala keutamaan."
Imam al-Ḥaddād dalam qashidahnya ‘Ainiyah-nya menyebutnya:
ويليه عيسى ذو المحل الأرفع
Kemudian diikuti oleh ‘Isa, yang memiliki kedudukan paling tinggi.
Ia dikenal memiliki kecerdasan, keluasan pemahaman, dan kefasihan berbicara. Ia juga memiliki wibawa dan daya tarik besar, dihormati oleh rakyat biasa maupun para pembesar, hingga diterima oleh kalangan istana dan raja.
Sayyid ‘Isa adalah sosok yang sangat berpegang teguh pada sunnah Nabi ﷺ dan memiliki akidah yang lurus, sesuai dengan ajaran Ahlus Sunnah wal Jama‘ah. Diceritakan bahwa beliau memiliki warna kulit putih kemerahan, dan ini dianggap sebagai warna kulit terbaik sebagaimana dijelaskan oleh Imam ‘Alī karramallāhu wajhah:
أن لون النبي صلى الله عليه وسلم أبيض مشرب
Warna kulit Nabi ﷺ adalah putih bercampur merah.
Karena kemiripan tersebut, Sayyid ‘Isā sering dijuluki "ar-Rumi", sebagai bentuk pujian, bukan untuk menyamakan dengan bangsa lain.
Keturunan yang Banyak dan Kehidupan Pribadi
Beliau dikenal memiliki banyak istri dan keturunan. Hal ini menjadi ciri khasnya yang disebut dalam Al-Masra Ar-Rawi :
وكان كثير الزواج، ولهذا كثرت أولاده. وكان له ثلاثون ابنا وخمس بنات
Beliau banyak menikah, dan karena itu keturunannya banyak: tiga puluh anak laki-laki dan lima anak perempuan.
Dari keturunannya inilah lahir banyak keluarga sayyid yang tersebar di wilayah Irak, Hijaz, Hadramaut dan bahkan ke negeri-negeri jauh lainnya.
Wafat dan Pengaruh
Sayyid ‘Īsā wafat pada kisaran tahun 270 H di kota Bashrah, salah satu
pusat ilmu dan peradaban Islam saat itu. Warisan ilmu, keteladanan akhlak, dan
garis nasab suci yang ia tinggalkan tetap hidup dan tersebar di berbagai
penjuru dunia. RA(*)
Sumber: Syarah Ainiyah, Masraur Rawi, Tarajim Mukhtasarah.