Teladan Kebersihan dan Kerapian Nabi Muhammad ﷺ

Posted on 27 August 2025


Rasulullah adalah teladan agung dalam segala hal, termasuk dalam menjaga kebersihan, kerapian, dan penampilan. Beliau tidak hanya mengajarkan umatnya untuk hidup bersih, tetapi juga mempraktikkannya dengan sempurna dalam kehidupan sehari-hari.

 

1. Perhatian terhadap Kebersihan Badan

Rasulullah sangat memperhatikan kebersihan tubuh. Beliau mandi secara rutin, minimal sekali dalam sepekan. Beliau menjaga kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta tidak pernah meninggalkan siwak dalam setiap kondisi.

Beliau juga memelihara kebersihan bagian-bagian tubuh: memotong kuku, mencukur kumis, mencabut bulu ketiak, dan mencukur rambut kemaluan. Semua itu dilakukan dengan penuh perhatian dan beliau menganjurkan umatnya melakukan hal yang sama.Sabda beliau :

إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ يُحِبُّ الطِّيبَ، نَظِيفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ، كَرِيمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ، جَوَادٌ يُحِبُّ الْجُودَ

"Sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan menyukai kebaikan, Maha Bersih dan menyukai kebersihan, Maha Mulia dan menyukai kemuliaan, Maha Dermawan dan menyukai kedermawanan."
(HR. at-Tirmidzi)

Dalam hadis lain disebutkan:

تَنَظَّفُوا بِكُلِّ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّ اللَّهَ بَنَى الْإِسْلَامَ عَلَى النَّظَافَةِ، وَلَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا كُلُّ نَظِيفٍ

"Bersihkanlah diri kalian dengan segala kemampuan, karena Allah membangun Islam di atas kebersihan, dan tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersih." (Al-Khafaji dalam Syarah Syifa mengatakan bahwa hadis ini dinyatakan dha’if, tetapi dikuatkan oleh jalur-jalur lainnya sehingga derajatnya hasan, dan maknanya benar).

Bukti paling nyata dari kesucian badan Nabi adalah harumnya keringat beliau, yang lebih wangi dari kasturi dan amber. Bahkan setiap jalan yang beliau lalui dipenuhi keharuman. Ini adalah salah satu kekhususan Rasulullah .

2. Perhatian terhadap Rambut

Rasulullah menjaga kebersihan dan kerapihan rambutnya. Beliau menyisir dan merapikannya dengan minyak, serta menutupinya dengan kain (القِنَاع) agar minyak tidak menempel pada sorban.

Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata:

"Rasulullah sering memakai minyak di kepalanya dan menyisir janggutnya, serta menutup kepalanya dengan kain agar minyak tidak mengenai sorban."

3. Perhatian terhadap Mata

ʿAbdullah bin ʿAbbas radhiyallahu anhuma meriwayatkan:

"Sesungguhnya Nabi memiliki tempat celak, dan beliau biasa bercelak darinya setiap malam, tiga kali di mata kanan dan tiga kali di mata kiri."

4. Perhatian terhadap Gigi dan Mulut

Rasulullah selalu menjaga kebersihan gigi. Beliau membersihkannya setelah makan, dan bersabda:

حَبَّذَا الْمُتَخَلِّلُونَ مِنْ أُمَّتِي

"Alangkah baiknya para mutakhallilun  dari umatku."

Ketika ditanya siapa yang dimaksud dengan mutakhallilun, beliau menjawab:

الْمُتَخَلِّلُونَ فِي الْوُضُوءِ وَالْمُتَخَلِّلُونَ فِي الطَّعَامِ

"Mereka adalah yang membersihkan sela-sela (janggut dan jari) dalam wudhu, dan membersihkan sela-sela gigi setelah makan."
(HR. ath-Ṭabarani dalam al-Kabir, Ahmad dalam Musnadnya)

Beliau sangat menjaga kesucian mulut dengan siwak: sebelum dan sesudah shalat, saat wudhu, sebelum tidur, setelah bangun, saat masuk rumah, dan ketika keluar rumah. Sabda beliau :

السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ

"Siwak adalah pembersih mulut dan mendatangkan keridhaan Allah."  (HR. an-Nasa’i)

Beliau juga bersabda:

لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ

"Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali shalat." (HR. al-Bukhari)

Bahkan dalam riwayat lain:

لَفَرَضْتُ عَلَيْهِمُ السِّوَاكَ كَمَا فَرَضْتُ عَلَيْهِمُ الْوُضُوءَ

"Niscaya aku wajibkan siwak bagi mereka sebagaimana diwajibkan wudhu." (HR. al-Bazzar dan ath-Thabarani)

5. Perhatian Nabi terhadap Pakaian dan Penampilannya

Rasulullah menunjukkan kepada kita bahwa keserasian penampilan dan pakaian yang baik adalah bagian dari akhlak para nabi dan sifat luhur mereka (HR. at-Tirmidzi, lafaz darinya; riwayat serupa terdapat dalam al-Muwaṭṭa’ Imam Malik).

Baginda , sebagai penghulu para nabi, adalah manusia paling bersih tubuhnya, pakaiannya, rumahnya, dan tempat duduknya. Dalam sebuah hadis disebutkan Abu Qurshafah berkata:

Aku tidak pernah melihat seorang pun seperti lelaki ini; wajahnya paling indah, dan pakaiannya paling bersih.”
(HR Thabarani sebagaimana dalam al-Majma‘).

