Posted on 13 February 2025
Dalam kitab Bughyatut Thalib fi Safinati Al-Habib Ali Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alathas, disebutkan mengenai rangkaian acara haul Pekalongan yang disampaikan oleh Al-Habib Ahmad bin Ali bin Ahmad Alathas (wafat 1420 H). Beliau menceritakan bagaimana suasana Haul kakek beliau Al-Habib Ahmad bin Abdullah Alathas, yang dijalankan oleh ayahanda beliau Al-Habib Ali bin Ahmad Alathas (W 1413 H). Berikut ini penuturan beliau:
11-13 Syakban
Semenjak siang tanggal 11 Syakban, para tamu mulai berdatangan terutama dari kalangan keluarga yang berasal dari Bogor dan Jakata, demikian pula dari Bondowoso, Surabaya, Gresik, Malang dan daerah sekitarnya. Jumlah mereka terus bertambah sampai siang tanggal 13 Syakban.
Setiap tamu memiliki famili, sahabat, atau kenalan masing-masing yang mereka tuju. Sedangkan kami menyiapkan rumah-rumah yang berdekatan dengan rumah kami untuk tempat singgah para Syiban (Sesepuh) serta tokoh-tokoh terpandang. Kami bertabaruk kepada pemilik rumah-rumah yang disinggahi atau disiapkan untuk tamu dengan menyediakan kebutuhan-kebutuhan pokok yang bisa kami sediakan seperti beras, makanan, gula, tepung, serta kebutuhan lainnya, walaupun mereka termasuk orang yang berada dan sudah mempersiapkan semuanya.
Pagi 13 Syakban
Di pagi hari, di rumah kami telah berkumpul sekitar 50-100 orang penghapal Al-Qur’an dari masyarakat Jawa. Mereka disuguhi sarapan, kemudian mereka mulai membaca Al-Qur’an dari hapalannya. Mereka duduk dalam beberapa lingkaran (halaqah).
Setiap tiga orang penghafal Al-Quran disimak oleh 10 orang lainnya. Demikian mereka bertadarus Al-Qur’an dan membagi setiap orang membaca 10 Juz. Sehingga mereka mengkhatamkan Al-Qur’an sekitar pukul 12.00 Dzuhur.
Di Kubah Sayidil Jad Ahmad, pagi itu sudah berkumpul sekitar 200 orang para pembaca Dalail, yakni Dalailul Khairat Fi Shalawat ‘Ala Khairil Bariyat. Mereka memiliki metode sendiri dalam membaca Shalawat atas Nabi ﷺ dengan suara serempak bersamaan. Mereka datang bersama imam dan pemimpinnya. Pembacaan dimulai pada pukul 09.00 pagi sampai sekitar pukul 11.30. Setelah selesai, mereka datang ke rumah kami. Jarak antara kubah dan rumah kami sekitar 2 km, ada yang berjalan kaki dan ada pula yang berkendaraan. Maka berbaurlah di rumah kami para pembaca Al-Quran dan pembaca Shalawat kepada Nabi Muhammad, pemimpin keturuan Adnan.
Mereka semua melaksanakan Shalat Dzuhur di awal waktu. Lantas diadakan pembacaan doa Khatam Al-Qur’an dan tahlil. Hidangan makan siang pun kami sajikan untuk mereka. Kami menyembelih sekitar 25 kambing untuk mereka. Semua itu berkat anugerah dari Allah, kemuliaan Nabi, dan keberkahan Abu Ali (Habib Ahmad).
Majelis pun selesai dan semua kembali ke kediaman masing-masing, adapun yang berasal dari luar kota mereka kembali ke kediaman famili atau sahabatnya.
Sore 13 Syakban sampai malam: Rauhah
Pada sore hari, sekitar pukuk 17.00, para hadirin telah datang berkumpul dari segala penjuru. Ada yang berasal dari Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Mereka semua berkumpul untuk menghadiri Majelis Rauhah. Majlis ini adalah Majlis yang mendapatkan perhatian dan dihadiri, dihadiri oleh para ahli makna was shurah (ruhani dan jasmani). Oleh karenanya, sebagian hadirin merasa cukup dengan hanya menghadiri majelis rauhah, tanpa menghadiri haul. Telah dikatakan oleh salah seorang Syiban, yaitu Al-Habib Al-Barokah Husain bin Muhammad bin Thahir Al-Haddad:
إِنَّ سِرَّ الْحَوْلِ فِي جِلْسَة عَشِيَّة الْحَوْل
Sesungguhnya rahasia haul terdapat pada majelis sore hari menjelang haul (Rauhah)
Dalam majelis rauhah itu dibacakan sejumlah kalam nasihat para tokoh syiban yang disampaikan di berbagai acara. Di antara kalam yang paling bermanfaat dan agung adalah sejumlah nasihat yang mencakup kebaikan dunia dan akhirat, menyadarkan yang lalai, dan mengingatkan orang yang dapat mengambil manfaat, yaitu kalam Al-Habib Ahmad bin Hasan Alathas, dan juga kalam Al-Habib Ali bin Hasan Alathas seperti yang disebutkan dalam Kitab Al-Qirthas, Al-Maqshad, dan As-Safinah. Demikian juga kalam Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi.
Di sela-sela pembacaan kalam-kalam itu, dibawakan qashidah-qashidah dengan irama yang menarik disertai tabuhah salaf. Majelis ini terus berjalan sampai jam menunjukan pukul 18.30, setelah masuk waktu Maghrib.
Kemudian mereka melaksanakan Shalat Maghrib. Para musafir yang berasal dari luar kota, menjamak taqdim shalat mereka dengan Shalat Isya. Setelah melakukan shalat, semua masih berada pada posisi masing-masing, dan majelis rauhah yang penuh berkah ini pun dilanjutkan.
Beberapa tokoh berdiri untuk memberikan nasihat. Di antara mereka adalah: Al-Habib Ahmad Masyhur Al-Haddad, Al-Habib Abdulqodir bin Ahmad Assegaf, Al-Habib Muhammad bin Sholeh Al-Muhdhor, jika mereka hadir.
Sejumlah penceramah dari kalangan habaib dan kiyai jawa menerjemahkan nasihat mereka ke dalam bahasa masing-masing.
Demikian majelis ini terus berlangsung. Tempat kami penuh dengan hadirin, demikian pula masjid, halaman depan rumah, serta jalan di depan rumah pun penuh sampai majelis usai sekitar pukuk 20:30.
Lalu masyarakat sekitar (mereka yang tadi tidak menjamak shalat) melakukan Shalat Isya. Setelah itu hidangan makanan disajikan. Matras untuk makan dibentangkan agar mereka dapat menikmati makan malam yang disajikan.
Majelis rauhah pun usai. Semua orang kembali dengan hati penuh kegembiraan karena mendapatkan apa yang mereka inginkan dan pengampunan dosa bagi yang datang untuk bertaubat. Segala puji bagi Allah.
Malam 14 Syakban: Samar
Pada malamnya diadakan samar dengan tarian Dahufah, Qathni dan Zafin. Tetapi para wulaithi (pendatang asli dari Hadramaut) yang ahli tidak lagi tersisa kecuali sedikit saja. Yang bermunculan sekarang ini adalah para pemuda dan zugur (anak kecil). Akan tetapi tidak mengapa, tidak ada rotan akar pun jadi, tidak ada air untuk wudhu maka debu untuk tayamum pun bisa dipakai. Allah ﷻ menyiapkan mereka ketika ada yang ingin mendengar lantunan-lantunan suara Arab dan rancakan Arab. Umumnya mereka adalah anak-anak keturunan para habaib, semoga Allah memberkahi semuanya.
Samar kali ini berlangsung sampai larut malam, pukul satu atau dua dini hari. Pada hari-hari yang telah berlalu, ketika masih ada Al-Walid Sholeh bin Ali bin Husain, keluarga Ramlah, Keluarga Al-Kaf, keluarga Basalamah Tegal, Al-Akh Alwi bin Umar, Jad’ah, Nahdan dan para ahli samar lainnya, di masa mereka Samar dilakukan tiga malam sebelum haul, setiap malam sampai Fajar. Akan tetapi demikianlah dunia:
وَلَا شَيْءٌ يَدُونُ فَكُنْ حَدِيثًا ***جَمِيلَ الذِّكْرِ فَالدُّنْيَا حَدِيثُ
Tiada sesuatu yang kekal, maka jadilah kau bahan pembicaraan yang indah, sebab dunia ini adalah fana
Kami tidak mengeluh : Setiap tahun semakin berkurang. Sebab yang selalu Kekal dan Indah hanyalah Allah semata. Cukuplah Allah bagi kami, dan Allah adalah sebaik-baik yang mengatur segala sesuatu.
Demikianlah wahai habibi (Tulisan ini ditujukan kepada Al-Habib Ahmad bin Umar bin Ahmad Alathas). Segala sesuatu akan semakin berkurang dengan berjalannya waktu. Siapa yang memiliki sesuatu, sesuatu itu akan berubah. Kami memohon kepada Allah ﷻ sebagaimana Allah memberikan kebaikan kepada yang telah berlalu, demikian pula kami memohon kebaikan untuk yang tersisa. Aamiin..
Pagi 14 Syakban
Di pagi hari tanggal 14 Syakban, Sayidil Walid Ali bersama Al-Akh Hasan mengunjungi rumah-rumah yang disinggahi olah tamu-tamu yang berasal dari luar daerah, terutama para syiban dan tokoh terpandang yang memiliki kedudukan dan pengaruh. Di pagi itu beliau berkumpul dengan mereka, menyambut mereka dan meminta doa yang baik dari mereka. Sedangkan aku (Al-Habih Ahmad bin Ali) beserta Al-Akh Muhammad berada bersama orang-orang yang menyembelih kambing. Di hari itu, sekitar 40 kambing disembelih. Kami bersama mereka sampai pemotongan selesai. Penyembelihan dilakukan di tempat salah seorang tetangga kami yang memiliki halaman yang luas.
Setelah selesai, mereka membawa daging ke rumah kami, ke tempat orang-orang yang bertugas memasak. Kami pun pulang untuk bersiap menghadiri waktu perkumpulan yang ditunggu-tunggu. Saat perhentian dan pandangan khusus yang dihadiri dan perkumpulan yang disaksikan.
Setelah istirahat dan sarapan. Para tamu yang berasal dari luar daerah, khususnya para syiban berkumpul di rumah. Setelah jam menunjukkan angka 09.00 pagi, mereka bangkit menuju kendaraan yang sudah disediakan. Sayidil Walid (Al-Habib Ali) telah menyiapkan 50 mobil untuk para syiban, mereka melaju beriringan menuju Turbah (pemakaman Safuro) yang jaraknya sekitar 2 km dari rumah.
Ketika mereka sampai ke turbah, pemakaman telah dipenuhi manusia. Kebanyakan mereka dari masyarakat jawa. Yang masuk ke dalam kubah Al-Habib (Ahmad bin Abdullah Alathas) adalah para syiban dan tokoh terpandang dari kalangan ulama dan penceramah.
Setelah majelis siap, salah seorang syiban membaca tartib Al-Fatihah dan Yasin, kemudian dilanjutkan pembacaan Tahlil dan Manaqib yang sangat ringas dari Al-Jad (Al-Habib Ahmad bin Abdullah Alathas). Saat ini, yang bertugas membaca Manaqib adalah Al-Faqir sendiri (Al-Habib Ahmad bin Ali).
Lalu penceramah demi penceramah menyampaikan nasihat dan peringatan untuk mengingat Allah satu per satu. Sekitar 5-10 orang menyampaikan ceramah dengan durasi sekitar 10 menit, maksimal 15 menit. Maksud ceramah ini adalah untuk mengambil keberkahan, memberi manfaat, mengambil faidah, mengingatkan dan peringatan.
Ceramah diakhiri sekitar pukul 11.30. Maka majelis yang agung ini pun diakhiri dengan pembacaan qashidah:
الله الله يا الله لنا بالقبول
Ya Allah.. Ya Allah.. Ya Allah terimalah amal kami
Para hadirin pun kembali ke tujuan masing-masing. Para tamu luar daerah, khususnya para syiban kembali ke rumah kami. Mereka melakukan shalat di awal waktu begitu Adzan Dzuhur berkumandang. Kemudian diadakan pembacaan maulid, terkadang yang dibaca adalah Maulid Habsyi dan terkadang Maulid Azab sampai semua tamu berkumpul. Setelah itu, dihidangkanlah sajian jasmani yang nikmat, setelah sebelumnya disajikan keberkahan rahmani dan pemberian rohani. Dengan demikian, rangkaian acara haul pun berakhir.
Malam 15 Syaknan: Doa Nishfu Syakban (Syakbaniyah)
Setelah masing-masing hadirin beristirahat. Pada pukul 5 sore mereka berkumpul di masjid Waqaf. Ini adalah masjid kedua yang didirikan oleh Sayidil Jad (Habib Ahmad bin Abdullah Alathas) yang tidak terlalu besar. Majis ini berjarak sekitar 300 m dari rumah kami. Masjid telah penuh, demikian pula jalan di depannya serta sisi-sisi masjid penuh dan dihamparkan tikar untuk duduk di sana.
Setelah masuk waktu Maghrib, para hadirin melakukan shalat berjamaah dan membaca Doa Syakbaniyah (doa nishfu Syakban) yang ditalqin oleh Sayidil Walid (Al-Habib Ali bin Ahmad Alathas) kepada hadirin tiga kali, dengan disela-selai pembacaan Surat Yasin tiga kali secara bersama-sama dengan suara yang jelas.
Setelah itu, para penceramah berdiri memberikan nasihat sesuai dengan ilham yang diberikan oleh Allah ﷻ kepada mereka. Mereka memberikan nasihat-nasihat berharga tentang keutamaan malam itu, mengingatkan tentang Ramadhan, apa saja yang terdapat dalam Ramadhan, sebab bulan itu sebentar lagi akan tiba menghampiri mereka. Acara berlangsung sampai sekitar pukul 20.30, lalu mereka melakukan Shalat Isya dan kembali ke tempat masing-masing.
Biasanya para tamu luar daerah dan syiban di malam itu diundang untuk hadir oleh kenalan serta masyarakat yang ingin mengundang mereka. Kebanyakan mereka makan malam di rumah kami. Dengan ini, selesailah jadwal dan kegiatan haul.
15 Syakban : Haul Tegal
Pagi hari tanggal 15 Syakban, para syiban telah berkumpul di rumah kami. Setelah sajian sarapan, mereka berangkat bersama dengan sekitar 20 mobil menuju Tegal. Para pemuda dan hadirin lain sudah berangkat semenjak Shubuh dengan menggunakan bis atau kereta.
Jarak antara Tegal dan Pekalongan sekitar 60 km. Mereka sampai sekitar jam 9 pagi, dan langsung menuju kediaman pelaksana kegiatan haul di sana. Pada saat ini, yang bertugas melaksanakan haul adalah Al-Habib As-Shofiy Al-Wafi Hasan bin Husain bin Muhammad bin Thahir Al-Haddad. Yang dihauli di Tegal adalah kakek beliau, yaitu Al-Habib Muhammad bin Thahir Al-Haddad. Beliau adalah tokoh pertama yang dihauli di pulau Jawa, yang menggagas haul beliau adalah Al-Habib Al-Barokah Sayidil Jad Muhammad bin Idrus Al-Habsyi.
Al-Habib Muhammad bin Thahir Al-Haddad wafat pada tahun 1312 H di Kota Tegal. Setelah wafatnya Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi para tahun 1337 H, yang meneruskan haul adalah Al-Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir Al-Haddad yang tinggal di Bogor. Setelah beliau wafat pada bulan Muharam tahun 1373 H dan dimakamkan di kubah guru beliau Al-Habib Al-Arif Billah Abdullah bin Muhsin Alathas, Haul dilanjutkan oleh saudara belaiu yaitu Al-Habib Husain bin Muhammad bin Thahir Al-Haddad. Beliau wafat di Jombang pada tahun 1374 H—berarti beliau hanya mengadakan haul sekali saja—pada bulan Jumadal Akhirah, beliau berwasiat agar dimakamkan di Tegal, yaitu di kubah ayah beliau Al-Habib Muhammad bin Thahir Al-Haddad. Jarak antara Tegal dan Jombang yang berada di Jawa Timur sekitar 400 km. Kemudian yang melanjutkan mengadakan haul sampai saat ini adalah putra beliau, Hasan bin Husain bin Muhammad bin Thahir Al-Haddad, beliau mengemban tugasnya ini dengan sempurna.
Rangkaian acara haul di Tegal serupa dengan acara haul di Pekalongan. Para syiban dan tokoh terkemuka keluar dari rumah pelaksana haul menuju turbah (pemakaman), di sana terdapat kubah Al-Habib Muhammad bin Husain bin Thahir, di sisinya terdapat makam putra beliau Al-Habib Husain. Rangkaian acara haul serupa dengan yang kami lakukan (di Pekalongan) berisi pembacaan tahlil, ceramah, peringatan, sampai menjelang Dzuhur. Kemudian mereka kembali ke kediaman shahibul haul, membaca maulid dan menikmati hidangan makan siang. Dengan demikian selesailah rangkauan acara dua haul.
Dengan demikian acara ini diakhiri dengan baik, insya Allah, sebagaimana dimulai dengan baik. Para tamu yang berasal dari luar kota kembali ke daerah masing-masing. Mereka yang berasal dari Jawa Barat seperti Cirebon, Jakarta dan Bogor melanjutkan perjalanan pulang. Sedangkan yang berasal dari timur seperti Solo, Surabaya, Bondowoso dan sekitarnya umumnya kembali ke Pekalongan yang terletak di timur Kota Tegal, dan menginap semalam sebelum akhirnya kembali ke daerah masing-masing.
Tambahan: Tentang Syakbaniyah (Pembacaan Doa Nishfu Syakban)
Pembacaan Syakbaniyah sudah dimulai semenjak masa Kakekku Al-Habib Ahmad di Pekalongan. Pembacaan Syakbaniyah ini merupakan acara tahunan yang banyak dihadiri para habaib dari Jawa Timur seperti Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhor, Al-Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf Gresik, dan juga para habaib Jawa Barat seperti Al-Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir Al-Haddad Bogor, Al-Habib Ali bin Abdurahman Al-Habsyi Jakarta, Al-Habib Husain bin Abdullah Alathas, dan para syiban Alatas Jakarta lainnya. Mereka semua berkumpul di Malam Nishfu Syakban di kediaman Kakekku Ahmad.
Di masa Sayidil Jad Ahmad, yang bertugas mentalqin doa Syakbaniyah adalah Al-Jad Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhor, kemudian beliau mentalqin Asmaul Husna dengan suara yang merdu, sebagaimana aku pernah mendengar Sayidil Khal Alwi bin Muhammad Al-Muhdhor mentalqin Asmaul Husna di Haul Seiwun.
Pada hari berikutnya, mereka menuju Kota Tegal untuk menghadiri haul Al-Habib Muhammad bin Thahir Al-Haddad. Kakekku Al-Habib Ahmad wafat pada tanggal 24 Rajab Al-Ashab, akan tetapi haulnya diakhirnya sampai siang tanggal 14 Syakban. Ini tidak lain untuk mengekalkan perkumpulan Syakbaniyah di Pekalongan yang telah ada sebelumnya, juga untuk memudahkan semua hadirin agar dapat menghadiri dua haul sekaligus. Semoga Allah membalas para mutaakhirin dengan segala kebaikan, karena dengan pengaturan mereka dalam membuat perkumpulan untuk saling berkumpul dan mengenal satu sama lain.
Jika bukan karena haul yang ada di Jawa, niscaya mereka tidak akan saling mengenal dan bertemu kecuali hanya sebagian kecil yang jarang saja. Semoga Allah meridhoi mereka dan membuat mereka ridho, serta memberikan manfaat bagi kita dengan keberadaan mereka, rahasia-rahasia mereka, cahaya-cahaya mereka, dan keberkahan-keberkahan mereka. Aamiin..
Yang dimakamkan di kubah Sayidil Jad (Al-Habib Ahmad Alathas) adalah Hubabah Alawiyah binti Hasan bin Alwi bin Hud, Al-Walid Muhammad bin Alwi bin Abdullah, dan Al-Walidah Aminah binti Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhor. Semoga Allah meridhoi mereka dan membuat mereka ridho, menjadikan surga firdaus menjadi tempat kembali mereka.. Aamiin ya Robbal Alamiin.
وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم والحمد لله رب العالمين
*Keterangan Foto: Haul Tegal Tempo Dulu