Beliau juga menyukai kerapian dan menganjurkan umatnya untuk berhias seraya bersabda:

“Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan.”
(HR. Ibnus-Sunni).

Rasulullah pun menyesuaikan diri dengan keadaan dan tamu yang datang. Bila menerima delegasi, beliau tampil dengan penampilan terbaik—memakai pakaian yang rapi atau jubah yang sesuai keadaan. Pada hari raya, beliau mengenakan pakaian khusus, demikian pula pada hari Jumat. Baginda bahkan menganjurkan umatnya dengan sabdanya:

Perindahlah pakaian kalian, perbaikilah kendaraan kalian, sehingga kalian tampak seperti tanda yang menonjol di tengah manusia.”
(HR. al-Hakim).

Beliau juga bersabda:

Apabila Allah menganugerahkan nikmat kepada seorang hamba, Dia menyukai bila terlihat bekas nikmat itu pada hamba-Nya.”
(HR. Thabarani dan al-Baihaqi).

Dan beliau menegaskan:

Termasuk kemuliaan seorang mukmin di sisi Allah ialah bersih pakaiannya dan ridanya terhadap rezeki yang sederhana.”
(HR. Thabarani dan Abu Nu‘aim).

Selain itu, beliau melarang menyeret pakaian hingga terkena kotoran, serta menganjurkan agar pakaian diangkat dari tanah. Sabda beliau:

“Angkatlah sarungmu, karena itu lebih bersih dan lebih tahan lama.”

6. Perhatian Nabi terhadap Kebersihan Rumah dan Masjidnya

Rasulullah sangat memperhatikan kebersihan rumahnya dan menyukainya dalam keadaan bersih. Beliau juga menganjurkan hal itu kepada umatnya dengan sabdanya:

“Bersihkanlah halaman rumah kalian.”

Adapun tentang masjid, Baginda sangat menjaganya tetap bersih dan senang terhadap orang yang mengurusinya. Pernah suatu ketika, seorang wanita yang biasa membersihkan masjid wafat. Para sahabat tidak segera memberitahu beliau hingga wanita itu dikuburkan. Rasulullah pun bersedih seraya berkata:

“Mengapa kalian tidak memberitahuku?”

Lalu beliau mendatangi kuburnya dan menyolatkannya.

Di masjid Nabawi juga ada seorang sahabat khusus yang bertugas membakari dupa di masjid, yaitu Nu‘aim al-Mujammir. Ia dikenal dengan julukan al-Mujammir (si pembakar gaharu), karena tugas mulianya tersebut.

Tidak hanya untuk masjid beliau sendiri, bahkan secara umum Baginda bersabda:

Rasulullah memerintahkan kami untuk membangun masjid di lingkungan perkampungan dan memerintahkan agar kami membersihkannya.” (HR. At-Tirmidzi).

Dalam riwayat lain disebutkan:

“...dan memerintahkan agar kami memberi wewangian padanya.”

Beliau juga memerintahkan agar tempat-tempat wudhu (mathahir) berada di pintu-pintu masjid, supaya orang tidak mengotori rumah Allah. Nabi melarang meludah di masjid, bahkan menjelaskan bahwa membersihkan masjid dari sekecil-kecil kotoran pun bernilai pahala besar.

7. Suara Rasulullah yang Mulia

Suara Rasulullah adalah suara yang indah. Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata:

Allah tidak mengutus seorang nabi pun kecuali berwajah tampan dan bersuara indah. Dan Nabi kalian adalah yang paling tampan wajahnya serta paling indah suaranya.” (HR. at-Tirmidzi).

Sahabat Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu anhu berkata:

Rasulullah membaca surat at-Tin pada salat Isya, dan aku tidak pernah mendengar suara yang lebih indah daripada itu.”
(HR. al-Bukhari dan Muslim).

Sahabat Jubair bin Muth‘im radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa suara Rasulullah penuh kelembutan (husnul-naghamah) (HR. Abul-Hasan aḍ-Dhahak, dinukil dalam Syarh al-Mawahib).

Namun, Ummu Ma‘bad menggambarkan bahwa dalam suara beliau ada sedikit shahal (serak ringan), yang membuatnya tegas dan khas. Suara beliau juga kuat, hingga mampu menjangkau jarak yang tidak sanggup dijangkau suara manusia biasa.

Sahabat Al-Bara’ radhiyallahu anhu berkata:

Beliau berkhutbah hingga para gadis perawan yang berada di balik pingitan pun dapat mendengarnya.” (HR. al-Baihaqi).

Ummu Hani’ radhiyallahu anha berkata:

Kami mendengar bacaan Nabi pada malam hari di sisi Ka‘bah, padahal aku berada di atap rumahku.” (HR. Ibn Majah).

Demikianlah sekelumit teladan kebersihan dan kerapian Baginda Nabi Muhammad . Semoga kita senantiasa diberi taufik untuk meneladani beliau, karena sebaik-baik umat beliau adalah yang mengikuti akhlak mulia dan jejak kehidupan beliau. Wallahu a‘lam, wa shalallahu ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma‘in.RA(*)

*Sumber: Muhammad Al-Insanul Kamil, karya Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki.